Friday, October 28, 2011

Engkaukah Itu, Yang Berdiri di Tikungan Itu

Engkau campur-baur dan seringkali kabur, namun aku mencatatmu, untuk rindu dan lalu kucoba, melupakanmu.
-Taufik Ismail -



*Ditemukan dari tulisan Mbak Enno 

Saturday, October 22, 2011

Pelacur Berkerudung

ada yang menunggu di balik dinding bisu.
mengintip. memandangmu dari kejauhan.
di ujung jalan yang suram ia resah.
menanti-nanti kapan kau singgah.

angin malam menyapa di sela-sela dadanya,
gelinjang gairah di antara paha.
wanita itu merapatkan kerudung di kepalanya,
mayang berselendang itu.

dalam sepi yang gigil, banyak cerita
ingin disampaikan padamu.
rindu menggodamu
atau rindu digoda dan diraba-raba.

terkadang juga ia ingat rumah.
kikik ceria anak-anaknya yang bernyanyi.
cahaya hangat, tempat kemana rasa selalu ingin pulang.
tapi juga laki-laki itu, yang menunggu di meja makan;
sosok kaku tak romantis.
membuatnya ingin berlari dari kenyataan.
sebab dekapnya serupa hari-hari di musim dingin.

di antara detik-detik ia menantimu,
puisi-puisi dan nyanyian lirih disenandungkan.
seperti burung sekarat di atas pohon,
kehilangan hampir separuh nyawa.
bahkan setengah gila.

dalam gelepar rindu ia berwudhu
merapal doa-doa, menyebut nama tuhannya.
merapatkan lagi kerudungnya makin erat.
menangis. tanpa pernah ada yang tahu
airmata yang turun sebab merasa dosa
atau rindu nikmat yang laknat.

mungkin harapnya, tuhan bisa sedikit lupa atas dosanya.
atau tuhan sekejap buta ketika ia mengerang
dan menjambak-jambak kerudungnya
sambil menyebut nama seorang lelaki.

di lorong gelap ia masih menunggu
dekat gorong-gorong tempat tikus mencicit,
ia menjerit; mungkin orgasme
atau gila; lupa ingatan bahwa ia seorang ibu.


dalam malam yang semakin gelap
ia terseok di ujung jalan buntu.
terkapar sekarat dan kedinginan.
dilepaskan kerudung hitamnya
dengannya, ia tutupi dada serta pahanya
mencari-cari rasa hangat dan selamat.


pic from here

Friday, October 21, 2011

Worse Than PMS

Akhir-akhir ini pikiran saya penuh. Saya hampir gak ada mood yang baik untuk menulis. Gak ada ide apa yang mau ditulis. Saya malas baca. Saya malas ngapa-ngapain. Berat badan saya turun 4 kg. Kadang pikiran saya kosong begitu saja. Tapi kadang, dalam waktu yang tiba-tiba, menyerang, seperti seember pikiraan ditumpahkan begitu saja di kepala saya. Sehingga sesak datang dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Saya kira ini gejala PMS. But this could be worse than PMS!



Narsis?

Tulisan ini saya buat setelah ditantang nulis oleh teman kuliah saya Adis. Dalam tulisan di blognya pagi ini dia menceritakan tentang kelebihan dirinya sendiri. Katanya buat saya, Anggie, Iboy, Anda, dan Oneng harus bisa juga menuliskan kelebihan masing-masing. Hmm, nulis tentang kelebihan diri sendiri. Narsis gak sih? Menurut saya gak lah. Saya rasa tiap orang punya sisi baik dan buruk, sikap yang bagus dan yang jelek, ada kekurangan dan kelebihannya. Mengetahui kelebihan diri sendiri itu bisa membantu supaya kita tidak rendah diri, agar tau apa yang menjadi nilai plus dari diri kita.

So, meski dari tadi mikir agak lama --berfikir untuk menuliskan kelebihan diri dibandingkan dengan kekurangan diri, ternyata selalu membutuhkan waktu lebih lama-- ini dia kelebihan diri saya (ditulis tanpa mikir apa kata orang dan bodo amat apa komentar orang, hehehe...).


1. On Time. On Time kok kelebihan? Yaiyalah! Liat aja betapa seringnya orang Indonesia di cap "Jam Karet." Selalu telat, gak tepat waktu, sering molor, dll. Saya paling kesel kalau disuruh nunggu, (tapi selalu sabar dan selalu tau apa yang harus dilakukan saat nunggu seseorang)* apalagi kalau bukan cuma lima-sepuluh menit, tapi sejam-dua jam. Setiap ada janji saya bisa datang bahkan satu jam sebelumnya, karena takut orang kesel juga kalau nungguin saya. Dulu saat kuliah sering dibilang ini saya yang megang kunci Gerbatama-nya UI, karna meski kuliah jam setengah sembilan pun, jam enam pagi saya udah bisa nongkrong di kampus.

2. Planned. Buat saya, seringnya, jika mengerjakan segala sesuatu semua harus terencana dengan baik, terorganisir dengan rapih. Saya paling pusing sendiri kalau serba "acak-acakan" dan gak jelas. Saya selalu punya buku catatan di kantor, notes dan reminder di handphone pun menjadi salah satu aplikasi paling penting untuk saya.

3. Mengingat detail dengan baik. Dalam hal apa pun saya bisa mengingat secara terperinci hal-hal yang kecil. Nama halte bus di suatu tempat, papan iklan di jalanan, warna jam tangan orang yang saya temui, bentuk gedung-gedung bertingkat, dan masih banyak lagi.


