Saat BBM dari Adis yang menanyakan saya sekarang sudah
berada di mana masuk, tepat saat saya keluar dari taxi. Saya bilang sudah
sampai rumah sakit.
Satpam di depan sempat menawarkan apa saya mau pakai
kursi roda, tapi saya tolak. Saya pilih untuk jalan kaki saja sampai ke kamar
bersalin. Karena beberapa minggu sebelumnya saya sudah daftar kamar di sini,
jadi saat itu kami langsung menuju kamar bersalin tanpa basa basi dulu untuk
proses administrasi.
Suster Ningrum, suster yang sama saat saya datang mendaftar
kamar saat itu, langsung membuka pintu saat bel pertama saya tekan. Saya bilang
ketuban saya sudah pecah. Dia langsung membawa saya ke kamar bersalin, meminta
saya ganti pakaian. Katanya pihak RS Carolus sudah menelpon Dr. Ekarini untuk
datang.
Saya masih bisa bolak-balik sendiri ke kamar mandi untuk
ganti pakaian dan siap untuk diperiksa dalam. Saat saya masih di dalam kamar
mandi, mama sudah sampai. Saya sempat menelpon mama sebelum pergi ke rumah
sakit tadi. Kebetulan mama masih di kantor dan langsung menuju ke RS Carolus.
Setelah saya selesai tukar pakaian, saya langsung diminta
berbaring di atas tempat tidur untuk diperiksa dalam oleh suster. Saya ingat
ketika itu hampir setengah 11 malam. Susternya bilang baru pembukaan 3.
"Masih kira-kira tujuh jam lagi ya, Pak. Masih lama kok. Sejam kira-kira
satu bukaan," kata susternya.
Saya langsung melihat jam di dinding. Berarti sekitar
pukul 4 atau 5 subuh baru keluar dong bayinya, dalam hati saya. Tapi entah
bagaimana saat itu juga saya yakin tidak akan menunggu selama itu untuk melihat
bayi saya. Rasa mulas datang semakin kuat dan kencang. Saya sempat kesal karena
saat saya berbaring sambil merasakan mulas, ternyata masih juga saya ditanya
ini itu soal data-data pribadi dan printilan lain-lainnya. Saya pikir kan
kemarin waktu mendaftar saya sudah tulis semua informasi tentang saya, suami,
dll. Kenapa juga ini suster masih tanya-tanya lagi?!
Kalau bukan karena merasai mulas di perut, pasti saya
sudah ngomel ke itu suster. Hehehe...! Saat rasa mulas datang bersamaan dengan
pertanyaan-pertanyaan dari suster itu, saya jawab hanya dengan bergumam atau
dengan suara sebisanya. Ya, coba bayangin aja deh, orang lagi ngerasain mulas
pake ditanyain "Punya penyakit gula, Bu? Jantung? Ginjal? Asma?
Anemia?" Hadeeeuuuhh... Belom pernah keselek truk semen ya, Sus?!? :D
Saat pertanyaan-pertanyaan itu selesai diajukan, baru
saya ditinggal berdua dengan suami di dalam ruang bersalin. Suster sempat
membawakan bola pilates, katanya enjot-enjotan aja dulu biar cepat bukaannya,
tapi saya antara ngantuk, mulas, dan pengen rebahan aja rasanya, jadi bola itu
cuma diem dipojokan, tak tersentuh sama sekali. Saya rebahan saja di kasur
sambil memejamkan mata. Susternya sempat bilang waktu mau keluar, "Ibu,
jangan tidur ya, nanti ga nambah-nambah bukaannya." Saya cuma mengiyakan.
Tapi saya percaya tidur ga berpengaruh sama soal pembukaan (langsung ingat
cerita Ibu Lanny-nya Hypnobirthing Indonesia, tentang seorang ibu yang berhasil
melahirkan sambil tidur saat sedang direlaksasi).
Saya sih memang sempat mikir, "Kalau gue cuma
tiduran aja nanti lama lagi pembukaan lengkapnya." Tapi apa daya, mata aye
udah setengah watt pula. Setiap mulas datang saya pejam mata sambil baca surat
Al-Ikhlas dan kata 'tenang' seolah diputar secara otomatis di dalam otak saya.
"Tenang, tenang, tenang," kata itu bergema terus menerus di kepala
tanpa saya sengaja. Alhamdulillah, meski rasa mulas datang hampir tiap tiga
menit sekali saya masih ingat betul semua teknik pernapasan yang diajarkan saat
Hypnobirthing maupun di kelas senam hamil. Dan itu saja yang saya praktekkan!
Sejam kemudian suster yang tadi datang lagi. Katanya
darah dan lendir saya sudah banyak sekali, jadi dia akan melakukan pemeriksaan
dalam lagi. And you know what she said? "Wah, udah pembukaan sembilan, Bu.
Cepat banget ini. Mulasnya bagus berarti ibunya. Anak pertama biasanya lama.
Ini cepat banget tapinya, cuma sejam dari pembukaan tiga, sekarang udah
pembukaan sembilan." Uhuuuuyy!!! See? See? See? I knew it. It won't take
so long long long time to see my baby. *girang*
Sang suster lalu keluar dan memberitahu suster lainnya
untuk segera mempersiapkan peralatan tempur. Rasa mulas disertai dorongan untuk
mengejan mulai datang. Dan segerombolan suster mulai hilir mudik keluar masuk
kamar bersalin. Saya langsung merem! Iya, merem! Kenapa? Karena saya parnoan
orangnya kalau ngeliat itu peralatan perang. Jadi daripada nyali saya mendadak
ciut, makanya saya merem. Cuma suara-suara roda didorong, klentang klentingan
besi dan suara-suara orang bicara saja yang saya dengar. Seorang suster berkata
bahwa Dr. Ekarini sudah datang dan dia bilang kepada saya, kalau ada rasa ingin
buang air besar, ngeden aja, tapi jangan dipaksa.
Saya yang tadi diem aja merasai mulas itu, sekarang mulai
bersuara, karena mulas disertai dorongan untuk mengejan makin kuat terasa.
Mulut saya otomatis mengeluarkan lenguhan. Selalu, ketika saya bersuara,
suster-suster di sana menginstruksikan untuk mengambil napas dan buang napas
perlahan.
Saat Dr. Ekarini masuk, saya lihat jam sudah menunjukan
sekitar setengah satu pagi. Seorang suster mulai menginstruksikan kepada saya
untuk mengangkat kaki dan mengejan sekuatnya saat tiap kali merasakan dorongan
itu datang. Alhamdulillah lagi, saya ingat semua teknik mengejan yang diajarkan
Suster Theresia di kelas senam hamil. Saya mengejan kurang dari 10 kali. Dan
pukul 01.05 lahirlah anakku yang pertama.
Selamat datang, Muhammad Jenar Samudra Langit.
Salemba,
Mei 2013.
how cute he is.. :* |
No comments:
Post a Comment