ketika awan mendung, aku akan berlari keluar, bertelanjang kaki dan menari bersama rinai hujan. Dalam basah akan kutemukan inspirasi, maka pada kata-kata ini kukristalkan dingin kisahnya
Wednesday, May 5, 2010
Duka Doa
Aku harus mencari malam dan sepi agar mampu menulis puisi. Namun di hari yang masih cerah, walaupun mentari terbenam sebentar lagi, kau masih berikan hangat yang nyata.
Tuhan, berikan senyum itu lagi di wajahnya. Yang kini melemah, berpeluh keringat tak berdaya. Dengar, ia sebut namamu dalam rintihan sakitnya. Hangtakan lagi hari-hari nya bersama mentari-mentari di pagi hari dan ketika hari petang.
Biarkan citanya tergapai dahulu. Ia masih ingin menari, masih ingin bernyanyi, agar dunia tahu ia ada.
Tuhan, dari relung-relung hatiku yang kosong, aku sungguh memohon. Kau yang senantiasa terjaga, yang mendengar segala doa. Bangkitkan lagi sang merpati. Biarkan kebas sayapnya melebar, kejar cahaya.
Tuhan, mungkin aku tidak pantas meminta. Di masa-masa aku lupa, tak pernah rindu namamu, maafkan lah. Dari segala yang paling suci aku mengingatmu.
Tuhan, kata-kata ini tidak seindah puisi yang kuukir di sini, namun jauh lebih sungguh-sungguh aku menginginkannya. Memohon dan meminta kepadamu.
Aku menunggu mukzizat itu. Aku tahu bahkan keajaiban pun butuh waktu. Tapi, kabulkan lah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment