Showing posts with label Kisah Ujung Pelangi. Show all posts
Showing posts with label Kisah Ujung Pelangi. Show all posts

Thursday, November 20, 2014

Welcome, You!

Ini berita bahagia yang telat dikabarkan. Saya senang, tak mengira, sedikit khawatir, tapi dibalik semua itu saya bersyukur. Saya bingung bagaimana merangkai kata berpanjang-panjang untuk berita ini. Jadi singkat saja ya, begini, saya sedang hamil lagi! :D

Well, ini sudah mau memasuki bulan kelima kehamilan saya. Adik bayi di dalam perut sudah mulai bergerak-gerak. Saya sendiri mulai berlatih yoga dan relaksasi hypnobirthing lagi. Saya mau melahirkan normal dan lancar lagi seperti saat melahirkan Langit dulu. Kehamilan ini bisa dibilang tak direncanakan. Saya sendiri kalau ditanya maunya hamil lagi saat Langit udah umur 2 tahunan. Eh tapi rencana Tuhan ternyata beda dengan mau saya. Jadi saya terima saja dengan senang hati. :)

Satu hal yang bikin hati agak miris adalah saya harus menyapih Langit di usia yang masih 1 tahun 4 bulan. Padahal saya kepengen banget bisa menyusui Langit sampai usia 2 tahun. Tapi dokter bilang maksimal menyusui Langit sampai usia kehamilan ini 20 minggu aja dan saya memang suka mules kalau lagi nyusuin Langit. Jadi, mau gak mau harus di stop deh. Belum lagi drama menyapih yang bikin sedih hati ini. Selama sebulan keteguhan hati saya untuk menyapih luntur setiap denger Langit nangis-nangis sambil narik-narik baju karena minta susu. Tapi kemudian setelah curhat ke beberapa teman yang kebetulan juga baru selesai menyapih anaknya, memang harus dikuat-kuatin hatinya, nangis-nangis drama kumbara pasti cuma berlangsung 2-3 hari aja katanya. Ternyata bener juga, begitu saya tega-tegain, 2 hari aja Langit langsung paham bahwa dia sudah harus di stop menyusunya. Malam pertama menyapih nangisnya kaya orang digebukin, hahaha! Saya sampe ngumpet dan pura-pura tidur dibalik bedcover. Malam kedua masih nangis-nangis tapi sudah mau minum saat dikasih botol airnya. Saat menyapih memang perlu banget bantuan dan dukungan suami yang siap setiap saat untuk menemani si bayi menghadapi malam-malam menyapihnya.

Doakan saya ya semoga kehamilan kedua ini berjalan lancar sampai ke persalinan nanti. Dan semoga saya dan adik bayi di dalam perut sehat-sehat semua. Saya sudah jarang menulis di sini, tapi nanti saat adik bayi sudah nongol pada waktunya pasti saya kabarkan di sini. Satu lagi, semoga adik bayinya kali ini perempuan ya. Doakan! :)


Ini foto adik bayi saat kemarin usia 11 minggu.

Tuesday, March 4, 2014

Crying by The Songs

Di perjalanan pagi ini menuju kantor saya berdiskusi kecil-kecilan dengan suami yang intinya adalah pokoknya nanti sampai di kantor saya mau nge-download lagu-lagu anak dan nursery rhymes buat Langit, karena rencana kami adalah akan memutarkan lagu-lagu anak untuk Langit setiap pagi. Menurut penelitian siih *tau deh penelitian siapa, huehe* anak-anak yang terbiasa didengarkan musik sejak kecil kecerdasannya lebih tinggi sekian persen dibandingkan dengan anak-anak yang gak terbiasa mendengarkan musik lho. Nah, saya kepengen Langit tumbuh besar dengan musik.

Saya sendiri punya ingatan samar tentang masa kecil saya dimana sepertinya saat saya belum masuk SD setiap pagi papa saya selalu memutarkan lagu-lagu anak untuk saya dari kaset. Buktinya sih masih jelas tersimpan. Di rumah papa mama di Bekasi, kaset-kaset lagu anak saya jaman dahulu masih tersimpan rapih di laci, tapi entah apa masih bisa diputar dengan suara yang bagus atau enggak.

Singkat kata, sepagian ini di kantor saya ngubek-ngubek Youtube untuk download lagu sambil ngerjain report kantor. Lagu yang pertama kali saya download adalah "Your Mother"-nya Rashid Bikha. Lagu ini saya pernah dapatkan sekitar sembilan atau delapan tahun lalu dari seorang teman di Kuala Lumpur, namanya Ali. Sejak pertama kali dikasih lagu ini dan liat videonya saya jatuh hati, ti,ti,ti.... Temen saya Dhiesta pernah mbrebes mili* waktu dengerin lagu ini. Nah ngomongin soal mbrebes mili ini, saya juga jadi korban. Lagu kedua yang saya download adalah "My Mum is Amazing" yang dinyanyiin sama Yusuf Islam. (Ini temanya emang lagi nyari lagu-lagu anak yang bernuansa islam gitu deh). Begitu saya denger lagu ini plus baca liriknya plus liat videonya, airmata saya langsung bercucuran. Jiaaah, lagi ngerjain report pulak booook. Untung gak ada yang sempat lihat. Saya langsung sedih terbawa suasana, langsung keinget Langit, langsung pengen resign aja dan pengen di rumah aja nemenin Langit. Begitu lagunya habis bukannya saya stop itu video, yang ada malah saya putar lagi berulang-ulang kali, didengerin sambil nahanin airmata. Akhirnya saya ke toilet terus mewek deh. Deeeuh cengeng beeeutts yaa...

Tapi begitulah, saya ini muka Rambo hati Rinto. Galak-galak tapi hatinya sensitip. Apalagi semenjak punya anak, gak bisa lihat berita, cerita, lagu tentang hubungan anak dan orang tuanya, pasti saya mewek sendiri inget Langit. Huaaaa.... :((

Lagu-lagunya sudah selesai di download dan siap diperdengarkan untuk Langit. Lagunya memang sengaja saya cari yang pakai bahasa Inggris, liriknya simple, dengan pesan yang bagus, dan musik yang menyenangkan didengar.  Semoga Langit suka dan bisa belajar banyak kosakata dari lagu-lagu ini.

picture from here




*nangis bercucuran airmata


Friday, January 17, 2014

Hari-hari Kemarin

Hi semua...

Semoga belum terlalu telat mengucapkan selamat Tahun Baru. Tidak terasa tahun sudah berganti lagi, hari-hari kemarin terlewati dengan begitu banyak cerita yang tidak sempat lagi saya tuliskan di sini. Sibuk? Tidak juga sebetulnya. Kegiatan saya masih seperti biasanya pekerja kantoran from 9 to 5 ditambah porsi menjadi seorang ibu. Banyak hal yang sulit membuat saya memiliki mood yang bagus untuk menulis. Saya tidak bisa menulis ketika suasana terlalu ramai, saya tidak bisa menulis ketika saya sangat sedikit membaca (buku/puisi/cerita/tulisan di blog), saya tidak bisa menulis ketika saya terlalu sedikit mendengarkan lagu di telinga, saya tidak bisa menulis ketika waktu banyak terlewat untuk hal lain yang perlu lebih saya utamakan. Ini bukan sesuatu yang menyenangkan bagi saya sebetulnya. Tapi saat ini, beginilah!

Siang ini saya hanya kebetulan mampir membuka blog ini, membaca beberapa tulisan dari blog teman-teman yang sudah lama tidak pernah saya kunjungi, lalu saya ingin menulis. Menulis tentang hari-hari kemarin yang telah lewat, hari-hari yang tidak sempat saya ceritakan di sini. Mungkin ini hanya serpihan yang tersisa dari ingatan dalam kepala. Selebihnya entah apa, saya terlalu lupa.

Sejak Langit hadir dalam hari-hari saya, fokus saya tertuju kepadanya semaksimal mungkin. Langit sekarang sudah menginjak usia 8,5 bulan. Giginya sudah tumbuh dua di bawah. Setiap tingkahnya membuat saya tak bisa berhenti jatuh cinta kepadanya. Saya berusaha menjadi Ibu yang terbaik baginya. Setiap pagi saya bangun setengah 5, memastikan semua kebutuhan Langit beres sebelum saya berangkat kerja. Sesibuk apa pun pekerjaan saya di kantor, sepagi apa pun saya harus berangkat kerja, saya HARUS memasak sendiri makanan untuk Langit di rumah. Instan food is a big NO! Alhamdulillah ASI saya masih keluar dengan lancar, stock ASIP di rumah pun masih banyak. Sufor is also big NO!

Aktifitas saya di kantor masih sama, dengan kesibukan yang tak pasti. Bulan Juni nanti genap empat tahun saya mengabdi di sini. Perusahaan ini berkembang pesat, bukan lagi perusahaan dengan karyawan sejumlah 22 orang seperti pertama kali saya bergabung di sini, sekarang sudah hampir mendekati 150 orang. Kantor ini baru saja pindah ke gedung baru yang tetangga depannya kerap ramai didatangi para koruptor calon penghuni  sel. Akhir tahun lalu saat para karyawan diliburkan selama dua minggu, saya dan team justru sibuk melakukan pindahan kantor ke gedung baru ini. Mood bekerja saya kadang naik turun, ini tahun keempat saya di sini, rasa bosan sering kali melanda, membuat saya kadang galau dan ingin keluar dari pekerjaan ini.

Banyak hal yang saya rindukan. Banyak sekali! Saya rindu hari-hari dimana saya bisa menyendiri, benar-benar sendiri, mengurung diri sambil merenung lalu menangisi masa lalu. Saya rindu membaca banyak buku dan mendengar banyak lagu yang menginspirasi untuk menulis puisi. Saya rindu menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengobrol dengan teman-teman maya yang tidak pernah saya lihat wujudnya, tak pernah saya dengar suaranya tapi kami mengobrol banyak hal dan terasa begitu akrab. Saya rindu berkumpul dengan teman-teman saya yang sekarang ini kebanyakan juga sudah berumah tangga, ngobrol ngalor ngidul dengan mereka dan ketawa ngakak gak berhenti-henti sampai lemas. Saya rindu pergi ke pantai dan jalan-jalan ke tempat yang tidak pernah saya kunjungi sebelumnya. Saya rindu menghabiskan waktu berdua saja dengan Gema di taman, berjam-jam berdiam di sana hanya melihati orang-orang yang lalu lalang. Saya rindu nonton midnight di bioskop. Saya rindu pergi ke Taman Ismail Marzuki, nongkrong di sana sampai hari menjelang pagi. Saya rindu datang ke acara-acara seni dan pentas puisi. 

Saya rindu hari-hari kemarin ketika saya merasa 'bebas', di lain sisi saya menikmati hari-hari saya sekarang sebagai seorang ibu, mengamati Langit tumbuh setiap hari dan tak henti-henti jatuh cinta kepadanya.

Mood menulis saya yang dulu masih pergi entah kemana. Juga dengan berat hati saya mungkin perlu bilang selamat tinggal kepada puisi. Saya sudah tidak menulis puisi lagi, saya pun lupa kapan terakhir kalinya. Produktifitas saya menurun drastis. Sedih, tapi beginilah adanya. Mungkin nanti akan ada masanya lagi. Ketika saya senang kembali merenung, melihat hari-hari kemarin dengan lagu-lagu mellow di telinga. Mungkin nanti akan ada masanya lagi saya kembali menulis puisi di pagi hari, puisi (favorite saya) tentang kesedihan, penyesalan dan cinta yang ditinggalkan.


Just dropping by to say hi, don't be sad everyone. I'll see you again later. :) 


pic from here



Thursday, November 7, 2013

Pejuang ASI

Langit hari ini genap berusia enam bulan dan dinyatakan lulus ASI eksklusif. Mamanya senang sekali akhirnya bisa berhasil ngasih Langit yang terbaik. No sufor, no water, breastmilk only. Perjuangan untuk ngasih ASI eksklusif untuk Langit bisa dibilang alhamdulillah mudah dan lancar. Waktu hamil saya cuma berbekal banyak baca tentang ASI dan seputar hal-hal menyusui. Salah satunya yang jadi pecut bagi saya untuk bertekad kuat memberi ASI eksklusif untuk Langit adalah ketika membaca buku ID Ayah ASI. Sebagian orang mungkin bisa bilang buku ini biasa-biasa saja, cerita standart, atau apa pun itu. Yup, saya juga bilang begitu tapi dibalik cerita yang biasa-biasa dan standart ini saya melihat perjuangan yang kuat bagaimana ayah atau pun ibu ingin memberikan yang terbaik untuk bayinya. Bagaimana godaan-godaan itu datang baik dari pihak luar seperti Rumah Sakit, dokter maupun suster, teman atau tetangga, sampai orang-orang terdekat sendiri seperti orangtua, mertua atau adik dan kakak. Dari buku itu saya belajar bagaimana caranya memiliki tekad dan semangat kuat serta belajar bagaimana caranya menghadapi cobaan-cobaan seperti itu jika terjadi kepada saya.

Beryukur banget saya punya suami yang memberikan dorongan 1000% dan keluarga yang mendukung untuk memberi ASI dan tidak menggunakan dot kepada Langit, walaupun ada sih sebagian dari mereka yang sempat keheranan dan mempertanyakan ketika melihat saya memberikan ASI perah menggunakan cup feeder. Tapi semuanya dikembalikan lagi kepada saya sebagai orangtuanya Langit. 

ASI saya sebetulnya sudah keluar tepat di pagi hari setelah saya melahirkan Langit, tapi hanya sebatas kolostrum yang hanya setetes-setetes saja. Tapi berbekal ilmu yang saya miliki saya tidak merasa khawatir dan tetap tenang dan senang. Pihak RS St. Carolus pun sangat pro ASI, sehingga dokter dan para suster pun selalu memberi semangat dan dukungan alih-alih nyodor-nyodorin buat pake sufor atau nakut-nakutin si ibu bahwa ASI-nya dikit dan si bayi bakal kelaperan kalau gak dikasih sufor.

ASI saya keluar lancar saat di hari keenam. Saat itu sekali perah untuk dua payudara saya bisa menghasilkan 150-250 ml. Namun Langit saat itu belum bisa menyusu langsung dari saya, sampai kami 4x mengunjungi klinik laktasi dan seminggu setelah Langit lahir dia malah harus dirawat dua hari di RS karena bilirubinnya cukup tinggi (gak tinggi-tinggi banget sebenernya saat gue udah tau sekarang) dan minumnya kurang karena belum bisa nyusu langsung itu yang menyebabkan berat badannya turun banyak dari berat saat Lahir. Waktu langit masuk RS dan harus disinar rasanya kaya kiamaaaaat (emang lebay banget deh, maklum yak ibu baru, ngeliat anak gue ditutup matanya dan disinar biru sampe kepanasan sedih banget, sampe nangis bercucuran airmata dan sesenggukan seharian. Suster-suster di sana sampe keheranan kayanya ngeliat gue, anak cuma kuning aja kok emaknya nangis kaya anaknya kena penyakit ajaib dari planet lain yang gak ada obatnya). Tapi emang kadang Tuhan ngasih berkah dengan caranya yang ajaib, justru karena Langit dirawat di RS saat itulah dia bisa nyusu lancar langsung ke saya. Suster di sana melarang saya nyuapin Langit ASIP dengan sendok, katanya "Kalau ada mamanya harus nyusu langsung, kalau malam saat mamanya tidur baru suster yang suapin pakai sendok." Alhasil karena paksaan suster di sana dan diajarin juga, tepat malam pertama Langit dirawat dia langsung nyusu lancar 40 menit non stop melekat pada payudara saya. Wohooo...


Saya mulai stok ASI saat usia Langit sebulan, patokannya minimal sehari ngestok 100ml ASIP. Alhamdulillah lagi setiap hari selalu lewat dari target. Saya bisa stok per harinya 3-5 botol @100ml di freezer. ASI saya sempat seret keluarnya sampai beli booster ASI Mama Soya. Cuma diminum seminggu dan modal positif thinking aja kalau ASI nya pasti banyak, ASI saya keluar lagi dengan lancar jaya. Sebulan sebelum masuk kerja stok ASIP saya di kulkas mencapai hampir 140 botol @100 ml, sampai akhirnya memutuskan untuk menyewa freezer ASIP karena kulkas di rumah gak muat lagi. 

Hari ini, meski Langit sudah lulus ASI eksklusif dan sudah mulai belajar makan, mamanya tetap bertekad memerah ASI setiap hari sampai benar-benar tidak mampu lagi berproduksi. Semoga Langit tumbuh jadi anak yang sehat dan kuat.

Ini dia stok ASIP untuk Langit. Foto ini diambil 3 hari sebelum Langit tepat berusia 6 bulan. 













Lulus ASI Eksklusif


Heiii, we did it, son!

Hari ini Langit tepat 6 bulan dan lulus ASI eksklusif lho! Mama is so proud can give the best for him.
Meskipun begitu perjuangan memerah dan menyimpan ASI untuk Langit masih akan terus berlangsung sampai Mamanya ga bisa lagi produksi ASI.

Wednesday, October 23, 2013

He's Cute and Handsome. That's All


He's the one and only, my Baby Sky. So cute and handsome. Love you more and more and more.

Friday, September 20, 2013

Swim Baby Swim

Sejak Langit masuk usia  3 bulan sebulan yang lalu, mama dan apanya excited banget karena mau ngenalin Langit ke olahraga berenang. Kolam renang jumbo dan neckring jadi hadiah ulang bulan Langit yang ketiga. Sejak dari lahir Langit gak pernah nangis kalau dimandiin, malahan dia kelihatan tenang dan senang setiap mandi. Sekarang kalau diceburin ke bak mandinya, kamar bisa kebanjiran karena Langit senang nendang-nendang airnya sampe muncrat-muncrat.

Minggu pertama saat lewat usia tiga bulan, Mamanya dari malem sebelumnya udah mompa plus niupin kolam renang yang segede bagong itu. Hasilnya? Ngos-ngosan, booooookk! Tapi demi anak tercinta, apa pun dilakukan. Kami mutusin Langit berenang di sore hari, habis bangun tidur dan menjelang jam mandi sorenya. Saat Langit bobo siang, mama, apa, dan tantenya  mulai sibuk ngangkutin air dari kamar mandi ke dalam kolam renang pake ember. Ternyata baru ngeh itu kolam gede juga yak, udah sampe capek ngangkutin air, kolamnya gak penuh-penuh. 

Di minggu pertama Langit berenang, dua panci besar air dipanasin, karena pengennya Langit berenang pakai air hangat biar dia gak kedinginan, tapi ternyata begitu dua panci besar air dicemplungin ke kolam renangnya, kagak ngaruuuuuuuuhhh. Airnya tetap aja adem bin dingin. Mamanya yang ribet ini sempet rungsing sendiri karena takut Langit kedinginan, takut jadi sakit dan segala macem kekhawatiran lainnya muncul. Tapi kalau mau pansin air lagi juga bakal nunggu kelamaan dan kayanya masih gak bakal ngaruh juga. Akhirnya mencoba meredakan ketakutan sendiri aja dan positif thinking bahwa Langit will be fine. Saat Langit bangun bersiaplah mamanya gantiin bajunya, kemudian pasang neckring, lalu pelan-pelan diceburin ke kolam, sementara sang tante dan apa bersiap jadi juru rekam dan fotografer.

Awalnya kakinya doang yang diciprat-cipratin air, biar Langit gak kaget. Pelan-pelan tubuhnya baru dimasukin ke kolam, tapi begitu sampe perut ekspresi muka Langit langsung tegang dan mulai meringis mau nangis. Dengan siap sedia akhirnya mamanya ikutan nyebur juga ke dalam kolam dan muka Langit langsung kembali tenang. Selama lima menit pertama meski pake neckring tapi Langit berenangnya masih dipegangin, saat dia udah keliatan lebih tenang dan mulai menikmati, wohoooo... he's turn into an athlete. Langit mulai lincah gerak-gerakin kakinya. Malahan dia bisa merubah posisi berenangnya sendiri tanpa bantuan, dari posisi tengkurep jadi telentang kaya gaya punggung.

Berenang pertamanya Langit berjalan dengan lancaaaar. Malem harinya langit bobo pules banget. Mama is so happy! 

Sekarang Langit berenang setiap hari Sabtu sore, pakai air dingin aja. Kami mau biasakan dia berenang rutin setiap minggu. Cuma minggu lalu Langit absen dulu karena habis imunisasi dan si Apa masih belum pulang dari Bandung. Dari sumber yang mamanya baca, anak-anak yang bisa berenang/bela diri, mayoritas memiliki rasa percaya diri yang lebih besar ketimbang anak-anak yang tidak bisa berenang/bela diri. So, that's good, right? 

Oiya, sekarang kami juga udah beli selang 10 meter biar gak perlu ngangkutin air lagi dari kamar mandi. :D


my baby boy, a handsome athlete. 


Thursday, August 29, 2013

Lahirnya Langit - Part 3: Keajaiban Hypnobirthing


Saya hanya bisa tersenyum dan tak berhenti kagum setiap kali saya mengingat proses ketika saya melahirkan Langit. Tuhan sungguh Maha Besar.

Ketika saya hamil, saya membaca banyak buku dan informasi tentang kehamilan dan persalinan. Salah satunya yang paling saya fokuskan mengenai Hypnobirthing. Teknik dimana yang kata banyak orang mampu melahirkan tanpa rasa sakit. "Apa iya?" itu yang dulu ada di dalam pikiran saya. Mengikuti kelas Hypnobirthing, tapi kemudian kadang terbersit rasa ragu. Berlatih relaksasi dan yoga, tapi kemudian kadang tetap merasa takut. Wajar sih, saya kira. Namun dibalik semua keraguan dan ketakutan saya yang kadang-kadang itu tersimpan lebih banyak semangat, keyakinan, percaya diri dan doa-doa yang selalu ditinggikan. Sekarang kalau ada yang bertanya bagaimana proses melahirkan saya kemarin? Sakit? Saya dengan mantap akan bilang, GAK SAKIT!

Sebagian orang mungkin terlalu naif untuk percaya apa iya melahirkan bisa gak merasa sakit. Sebagian lagi mungkin bilang, sakit sih tetap sakit, cuma bagaimana kita mengontrol rasa sakit itu sedemikian rupa agar terasa nyaman. Dulu, saya bilang yang kedua. Tapi sekarang saya bilang, memang proses melahirkan Langit tidak terasa sakit.

Mulas, memang. Tapi mulas yang rasanya seperti orang ingin buang air besar, lalu ada perasaan ingin mengejan, merasa seperti ada sesuatu di dalam yang ingin dikeluarkan, apa akan kalian bilang itu 'sakit'? Saya sih tidak. Mulas yang datang masih bisa saya tahan, meski beberapa kali rasa mulasnya kuat sekali sampai lemas rasanya. Yah, anggep aja kaya orang mau 'pup' udah kebelet, tapi masih ngantri di depan toilet. Mentok-mentok kan cuma keringet dingin sama merinding, ya gak? Hehehe...

Tapi, lagi-lagi diibaratkan seperti orang mau 'pup', saat tau ada sesuatu yang ingin dikeluarkan, saat mulas datang kalian kan seharusnya senang bukan, karena tau nanti akan merasa 'lega'? Seperti itulah kurang lebih yang saya rasa.

Sejak ketuban pecah di rumah, saya tidak merasa takut, sakit, nyeri, deg-degan, panik, dll. Saat tau ketuban saya pecah, saya berkata dalam hati, "Ini waktunya." Saya hanya tak henti membaca surat Al Ikhlas setiap kali rasa mulasnya datang. Seperti yang saya tulis sebelumnya juga, setiap mulas datang kata 'tenang' seperti otomatis berkumandang di dalam kepala saya terus menerus dan saya selalu mengatur napas.

Kalau saya ingat-ingat sekarang, sebagian besar kejadian yang terjadi ketika malam saya melahirkan Langit semua berlangsung seperti yang diharapkan. Persis seperti bunyi afirmasi-afirmasi positif yang selama ini saya ucapkan ketika berlatih hypnobirthing dan relaksasi.

Saat waktunya Langit 'keluar' jalanan lancar. Kami tidak kesulitan mendapat kendaraan untuk ke rumah sakit. Proses melahirkan berjalan nyaman, lancar dan tenang. Berat Langit di atas 2 kg. Semuanya terjadi!!!

Hari itu Senin malam, biasanya jalanan dari rumah masih ramai. Tapi saat itu kurang dari 10 menit kami sudah tiba di rumah sakit, padahal biasanya saat melewati perlintasan kereta api selalu macet. Kendaraan mudah? Yup! Ketuban pecah, saya ganti baju, telpon mama, ambil tas dan buku, jalan keluar, eh taxi sudah siap menunggu. Gak perlu nunggu untuk setap setopin taxi lewat dulu.

Proses melahirkan berjalan nyaman, lancar dan tenang. Jelas! Saya tidak merasa sakit, nyeri, atau ngilu. Bahkan tes periksa dalam yang selalu saya bayangkan akan nyeri, ini biasa saja rasanya. Saat masuk kamar bersalin saya sudah pembukaan tiga. Siapa yang akan kira bahwa yang kata suster masih sekitar tujuh jam lagi sampai pembukaan lengkap, tapi ternyata hanya dalam satu jam saya nambah enam bukaan, menjadi bukaan sembilan. Selama proses melahirkan langit saya tidak merasa ngos-ngosan kehabisan napas, saya tidak jejeritan histeris. Sejak saya mengejan pertama kali hingga Langit akhirnya keluar hanya memakan waktu kurang lebih 40 menit. Saya mengejan hanya sekitar tujuh kali kalau tidak salah ingat. Bahkan saat Dr. Ekarini melakukan tindakan Episiotomi (menggunting area antara vagina dan dubur untuk memperlebar jalan lahir) saya tidak merasa sakit, tepatnya saya tidak sadar kalau area perineum saya sudah digunting. Kalau bukan karena saya melihat Dr. Ekarini hendak meletakan gunting kembali, saya tidak akan tau bahwa tindakan Episiotomi tersebut sudah dilakukan.

Saat proses IMD selesai dan saya sudah dimandikan oleh suster, saya diberitahukan bahwa Langit sudah ditimbang, beratnya 3,032 kg. I never expected! Dulu saat usia kehamilan saya memasuki tujuh bulan, janin Langit bahkan belum mencapai berat 1 kg. Saya bahkan sampai dirujuk ke RS Cipto untuk USG lagi meyakinkan bahwa berat bayinya kurang bukan karena mengidap kelainan. Sejak saat itu, setiap saya berlatih hypnobirthing dan relaksasi, saya hanya mengatakan berat Langit saat lahir di atas 2 kg. Saya kadang bicara dengan ari-ari dan tali pusat Langit dalam latihan saya. "Ari-ari dan tali pusat bekerjalah dengan baik agar adek bayinya tumbuh sehat dan beratnya saat lahir di atas 2 kg." Itu yang selalu saya ucapkan. Kekhawatiran saya mengenai berat badan Langit waktu itu adalah, jika beratnya saat dilahirkan kurang dari 1,5 kg maka proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD) tidak dapat dilakukan. Sementara saya ingin sekali melakukan IMD dengan Langit. Puji Tuhan, saat keluar bahkan beratnya lebih dari 3 kg.

Kalau mau mencari apa yang tidak 'terwujud' dari hasil latihan hypnobirthing saya, hanya pada bagian mengejan saja. Dulu saat hamil, setiap latihan relaksasi dan saya berbicara dengan Langit yang kala itu masih di dalam perut, saya berkata kepadanya, "Nanti adek keluarnya lancar ya. Mama dua kali mengejan adek udah keluar ya." Itu... Dua kali mengejan, saya berharap Langit sudah keluar, tapi ternyata tidak. Hanya itu saja. Tapi toh, tetap saja segala proses lainnya berjalan baik dan lancar seperti yang diharapkan.

Satu hal yang masih saya tertawakan kalau ingat malam ketika melahirkan Langit. Ketika proses persalinan selesai dan saya sedang dalam proses IMD dengan Langit, suami saya bilang, "Lahirannya gitu doang ya ternyata." Saya  bilang, "Iya ya, ga heboh gitu." Kemudian kami berdua malah ketawa cekikan.

Saya bersyukur teramat sangat untuk proses kelahiran Langit ini. Bahwa ternyata Tuhan memberikan begitu banyak kemudahan, keajaiban, dan keindahan.

Saya, mungkin salah satu orang yang sukses melahirkan dengan praktek hypnobirthing. Tapi jika ada yang bilang bahwa hypnobirthing ga ada pengaruhnya apa-apa, bahwa melahirkan tetap saja proses yang menyakitkan, saya akan bertanya kembali, "Seberapa besar upaya kalian untuk memberdayakan diri?"

Hypnobirthing, saya yakini bukan praktek sulap, yang sekali datang lalu 'cling' semua lancar dan rasa sakit hilang. Hypnobirthing bukan sihir. Kalau kalian ikut kelas hypnobirthing, tapi setelah itu ga berlatih lagi di rumah, ga olahraga, ga senam atau yoga, ga mau latihan relaksasi, ga mempraktekkannya sehari-hari, ya jangan harap lahirannya lancar dan tanpa rasa sakit.