Hmm, udah deh segitu aja, the top three of my strenght. Adis, selesai ya tantangannya! :p


pic from here


*Setiap janjian sama orang, saya pasti selalu bawa buku. Just in case saya harus nunggu, gak bakalan mati gaya.

Friday, October 14, 2011

Meski Hujan Turun Mendera

rasa sakit mungkin hanyalah keadaan ketika kita terlalu banyak mencampurkan ramuan harapan dalam mangkuk yang terlalu kecil.
(Penjual Kenangan - (just) confession)


seperti kita yang mencintai hujan. selalu merindukan rintiknya di ujung genting. daun-daun basah yang selalu kita titipkan rindu. gelitik peri-peri yang menari di kaki hujan. tapi seperti kita juga kadang rasakan dalam perjalanan, hujan yang turun terlalu deras mendera. membuat kita kepayahan serta kuyup untuk sampai ke tujuan. langkah menjadi berat, kehilangan percaya pada cahaya.

lalu kutemukan kau bukan lagi kompas. tak mengenal arah utara. dan aku kehilangan peta, sesat dalam jenggala. duka menjadi terlalu rimbun dalam dada. kisah cinta yang bercerita antara kita hanyalah kesepian dan airmata. aku menghitung, berapa jejak yang harus ditempuh agar kita bisa melesat mencium wangi surga. sebab aku tak tahu lagi serpih mana yang harus kupungut dan diletakkan dalam mata untuk dijadikan percaya.

ada cermin yang pecah dalam hatiku. ketika kau mendadak menjadi serigala yang mengaburkan segala mimpi, saat terang rembulan masih menyala di langit yang sekarat. bagaimana aku menakar gelisah. mendengar detik-detik jam yang menjadikan kisah kita perlahan usang. riuh resah dalam mimpi. ada yang mengenang di mataku ketika mengingatmu. menjelma danau hitam itu.

perjalanan-perjalanan menjadi kemarau yang melahirkan tanda tanya, bergelantungan dimana-mana. ribuan kenapa meruang dalam kepala. dan berkelebat kenangan-kenangan di kelam malam. ada sesak yang masih saja hinggap. tapi aku rindu untuk membuka tirai di pagi hari. menyaksikan cahaya yang melesak masuk menciumi pipi kita.

ada hangat yang mengalir ketika kuingat bahwa perjalanan denganmu adalah cerita yang ingin habis kutuliskan hingga jalan terakhir. meski melingkar dan berputar-putar. atau ketika kita lupa untuk singgah sebentar ketika lelah telah hinggap. pun hujan yang turun akan semakin renta, dan aku tak ingin lupa. bahwa diawal ketika kita hendak berangkat, ada doa yang kita ucapkan. maka aku ingin tetap bergandengan dalam perjalanan, meski hujan turun mendera.

karena setelah hujan selalu ada pelangi yang menebarkan warna di sayap kupu-kupu. daun-daun bercahaya, dan aku ingin berpelukan di muka jendela. biar angin berhembus di wajah-wajah kita. dan kau rasakan betapa indah sesungguhnya cinta.



seperti sering kukatakan, hidup itu terkadang meminta kita menjalaninya tanpa tanya, apalagi gugat. menjalani, dan terus berjalan. kelak engkau akan mengerti, kekasih: tuhan tak pernah meletakkan kita pada peta buta.
(Aulia A. Muhammad)

Thursday, October 13, 2011

Bukan Batu

aku memang tak mampu membedakan raut bagaimana menjelma perempuan bodoh atau menahan cinta yang luar biasa. tapi aku tidak akan sesederhana itu menjadi batu. berdiam dalam gelap yang dingin. menahan saja segala rasa dan menjadi bisu. aku angin yang amuknya bisa memporakporandakan ranting-ranting yang tampak kuat itu dan dipercaya burung-burung memeluk sarangnya.

kata-kata yang sampai padaku mungkin saja tiba di ujung gang buntu. hingga aku hilang arah, tak tahu kemana akan menuju. tapi aku bukan batu yang bodoh membiarkan saja goresan-goresan terukir di sekujur tubuhnya, lalu luruh, menjelma debu. aku bukan batu. yang menikmati kematian dalam diam.

here

Monday, October 10, 2011

9.10.11

bagaimana kau lupa bahwa di hatiku masih tertanam belati. yang menyayat-nyayat tiap kali aku tertawa bersamamu. mendekapmu erat dengan begitu miris. apa yang hilang dalam ingatanmu tentangku yang masih sibuk membangun percaya dari puing-puing tersisa.

apa guna aku meminta-Nya menjagamu, menjagaku, menjaga rasa kita, jika sementara aku begitu kencang melafalkan doa-doa, kau bermain api. berapa kali lagi harus ketemukan kau lari dari ingatan tentangku dan kembali pada kenangan masa lalu.

aku sekarat. pisau-pisau tumbuh di dadaku. bagaimana aku meletakkan percaya. kalut dalam kekecewaan yang tak hentinya mendera. tak pernah cukup sementara bagimu aku yang mencintaimu sampai sesak. dengan segala sakit yang kutahan sendiri, luka-luka yang belum sempat kering kau gores lagi.

beritahukan aku bagaimana caranya lagi memintamu memegang erat tanganku dan menunjukan jalan kemana kita akan pulang.


pic from here

Sunday, October 9, 2011

Buntu

Kata² di ujung gang buntu. Apalagi yang kujelmakan padamu, jika nyanyian angin yang lirih itu mematikan semua lampu & menutup segala pintu.

Thursday, October 6, 2011

Off

Untuk sementara, saya tidak akan menulis dulu.
Nanti, saya kembali setelah ide-ide berkunjung lagi.


pic from here