Saya sejak mengikuti Hypnobirthing saat hamil usia 4 bulan, hampir tiap hari saya latihan senam yoga dan relaksasi. 2x sehari, pagi saat bangun tidur dan malam saat mau tidur. Dan sesering mungkin memasukan afirmasi positif ke dalam pikiran saya. Kadang saat dalam perjalanan ke kantor, saat abis solat, atau saat bengong.

Hasilnya? Alhamdulillah. Saya melahirkan tanpa rasa sakit.


Salemba,
Mei, 2013



Lahirnya Langit - Part 2


Saat BBM dari Adis yang menanyakan saya sekarang sudah berada di mana masuk, tepat saat saya keluar dari taxi. Saya bilang sudah sampai rumah sakit.

Satpam di depan sempat menawarkan apa saya mau pakai kursi roda, tapi saya tolak. Saya pilih untuk jalan kaki saja sampai ke kamar bersalin. Karena beberapa minggu sebelumnya saya sudah daftar kamar di sini, jadi saat itu kami langsung menuju kamar bersalin tanpa basa basi dulu untuk proses administrasi.

Suster Ningrum, suster yang sama saat saya datang mendaftar kamar saat itu, langsung membuka pintu saat bel pertama saya tekan. Saya bilang ketuban saya sudah pecah. Dia langsung membawa saya ke kamar bersalin, meminta saya ganti pakaian. Katanya pihak RS Carolus sudah menelpon Dr. Ekarini untuk datang.

Saya masih bisa bolak-balik sendiri ke kamar mandi untuk ganti pakaian dan siap untuk diperiksa dalam. Saat saya masih di dalam kamar mandi, mama sudah sampai. Saya sempat menelpon mama sebelum pergi ke rumah sakit tadi. Kebetulan mama masih di kantor dan langsung menuju ke RS Carolus.

Setelah saya selesai tukar pakaian, saya langsung diminta berbaring di atas tempat tidur untuk diperiksa dalam oleh suster. Saya ingat ketika itu hampir setengah 11 malam. Susternya bilang baru pembukaan 3. "Masih kira-kira tujuh jam lagi ya, Pak. Masih lama kok. Sejam kira-kira satu bukaan," kata susternya.

Saya langsung melihat jam di dinding. Berarti sekitar pukul 4 atau 5 subuh baru keluar dong bayinya, dalam hati saya. Tapi entah bagaimana saat itu juga saya yakin tidak akan menunggu selama itu untuk melihat bayi saya. Rasa mulas datang semakin kuat dan kencang. Saya sempat kesal karena saat saya berbaring sambil merasakan mulas, ternyata masih juga saya ditanya ini itu soal data-data pribadi dan printilan lain-lainnya. Saya pikir kan kemarin waktu mendaftar saya sudah tulis semua informasi tentang saya, suami, dll. Kenapa juga ini suster masih tanya-tanya lagi?!

Kalau bukan karena merasai mulas di perut, pasti saya sudah ngomel ke itu suster. Hehehe...! Saat rasa mulas datang bersamaan dengan pertanyaan-pertanyaan dari suster itu, saya jawab hanya dengan bergumam atau dengan suara sebisanya. Ya, coba bayangin aja deh, orang lagi ngerasain mulas pake ditanyain "Punya penyakit gula, Bu? Jantung? Ginjal? Asma? Anemia?" Hadeeeuuuhh... Belom pernah keselek truk semen ya, Sus?!? :D

Saat pertanyaan-pertanyaan itu selesai diajukan, baru saya ditinggal berdua dengan suami di dalam ruang bersalin. Suster sempat membawakan bola pilates, katanya enjot-enjotan aja dulu biar cepat bukaannya, tapi saya antara ngantuk, mulas, dan pengen rebahan aja rasanya, jadi bola itu cuma diem dipojokan, tak tersentuh sama sekali. Saya rebahan saja di kasur sambil memejamkan mata. Susternya sempat bilang waktu mau keluar, "Ibu, jangan tidur ya, nanti ga nambah-nambah bukaannya." Saya cuma mengiyakan. Tapi saya percaya tidur ga berpengaruh sama soal pembukaan (langsung ingat cerita Ibu Lanny-nya Hypnobirthing Indonesia, tentang seorang ibu yang berhasil melahirkan sambil tidur saat sedang direlaksasi).

Saya sih memang sempat mikir, "Kalau gue cuma tiduran aja nanti lama lagi pembukaan lengkapnya." Tapi apa daya, mata aye udah setengah watt pula. Setiap mulas datang saya pejam mata sambil baca surat Al-Ikhlas dan kata 'tenang' seolah diputar secara otomatis di dalam otak saya. "Tenang, tenang, tenang," kata itu bergema terus menerus di kepala tanpa saya sengaja. Alhamdulillah, meski rasa mulas datang hampir tiap tiga menit sekali saya masih ingat betul semua teknik pernapasan yang diajarkan saat Hypnobirthing maupun di kelas senam hamil. Dan itu saja yang saya praktekkan!

Sejam kemudian suster yang tadi datang lagi. Katanya darah dan lendir saya sudah banyak sekali, jadi dia akan melakukan pemeriksaan dalam lagi. And you know what she said? "Wah, udah pembukaan sembilan, Bu. Cepat banget ini. Mulasnya bagus berarti ibunya. Anak pertama biasanya lama. Ini cepat banget tapinya, cuma sejam dari pembukaan tiga, sekarang udah pembukaan sembilan." Uhuuuuyy!!! See? See? See? I knew it. It won't take so long long long time to see my baby. *girang*

Sang suster lalu keluar dan memberitahu suster lainnya untuk segera mempersiapkan peralatan tempur. Rasa mulas disertai dorongan untuk mengejan mulai datang. Dan segerombolan suster mulai hilir mudik keluar masuk kamar bersalin. Saya langsung merem! Iya, merem! Kenapa? Karena saya parnoan orangnya kalau ngeliat itu peralatan perang. Jadi daripada nyali saya mendadak ciut, makanya saya merem. Cuma suara-suara roda didorong, klentang klentingan besi dan suara-suara orang bicara saja yang saya dengar. Seorang suster berkata bahwa Dr. Ekarini sudah datang dan dia bilang kepada saya, kalau ada rasa ingin buang air besar, ngeden aja, tapi jangan dipaksa.

Saya yang tadi diem aja merasai mulas itu, sekarang mulai bersuara, karena mulas disertai dorongan untuk mengejan makin kuat terasa. Mulut saya otomatis mengeluarkan lenguhan. Selalu, ketika saya bersuara, suster-suster di sana menginstruksikan untuk mengambil napas dan buang napas perlahan.

Saat Dr. Ekarini masuk, saya lihat jam sudah menunjukan sekitar setengah satu pagi. Seorang suster mulai menginstruksikan kepada saya untuk mengangkat kaki dan mengejan sekuatnya saat tiap kali merasakan dorongan itu datang. Alhamdulillah lagi, saya ingat semua teknik mengejan yang diajarkan Suster Theresia di kelas senam hamil. Saya mengejan kurang dari 10 kali. Dan pukul 01.05 lahirlah anakku yang pertama.

Selamat datang, Muhammad Jenar Samudra Langit.



Salemba,
Mei 2013.

how cute he is.. :*

Lahirnya Langit - Part 1


Hari itu hari pertama saya menikmati cuti hamil dari kantor. Akhirnya saya ambil cuti lebih cepat dua minggu dari Hari Perkiraan Lahir (HPL) dan nambah seminggu dari cuti tahunan. Artinya saya baru akan balik ke kantor seminggu setelah Lebaran nanti. Senang rasanya gak perlu bangun pagi untuk berangkat kerja. Sejak weekend lalu setiap pagi saya bangun untuk pergi ke pasar dan masak di rumah. Maklum kalau kerja mana sempat pagi-pagi ke pasar dulu. Tapi ya gitu, dengan perut besar masak sedikit di rumah aja rasanya juga tetap capek.

Gema gak pergi kerja hari itu karena sedang pusing dan flu, badannya juga agak demam. Jadi seharian kami berdua di rumah saja, dan dia tidur melulu. Habis makan siang saya juga pergi tidur. Kesempatan langka gak boleh disia-siakan. Kalau kerja paling cuma bisa rebahan 15 menit abis sholat, sekarang aku sudah bisa tidur sepuas-puasnya dooong. Hehehe...

Saya terbangun jam setengah 4 sore karena merasa mulas. Tapi gak sampai 5 menit mulasnya hilang. Saya tau itu cuma kontraksi palsu dan karena rasa ngantuk masih melanda, saya langsung ketiduran lagi. Sekitar jam 4 lewat 5 menit rasa mulasnya datang lagi sampai saya terbangun, lalu keingat bahwa belum sempat sholat ashar. Saya pikir nanti kalau mulasnya hilang, saya mau sholat dulu. Tapi begitu hilang, eh, malah ketiduran lagi. Hehe! Jam 4 lewat 35 menit, jam 5 kurang 5 menit, Jam 5 lewat 20 menit, Jam 6 kurang 10 menit, rasa mulas itu melanda lagi. Pikir saya, duh, kok mulas melulu ya, tapi sempat saya cek tidak ada darah atau flek yang keluar. Jadi saya tenang saja.

Saya mandi menjelang magrib lalu setelah sholat saya bilang ke Gema bahwa dari tadi saya merasa mulas, dia cuma bilang gak apa-apa. Menjelang jam 7 rasa mulasnya makin sering datang, kira-kira setiap 10 sampai 7 menit sekali. Tapi yang ini ditambah dengan rasa pegal di pinggang belakang. Kadang mulasnya gak tertahan sampai lemes rasanya dan bikin saya pengen tiduran terus.
Saat jam makan malam saya suruh Gema makan duluan, saya bilang nanti saya nyusul makan kalau mulasnya sudah hilang. Saat rasa mulas mereda saya pergi ke dapur, tapi baru juga ngambil piring eh sudah mulas lagi. Jadi saya tinggalkan itu piring dan pergi tiduran lagi di kamar. Saya niatkan dalam hati saat tiduran itu, nanti kalau mulasnya hilang pokoknya makan dulu terus tiduran lagi deh sambil BBM Adis untuk tanya-tanya. Waktu mulas reda, saya ke dapur untuk ambil nasi, tapi siapa kira baru juga ngambil nasi sesendok, mulas datang lagi begitu kuat. Saya buru-buru balik ke kamar untuk tiduran.

Makan saya malam itu gak nikmat, karena makan sesuap lalu mulas, sesuap lagi, mulas lagi. Rasanya mau rebahan aja. Saya kirim BBM ke Adis sekitar jam 8. Saya bilang bahwa dari tadi sore saya mulas terus, tapi belum ada flek atau darah yang keluar. Adis bilang observasi aja dulu apa mulasnya makin sering atau gak, takutnya hanya kontraksi palsu dan coba sabar dulu sampai kira-kira jam 10. Kalau nanti memang udah gak tahan mulasnya, katanya ke RS aja.

Menjelang jam 9 akhirnya saya akhiri BBM-an dengan Adis. Saya ingat waktu itu saya bilang, "gue bawa tidur dulu aja deh, siapa tau nanti ilang mulasnya." Lalu saya masuk kamar untuk tidur, sementara Gema lagi sholat isya di ruang tamu.

Begitu saya rebahan, mulasnya datang lagi. Duh, udah mau tidur masih mulas juga, pikir saya. Jam 20.55 waktu itu, saya ingat betul. Mulasnya hanya sebentar lalu hilang. Saya sempat terlelap nyenyak sebentar sebelum mulas yang kedua datang. Dan, breeessss....

21.10, ketuban saya pecah! Deg! Saya tahu pasti ketuban saya pecah. Airnya mengalir tanpa henti. Saya sempat panik rasanya, tapi sedetik kemudian ntah karena apa saat itu di otak saya seperti berkata, "Tenang, tenang! Ini saatnya."

Saya memanggil Gema dua kali dari dalam kamar, tapi tidak ada jawaban. Saya tahu dia pasti masih sholat.

Saat ketuban pecah itu rasa mulasnya mendadak hilang dan tak ada rasa sakit. Saya berdiri, dan melihat kasur sudah basah seperti diompoli. Saat itu Gema masuk ke kamar. Wajahnya kelihatan panik tapi kemudian bersikap tenang. Saya cuma bilang, "Ketuban aku pecah, panggil bibi, Yank. Ke rumah sakit aja sekarang."

Saya ganti pakaian dalam dan di saat itulah saya baru lihat ada lendir dan darah. Selesai itu saya masukan handphone dan buku 'Gentle Birth' ke dalam tas, lalu saya bersiap keluar. Resmi, sepupu suami saya, sudah siap di depan dengan taxi. Saya masih sanggup jalan keluar rumah sampai di depan jalan. Begitu masuk di dalam taxi, saya kirim BBM ke Adis, "Ketuban gue pecah. Ini mau ke rumah sakit sekarang."


Salemba,
Mei 2013

Here he is... the one and only... LANGIT

Wednesday, May 1, 2013

Satu Tahun Lagi

Tuhan, terima kasih untuk usia yang bertambah satu tahun lagi.
Terima kash untuk segala berkah dan rezeki serta semua kebahagiaan yang tak terperi




Untuk keluarga dan teman-teman, terima kasih atas ucapan, doa, dan harapannya yang diberikan untukku. Terima kasih. :)

37 Weeks: Wish Me All The Best

Wuuuiiih lamanya gak berkutat dengan blog ini. Bulan April kemarin tidak ada tulisan dari saya sama sekali ya?!

Well, saya mau update cepat aja yaa...

Kerjaan saya di kantor makin numpuk, puk, puk... Jadi kesempatan untuk nulis-nulis santai di blog ini sedikit banget. Di rumah laptop lagi remuk lagi. Yup, remuk LCD nya, gara-gara kedudukan pantat suami. Udah diganti sih LCD nya tapi begitu bisa nyala, cuma tiga harian terus tuh laptop error. Hiks! Jadi ga ada fasilitas tulis menulis deh. Padahal kadang banyak banget cerita yang mau saya tuliskan, tapi begitu ada kesempatan kemudian otaknya blank, bingung mau nulis apaan.

Adek bayi di perut sekarang udah masuk 37 minggu, semuanya berjalan lancar alhamdulillah. Tapi waktu minggu lalu terakhir kontrol ke dokter katanya ukurannya agak besar sedikit sih. Jadi harus mengurangi makan nasi dan yang manis-manis.

Sejak minggu ke-34 saya ikutan kelas senam hamil di RS Carolus. Namanya rejeki ibu hamil emang gak kemana deh. Seharusnya ikutan kelas senam hamil dari minggu ke-32, tapi saya lupa melulu untuk daftar. Sekalinya telepon untuk daftar, kelas hari Sabtu pagi, dibilang penuh semua. Katanya kalau mau ikutan yang hari kerja aja. Mana bisa kan? Huhuhu... Waktu saya tanya kapan kelas yang hari Sabtunya bisa ketahuan kosong, suster di sana bilang gak tahu pasti. Karena kelas kosong ya kalau ada peserta yang sudah melahirkan. Kelas senam hamil di RS Carolus sistemnya datang pertama kali dan lakukan pendaftaran dengan biaya Rp 150,000 kemudian minggu-minggu berikutnya tinggal datang aja lagi di jam dan hari yang sama tanpa bayar lagi sampai  bayi kita brojol.

Tapi si suster baik hati sekali lho. Dia sempat bilang gini, "Saya bilang ke ibu dua hal. Kalau mau besok Sabtu pagi-pagi sekali jam tujuh sudah tiba di sini, langsung cek aja kelasnya, nanti bisa diusahakan untuk diselipkan. Tapi pagi-pagi sekali ya bu datangnya. Kedua, kalau memang sudah datang dan gak dapat kelasnya, jangan kecewa. Itu saja. Masih bisa latihan sendiri atau di tempat lain." 

Jadi, hari Sabtu itu jam 7 pagi teng saya dan suami udah sampai di RS Carolus dan langsung ke tempat pendaftaran. Saya dikasih kartu yang harus di tandatangani suster yang melatih senam hamilnya. Kalau dapat tandatangannya, ya berarti saya dapat kelasnya dan tinggal bayar. Tapi kalau gak dapat ya artinya kelasnya masih penuh. 

Karena kelas baru mulai jam 8, jadi saya duduk persis di sebelah pintu kelas senamnya. Ruangannya masih dipakai untuk berdoa pagi dulu katanya. Begitu pintu dibuka ada belasan suster yang keluar dari ruangan tersebut, buseeet deh, bingung kan ya nyari mana suster yang ngajar kelas senamnya?! Terus saya nyamperin seorang suster dan bilang mau minta tandatangan untuk ikutan kelas senam hamil. Suster yang namanya Irene ini padahal bukan yang ngajar, eh dia baik bener lho nganterin saya sampai ketemu suster Theresia si pengajar di kelas senam. Dan akhirnya perjuangan saya datang pagi-pagi gak sia-sia. Tersedia dua tempat kosong untuk kelas senam hari Sabtu jam 8 pagi. Langsung deh hari itu saya ikutan kelas senam hamil.

Itu cerita udah hampir 3 minggu lalu. Dan hari Jumat ini hari terakhir saya di kantor sebelum cuti 3 bulan. Yeeeeaaaaayy!!!! Saya bakal balik ke kantor seminggu setelah lebaran nanti. Doakan ya semoga semuanya berjalan lancar. Gak lama lagi saya dan suami akan segera ketemu si adek bayi. I just can't wait! :)


pic from here




Thursday, March 28, 2013

Rutinitas Bumil

Setelah ikutan kelas HypnoBirthing dengan Ibu Lanny dari HypnoBirthing Indonesia, saya merajinkan diri untuk sering-sering latihan hypnobirthing dan relaksasi, self healing, yoga, atau ngobrol sama adek bayi. Meski gak selalu 2x sehari, tapi seengaknya saya berusaha salah satu kegiatan tersebut selalu saya lakukan setiap hari. Memperkaya diri saya sendiri juga dengan ilmu termasuk salah satu hal yang saya lakukan untuk menghadapi kehamilan pertama ini.

Ngelakuin semua kegiatan tersebut gak susah kok sebenernya, yang penting niat rajinnya yang kuat, hehe... Karena kalau lagi kumat malesnya, saya bisa gak pengen ngapa-ngapain seharian, cuma gegoleran di kasur.

Dan ngelakuin hal-hal tersebut gak butuh "peralatan perang" yang ribet kok.. Nih dia peralatan perang saya untuk memberdayakan diri sebisa mungkin menghadapi kehamilan dan persalinan nanti. *cailaaah...



1. Buku! Yup, buku! Ini salah satu alat perang paling penting buat saya. Banyak baca banyak tahu. Seperti saya sering bilang ke diri sendiri, ibu hamil yang pintar adalah ibu hamil yang banyak membaca. Gak ada tuh alesan karena ini kehamilan pertama, terus sah-sah aja bilang gak tau apa-apa. Korek informasi sedalam mungkin, cari tahu sebanyak mungkin, baca apa pun mengenai kehamilan dan persalinan namun tetap kritis dalam menerima informasi, bisa jadi senjata ampuh untuk menghadapi persalinan nanti. Sejak awal kehamilan saya banyak baca buku, majalah, dan cari informasi dari internet. Jadi meski kehamilan pertama, anak pertama, ilmu yang di dapet boleh dong sama kaya yang udah beranak lima, hehehe...



2. CD Musik untuk relaksasi dan latihan hypnobirthing. Semuanya dapat gratisan. *nyengir* Yang CD Hypnobirthing dan yang judulnya "Morning" dikasih waktu ikutan kelas HypnoBirthing, yang satunya lagi berisi musik-musik yang menenangkan untuk pengantar tidur bayi, dikasih gratis dari Johnson and Johnson waktu belanja di Carefour. Rejeki bumil emang ga kemana, hehe.. Dengan musik-musik dari CD inilah hampir tiap hari saya latihan relaksasi dan HypnoBirthing. Saya juga dikasih pendulum kecil waktu di kelas HypnoBirthing, bisa digunakan juga untuk latihan relaksasi.



3. Bola Pilates / Birthing Ball / Gymnastic Ball.. Yah apa pun lah itu namanya. Bola ini enak bener didudukin kalau perut lagi kenceng. Emang sih untuk beli bola ini harus agak bermodal dikit. Saya beli bola yang ukuran besar ini dengan harga Rp 165,000. Hiks! Bola ini tiap hari saya pakai untuk latihan Pelvic Rocking, sangat ngebantu untuk mengurangi rasa pegel di punggung. Dan latihan duduk sambil panggulnya muter-muter di atas bola tersebut bisa bantu kepala bayi untuk turun ke bawah.  Secara beberapa minggu lalu saat USG ke RSCM kepala si adek bayi ada disamping, jadi dia melintang booook. Nah, setelah sering latihan pakai bola ini, hari Sabtu kemarin waktu ke St. Carolus lagi kepalanya udah di bawah. Yeeeaay... Nah,buat buebu yang punya kasus bayinya sungsang bisa juga pakai bola ini untuk bantu kepala bayinya cepat muter.


4. DVD dan buku latihan yoga untuk ibu hamil. Saya belum ikutan kelas senam hamil, baru rencana daftar untuk minggu depan sih. Nah, so far saya latihan sendiri di rumah pakai DVD dan buku yang dilengkapi gambar dan petunjuk. Di bukunya bidan Yesie "Gentle Birth" ada juga beberapa petunjuk dan gambar untuk yoga ibu hamil.


Nah.. buat buebu yang lagi hamil juga, gak perlu peralatan ribet untuk memberdayakan dan mempersiapkan diri kita saat melahirkan dan saat persalinan, kan? :) 

Wednesday, March 20, 2013

Kelas HynoBirthing

If you want to have better world, start it from pregnant moms
-Unknown Author-


Atas saran dari seorang teman dan rasa khawatir yang kerap muncul pada diri saya, membuat saya dan suami memutuskan untuk mengikuti kelas HypnoBirthing dari Hypno-Birthing Indonesia. Kelasnya berlangsung selama dua hari, di tanggal 23-24 Februari lalu dan ternyata dipimpin langsung oleh Ibu Lanny Kuswandi, founder dari HypnoBirthing Indonesia dan yang mengembangkan HypnoBirthing di Indonesia sejak tahun 2002. Sebelumnya saya hanya membaca website dan mengikuti twitter-nya saja. Lalu saat diumumkan ada kelas di bulan Februari, saya langsung ikutan daftar. Dengan harga Rp 900.000/pasangan/2 hari, semua pembelajaran, pengalaman yang di share di kelas tersebut buat saya berharga banget.

Mungkin sebagian pembaca tulisan saya bertanya-tanya, Hypno-Birthing itu apa sih? Di hipnotis gitu? Gak sadar dong? Sakit gak? dll. Seperti juga saat saya cerita kepada kakak ipar saya, pertanyaan yang muncul pertama kali darinya adalah, "sakit gak di hipnotis begitu?" Hypnobirthing mungkin belum begitu familiar terdengar buat orang-orang kita, apalagi yang belum pernah hamil, yang belum pernah cari-cari tahu soal kehamilan. Saya sendiri mengenal HypnoBirthing, gentle birth dan kawan-kawannya itu kira-kira saat menjelang saya mau menikah. Itu juga karena salah satu suami teman saya adalah praktisi hypnotherapy, jadi banyak tau dari mereka.

Jangan bayangkan HypnoBirthing itu memakai metode seperti hipnotis yang sering kita lihat di televisi yang dilakuin oleh Damien atau si botak, Dedy Cobuzier, yang bikin kita gak sadar terus ngelakuin hal-hal yang diperintahkan. Jauuuuuuhhh bangeeet dari itu. Selama dua hari mengikuti kelas tersebut saya sadar total tal tal tal tal malah bisa bolak-balik ambil minuman dan cemilan. :D

HypnoBirthing sendiri berasal dari kata "hypnos" yang berarti "tidur" dan "birthing" yang artinya "melahirkan". Tapi intinya secara sederhana (ini rangkuman saya sendiri ya) adalah bagaimana kita dibawa ke dalam kondisi relaks melalui proses relaksasi untuk memasukkan afirmasi dan sugesti positif (tentang proses persalinan dan melahirkan) kepada diri kita untuk diserap oleh pikiran bawah sadar. Kenapa harus dibuat relaks? Karena ketika tubuh manusia berada dalam kondisi yang relaks/tenang, maka dengan mudah afirmasi atau sugesti tersebut diserap oleh pikiran bawah sadar kita. Pikiran manusia terbagi atas pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Dan taukah kalian bahwa ternyata pikiran bawah sadar manusia berperan sebanyak 83% atas apa yang dilakukan oleh manusia itu sendiri, sementara pikiran sadar hanya berperan sebanyak 17%nya.

Jadi, jelas kan betapa pentingnya "pikiran positif" itu dimasukan ke dalam pikiran bawah sadar kita. Karena mungkin tanpa kita sadari sesungguhnya tindak tanduk kita sehari-hari sebagian besar dipengaruhi oleh apa yang tertanam di dalam pikiran bawah sadar kita.

Stigma yang tertanam pada sebagian besar masyarakat kita sejak lama, terutama perempuan, adalah bahwa proses melahirkan itu ialah proses yang menegangkan, sakit, mengerikan, tidak menyenangkan, penuh penderitaan, perjuangan keras, pokoknya serba 'horor' deh. Nah, lewat HypnoBirthing ini kita diajarkan bagaimana mengubah stigma negatif tentang proses persalinan tersebut menjadi positif.

Kalau ada yang bertanya lagi, emangnya segitu gampangnya ya merubah sebuah stigma yang selama ini udah melekat di dalam pikiran manusia? Saya jawab dengan pasti, "ENGGAK!" Makanya itu juga jangan berpikir dengan sekali ikutan kelas HypnoBirthing lalu proses persalinan dan melahirkan seorang ibu dijamin lancar jaya tanpa sakit sama sekali. Ngimpiiiiii.... Terus gimana dong biar bisa lancar dan nyaman? Jawabannya, LATIHAN sesering mungkin.

Proses HypnoBirthing bisa dilakukan sendiri dirumah. Mudah. Asal kita sudah tahu bagaimana caranya proses relaksasi tersebut (makanya ikutan kelasnya dulu biar tau). Dari ikutan kelas HypnoBirthing-nya Bu Lanny, pulang-pulang saya dibekali buku dan CD panduan. Jadi hampir setiap pagi atau setiap malam sebelum tidur saya latihan sendiri sekitar 20-30 menit. Sebab mensugesti diri sendiri gak bisa cuma sekali dua kali terus berharap semuanya lancar, makin sering latihan, makin mudah nantinya kita membuat diri kita merasa nyaman saat menghadapi persalinan. Merelaksasi diri sesering mungkin, memasukkan afirmasi-afirmasi positif bahwa proses melahirkan itu adalah proses yang indah, bisa dilakukan dengan nyaman dan tenang, dan meyakinkan diri bahwa tubuh kita mampu melahirkan dengan cara alami.

Bagi saya intinya adalah saya sangat percaya bahwa proses melahirkan itu adalah proses yang sakral. Proses keluarnya seorang manusia ke dunia untuk menjalani kehidupan tidak mungkin diciptakan dengan penuh ketakutan, trauma, kengerian, atau apa pun yang buruk. Tuhan Maha Baik, Maha Tahu, Maha Sempurna. Jika seorang perempuan dipercaya Tuhan untuk dititipkan ruh di dalam tubuhnya, maka Tuhan pasti sudah mempersiapkan segalanya dengan sempurna, termasuk kemampuan tubuh kita sendiri untuk mengeluarkan bayi tersebut. Masalahnya kadang kita sebagai manusia tidak menyadari bahwa tubuh kita mampu. Proses persalinan dan melahirkan hanya dianggap sebagai tindakan medis yang menjadi urusan dokter, perawat, dkk. Asal bayi itu keluar selamat, ibunya selamat, yo wis, klaaaaarrr......

Padahal kalau kita menyadari bagaimana indahnya proses kehamilan dan persalinan itu, rasanya ajaib banget. Waktu ikutan kelas HypnoBirthing dengan Bu Lanny, kami para peserta sempat diberikan tontonan sebuah video tentang proses berkembangnya sebuah janin selama 9 bulan di dalam kandungan, saya dan semua peserta yang perempuan sukses banjir airmata (yang bapak-bapaknya  pada jaim aja tuh, ga mau nangis, huehehe...). Videonya bisa dicari di youtube dengan judul "9 months".

Di kehamilan saya yang pertama kali ini, bersyukur banget saya bisa tau tentang semua hal ini gak telat-telat banget. Seengaknya saya bersyukur sering punya rasa penasaran mendalam terhadap sesuatu hal. Jadi begitu tau pertama kali tentang HypnoBirthing dan Gentle Birth saya selalu cari dan korek lebih banyak informasi mengenai hal ini. Dan banyak banget cerita, pengalaman dari semua yang saya baca dan dengar membuat saya lebih sadar diri mengenai proses kehamilan dan persalinan.

Saya selalu bilang ke diri sendiri, "bumil yang pintar ialah bumil yang banyak baca dan selalu mau tahu tentang apa yang terjadi pada diri dan bayinya."

Oiya, satu hal yang saya sadari, untuk ibu hamil yang mau ikutan kelas HypnoBirthing jangan tunggu usia kandungan tua. Sebab makin cepat ikutan, makin bagus. Kita bisa punya waktu makin banyak untuk latihan merelaksasi diri.

Tulisan ini sudah tertahan hampir sebulan di dalam draft, kalau nanti ada waktu kosong lebih banyak saya akan tulis lagi jauh lebih banyak tentang hal-hal seputar HypnoBirthing dan Gentle Birth.


pic from here














Friday, March 1, 2013

It's A Boy

Laki-laki. 

Yup! Seperti dugaan saya. Seperti perkiraan suami saya juga. 

Hari Jumat lalu kami pergi lagi ke Dr. Ekarini untuk USG, hasilnya jelas kelihatan bahwa si adek bayi berjenis kelamin laki-laki. Meski kalau ditanya maunya, sebenernya sih saya kepingin anak pertamanya perempuan. Biar bisa didandanin gitu, hehehe... Tapi suami memang maunya anak laki-laki (meski ga pernah mau ngaku). Perempuan atau laki-laki bukan hal besar bagi saya, yang penting adek bayinya sehat dan kuat. Meski maunya anak perempuan, tapi sejak awal sekali feeling saya memang mengatakan bahwa anak di dalam kandungan saya ini laki-laki. Semua peralatan bayi yang saya beli sebelum mengetahui jenis kelamin si adek bayi, meski niat awalnya beli warna-warna netral, tapi setelah dikumpulin kok cenderung warna laki-laki ya?!

Box si adek warnanya kombinasi hijau abu-abu, selimutnya biru, alas tidur dan gendongan warnanya kuning dan biru. Yang paling parah sih waktu kemarin mama saya baru pulang dari New Zealand. Semua baju yang dibeliin mama untuk si adek warnanya biru lengkap dengan gambar pesawat terbang, kereta api, atau roket. Waktu Ena protes kenapa bajunya kaya baju untuk anak laki-laki, Si Mama malah bilang, "ini sih netral." Hadeeeuh, itu mah baju  anak laki banget kali, ma. Tapi feeling nenek kali ya, dia tau cucunya bakal laki-laki. :)

Namanya?

He's got a name, tapi masih rahasia, hehe... Yang tau baru saya dan suami tentunya. Namanya ada empat suku kata. Nama itu "didatangkan" kepada suami saya. Hmm, gimana ya maksudnya?! Kaya semacam wangsit mungkin. Hehe.... Dulu sekali, saat hari dimana saya dinyatakan positif hamil, suami saya langsung bilang "kalau anaknya laki-laki, aku udah punya namanya." Dia sudah punya nama itu bahkan sebelum saya ketahuan hamil. Beberapa kali feeling bahwa anak kami laki-laki datangnya lewat suami saya. Pernah suatu pagi dia sedang ngaji, lalu dia datang ke saya dengan membawa tabsiran Al Quran. Suami saya menunjukan arti ayat yang sedang dia baca, saya lupa surat apa, tapi bunyi terjemahannya kurang lebih seperti ini: "... dan berbahagialah, karena didatangkan seorang anak (laki-laki) bagimu."


pic from here

Adek, tumbuh yang sehat dan kuat yaa... kita ketemu gak lama lagi. I love you... 

Thursday, December 20, 2012

More Than Just Eiffel

Siapa yang gak suka jalan-jalan? Siapa yang gak doyan jalan-jalan gratisan? Siapa yang gak mupeng diajak jalan-jalan gratisan keluar negeri?

Saya? Pengen banget, mau banget, mupeng banget!

But I said "No" for this time. *ngelap airmata* *mulaidrama*


Tepat dua minggu lalu hal  itu resmi diumumkan. Diakhir acara bulanan kantor "Town Hall", dimana seluruh karyawan berkumpul. Tiba-tiba sang Boss besar mengumumkan tujuan outing kantor tahun depan. Daaaannn..... jeng, jeng, jeng, jeng... We're going to:


PARIS

Sontak seluruh karyawan jejeritan kaya ketemu Suju. Eh, gak gitu juga sih kalau ketemu Suju. Yah, pokoknya langsung rame kaya pasar malem. Sorak sorai bergema dimana-mana. *sumpah, beneran* *gak drama kali ini*

Yup. It's confirmed! 

Tujuan pergi outing ke Paris bukan tidak diketahui oleh para karyawan. Di kantor tempat saya bekerja, khusus untuk tahun ini memang dipasang target untuk menentukan tujuan outing kantor kami berikutnya. Setelah dua kali sebelumnya para karyawan dibawa ke Pattaya-Bangkok, Thailand dan Beijing, China berdasarkan keputusan si Boss sendiri, kali ini kami pergi berdasarkan target yang dicapai.

Dua papan tulis besar dengan angka-angka target tiap bulan dan persentase yang dicapai diletakkan di dinding di kedua lantai kantor. Di bagian bawah terdapat tujuh buah gambar destinasi wisata yang berbeda, plus dengan kisaran targetnya. Jadi seluruh karyawan tahu, jika mau pergi ke destinasi tersebut, berapa jumlah target yang harus dicapai. Gambar Taman Safari ada di urutan pertama  dan diakhiri oleh gambar Menara Eiffel.

Gosip pergi ke Paris sebetulnya sudah sempat ramai dibicarakan. Namun karena setiap bulan acara "Town Hall", Boss kami selalu menyebutkan berapa jumlah target yang sudah dicapai, sementara ini adalah bulan terakhir dari tahun ini, alhasil orang-orang di kantor belum terlalu pede akan pergi ke Paris, karena sebetulnya masih kurang sedikit.

Tapi memang hari itu si Boss benar-benar membuat semua orang terkejut. Begini nih cerita detailnya...

Acara "Town Hall" berlangsung seperti biasanya di depan seluruh karyawan. Boss mulai mempresentasikan tentang ini dan itu, lalu masuk lah ke bagian mengenai pendapatan target bulan ini. Sebagian orang mulai nyeletukin, "paris... paris.."
"Hahaha, no, I won't say anything before I give my signature to the last invoice." katanya sambil ngakak. Lalu dia bilang bahwa siang ini tandatangan terakhirnya di invoice, pendapatan masih sejumlah bla bla bla. Kurang dikit lagi lah pokoknya.

Hampir satu jam lewat acara ini berlangsung dengan penuh bla, bla, bla. Lalu berakhir lah acara ini saat Boss berkata, "Okay, thank you for coming today." dan para karyawan mulai membubarkan diri. Saat itu lah kemudian dia berkata lagi, "Hey, hey... Attention, sorry, I am forget to say one thing." Para karyawan yang tadinya sudah beranjak kabur kemudian berhenti lagi. Karena posisi duduk saya persis di depan projector tempat berdirinya si Boss, saya melihat dia mengeluarkan Flash Disk dari kantong kemejanya. Saat itu saya cuma mikir dalam hati, tumben banget si Boss bawa flash disk sendiri. Karena biasanya semua materi "Town Hall" sudah disiapkan di dalam laptop.

Kemudian sebuah slide muncul. Tertulis : We have met our target?
*muka si Boss cengengesan* *muka karyawan kebingungan*

Lalu, sebuah tanda checklist hijau besar muncul dilayar. 

Boss berkata,"so, what's next?"
*muka si boss masih cengengesan* *muka karyawan kebingungan plus ikut cengengesan*

Dan....

Sebuah gambar Menara Eiffel muncul memenuhi layar. Lengkap dengan tulisan di bagian atasnya "Paris, here we come!"

Dan kerusuhan abad ini pun resmi dimulai...!!! Semua jejeritan, semua gedombrangan, semua jejingkrakan, semua teriak-teriakan. Dan si Boss ngakak parah! 

"But wait," he said! "Look at this. We're not only going to Paris!" 
*muka karyawan yang lagi ketawa kemudian separo melongo, separo menganga*

Slide diputar lagi...

"Here we go... Amsterdam-Brussel-Paris for one week. Not only Paris, guys!" katanya.

Lalu bisa kalian bayangkan sendiri lah ya bagaimana itu kantor rusuhnya. Dan, begitulah kisah ini berakhir.


Minggu ini Mbak Riana yang mengurusi soal trip ini mulai mendata para karyawan yang akan ikut pergi. Saya ditanya apakah mau ikut atau gak, karena saya sedang hamil. Kalau dibilang mau, jelas mau bangeeeett lah. Kemudian saya galau kaya anak ABG jatuh cinta *halah*

Kalau melihat tanggal perginya, sebenarnya saya pasti sudah melahirkan. Tapi mungkin adek bayinya baru berusia 3 mingguan. Ajegile, emak-emak abis brojol langsung mau ikut ke Paris? Begitu kan ya pasti orang-orang mikirnya? Ntar anaknya sama siapa? Ntar nyusunya gimana? Yang ngurusin nanti siapa?
*berpikir semacem gue ini sejenis emak yang bakal ninggalin anak gue di panti asuhan kali yaa gitu*

Iyeeee, itu sih juga yang jadi pikiran saya. Tapi tau gak? Saya masih aja sempat-sempatnya mendiskusikan tentang ini kepada suami, dan ia akhirnya mengizinkan saya pergi. Dengan satu syarat, stok ASI untuk adek bayi harus cukup selama ditinggal pergi. 

Terus soal emak babe mertua, bagaimana? Kalau ntar ditanyain gimana? Suami saya dengan gampangnya bilang, "Yah, bilang aja nanti ibunya refreshing sebentar abis hamil sama melahirkan kemarin capek."  *cipok suami gue dulu aaaaahh*

Lalu, kemarin pagi di kantor saya memberitahu Mbak Riana kalau suami saya mengizinkan saya ikut pergi. Siangnya, si Cici Dewi, tour leader yang sudah dua tahun berturut-turut membawa kantor saya melakukan trip datang bertemu si Boss. Saat ketemu saya, dia langsung heboh cerita dan bercanda-canda, sambil bilang, "Duh, Mei, yang mau jadi mommy, gak bisa shopping-shopping dong. Sesar aja bayinya. Kalau kita orang Chinese biasanya lahirnya anak itu suka dipilih lho tanggalnya, biar dilihat keberuntungannya, dan biar ke depan jalannya mudah. Udah, ikut aja, cuma sebentar ini perginya."  

Malam harinya suami saya tanya, "kamu tadi udah bilang yang soal pergi itu ke orang kantor?"
"Udah. Aku gak jadi ikut kok."

Yup, saya mutusin gak ikut pergi meski suami mengizinkan. Gak tahu kenapa ya, walau awalnya bingung, terus sempet senang karena diizinin suami, lalu saya ber-positif thinking bahwa selama ditinggal seminggu pasti bayi saya akan baik-baik aja sama bapaknya dan orangtua saya, stok ASI pasti cukup, dan everything is gonna be okay, saya memutuskan untuk gak ikutan.

How can I leave my baby? It's more beautiful than Eiffel tower or Amsterdam's canal or everything there. My baby is my world. 

Kalau kata Gita Gutawa, "tak perlu lah aku keliling dunia, 'karna ku tak mau jauh darimu."


pic from here

It's A Long and Exciting Road

Gak kerasa kehamilan saya sudah masuk usia 19 minggu lebih. Akhir bulan ini akan cek adek bayinya lagi ke dokter. Oiya, akhirnya saya memutuskan untuk pindah RS dan ganti dokter. Sekarang kami cek up ke RS. St. Carolus Salemba dengan Dr. Ekarini. Selain karena dekat sama rumah, Dr. Ekarini ini direkomendasikan oleh teman saya, Dhiesta. Saya dan suami memang sepakat cari dokter kandungan perempuan. Di RS. St. Carolus, satu-satunya dokter kandungan perempuan ya Dr. Ekarini. Antriannya untuk ketemu beliau ini selalu sepanjang jalan kenangan. Karena mungkin satu-satunya yang perempuan dan dia een beetje fameus* kalau kata orang Belande, hehehe...

Hari Sabtu itu pagi-pagi sekali saya telepon ke RS untuk melakukan pendaftaran. Jam masih menunjukkan pukul 06.10. Begitu nyambung ke bagian pendaftaran, kemudian saya mendaftar dan  bertanya dapat nomor antrian berapa. Susternya bilang saya antrian nomor 31 dan disaranin datang aja jam 4 sore (padahal dokternya mulai prakter jam 1 siang). Buseeeeeettt... Itu jam enam pagi lho boooowww, masa dapat nomor 31??? Niat mau ke dokter hari itu langsung ciut rasanya. Tapi suami nyaranin untuk datang lebih cepat, kalau banyak yang belum datang nanti katanya siapa tahu bisa didahuluin. Jadi siang itu saya tetap datang jam 1 siang ke RS. 

Benar saja! Baru ada dua orang yang antri di depan ruangan dokternya. Dr. Ekarini belum datang. Kira-kira 20 menit kemudian pasien semakin banyak tapi sang dokter belum datang juga. Namun ketika kira-kira jam 2 kurang 15 menit, sang dokter yang kecil dan kelihatan galak ini datang dengan heboh plus terburu-buru. Saya cuma menunggu tidak sampai setengah jam lagi kemudian nama saya dipanggil. Woohoooo... dari antrian ke 31 saya kayanya orang ke 6 yang masuk ruangan deh.

Nih dokter mungkin karena tau antrian dia selalu panjang bener, jadi kesannya ngelayanin pasien buru-buru banget. Saya mau nanya aja sampe takut. Tapi saya tetap memutuskan bertanya apa yang mau saya tahu, dan ternyata Dr. Ekarini tetap melayani dengan menjawab semua pertanyaan-pertanyaan saya lho. Bodo amat deh ya kalau dia mikir "Duh, lama lo nanyanya, pasien eke banyak ini." Eke kan juga bayar mehoong cyiin.. hehe!

Kesan pertama saya terhadap Dr. Ekarini sebenernya bikin takut dan deg-degan, soalnya orangnya ngocol, cara ngomongnya santai tapi nyolot juga. Nah lo, gimana tuh?! Yah, gitu deh pokoknya. Tapi ditelisik lebih dalam orangnya sih baik sebenarnya, buktinya dia menjelaskan semua pertanyaan saya dengan sejelas-jelasnya dan mau ngejawab semuanya. Apalagi ditambah semalam saya baru selesai baca buku "Catatan Ayah ASI" dan ada salah satu cerita penulis dimana mereka juga pergi ke RS Carolus dan berdokter dengan Dr. Ekarini. Mantap lah!

Kalau di tulisan saya terdahulu dimana saat melakukan USG pertama kali di RSIA Evasari, ditemukan kista endometriosis di dalam perut saya dan saya sedih setengah mati gara-gara dokternya bukan bikin tenang malah ngoceh panjang lebar soal kista pecah lah, nanti harus operasi ini lah, itu lah, saat kemarin ketemu Dr. Ekarini dan melihat buku riwayat kehamilan saya sebelumnya dia malah santai banget nanggepin soal kista saya itu. Katanya, "Kista endometriosis itu bikin perempuan susah punya anak, lah ini udah punya anak kok, ngapain khawatir. Kista itu biasa, kalau hamil juga mengecil. Gak masalah. Pokoknya selama masih bisa normal, di RS ini pasti diusahakan normal kok." Beeuuh, mantap gak tuh? Rasa khawatir saya soal kista itu mendadak lenyap!

Tapiii... saat saya melakukan USG dengan Dr. Ekarini diketahui bahwa ari-ari di dalam rahim saya ternyata berada di bawah letaknya. Hmmm.. sempet gimana gitu rasanya. Kok hilang khawatir tentang kista, malah muncul yang satu ini. Tapi lagi-lagi si dokter ini langsung menenangkan. Beliau bilang, "Nunggung aja sering-sering ya. Ini masih 16 minggu kok, masih lama. Masih bisa naik ari-arinya. Pokoknya sering nungging aja kaya gitu posisinya (sambil nunjukin gambar ibu hamil yang lagi nungging yang ditempel di dinding sebelah tempat tidur). Nanti usia 30an minggu kita bisa liat lagi, kalau memang masih di bawah, ya nanti dipikirkan tindakan berikutnya. Tapi sekarang sih pokoknya sering nungging aja, masih bisa naik kok."

Meski tetap khawatir, tapi cuma sedikiiitt. Dan at least gak bikin saya becucuran airmata saat pulang ke rumah kaya waktu habis pulang dari RSIA Evasari itu. Sama seperti saat tahu tentang kista itu, begitu sampai rumah yang saya lakukan adalah browsing di google. Ari-Ari dengan posisi di bawah biasa dikenal dengan istilah Plasenta Previa. Plasenta Previa pun ada 3 jenis; Plasenta Previa Totalis (menutupi semua jalan lahir), Plasenta Previa Parsial (menutupi sebagian jalan lahir) dan Plasenta Previa Marginal (tumbuh mendekati permukaan jalan lahir). Kebanyakan ibu hamil dengan kasus plasenta previa memang terpaksa melakukan operasi sesar untuk mengeluarkan bayinya karena resiko pendarahan sangat besar, tapi ada juga yang masih bisa melakukan proses melahirkan normal, jika jalan lahir masih terbuka beberapa centimeter.

Dari hasil ngobrol dengan mama dan teman-teman, mereka semua positif memberi dukungan bahwa letak ari-arinya masih bisa berubah. Mama saya malah cerita dulu waktu beliau mengandung saya, ari-arinya juga sempat di bawah kemudian posisinya berubah ke atas lagi, dan bisa melahirkan secara normal dan ini lahiran anak kembar pula. Teman saya, Friska, bilang suruh sering ngobrol dengan bayinya. Hal ini juga yang dikatakan suami saya. Jadi setiap saya nungging, saya atau suami mengajak ngobrol si adek bayi supaya membantu dari dalam perut untuk merapihkan letak ari-arinya, supaya nanti dia bisa keluar dengan lancar.

Kehamilan di usia hampir memasuki 20 minggu saya makin excited menunggu kelahiran si adek bayi. Saya berusaha memperoleh informasi sebanyak mungkin tentang proses melahirkan dan pemberian ASI. Saya mengikuti milis "ASI for Baby" atas saran Dhiesta. Saya juga mengikuti banyak sekali akun twitter yang sangat bermanfaat untuk ibu hamil. Tweet mereka sangat membantu buat saya sebagai ibu baru, seperti @ID_AyahASI, @TanyaDokterSpOG, @dr_dip, @bidankita, @aimi_asi, @HypnobirthingID, @infohamil, @dr_oei, dll.  Minggu lalu saya menghabiskan waktu hampir 3 jam di Gramedia untuk cari buku tentang kehamilan dan sebenarnya banyak banget buku yang mau dibeli, tapi nyicil kali yeee, kalau gak bisa bangkrut nanti, hehehe...

Yang saya gak sabar adalah saat nanti beli baju-baju bayi dan peralatannya. Ini sih rencananya bulan depan. Saya gak mau belanja terlalu cepat, tapi juga gak mau nunggu udah 8 atau 9 bulan, yang ada saya keburu capek dan pegel kalau jalan lama-lama. Tapi namanya juga emak-emak yaa, gak tahan godaan apalagi kalau buat belanja. Bulan lalu saat mengujungi Maternity, Baby and Kids Expo di JCC, Senayan, buseeet deh ini nahan-nahan hati banget buat gak beli macem-macem dulu. Tapi tetep aja pulang dengan satu buah stroller dan selimut bayi. Suami saya malah ngebet beli kolam renang dan ban leher untuk bayi. Meina, kembaran saya, sudah membelikan sebuah box bayi yang merk dan modelnya persis sama banget seperti box bayi yang saya mau saat lihat di pameran di JCC waktu itu. Yeeeayy!

Ini baru saja hampir 20 minggu, masih ada separuh jalan lagi. Masih cukup lama tapi seruuu. I can't wait for this.


*lumayan terkenal.

pic from here