Thursday, April 26, 2012

Lelaki Yang Kehilangan Puisi

kutemukan kau dengan wajah berbeda
di sudut ruang ibukota
tak berkaki, tak bernyali,
tak bermimpi

ada yang mencuri puisi dari tubuhmu
dan aku bertanya-tanya sendiri
apakah kau tidak merasa
ngeri?



Jakarta, 26 April, 2012

Monday, April 23, 2012

Yang Tersisa Dari Kita Hanyalah Kenangan



hei! apa kabarmu, petualang? masih samakah meski belasan purnama telah berlalu? kegemaranmu hinggap pada kota-kota tak bernama, mencari cerita, melarikan diri dari keramaian, sepertinya masih saja berlanjut. aku tiba-tiba teringat kita. ketika kemarin petang hujan merinai tak jemu, kubuka kembali kotak kenangan dimana kuletakkan namamu di dalamnya, setahun yang lalu.

aku masih tertawa ketika mengingat kisah kita. pertemuan yang selalu terjadi hanya dalam mimpi yang kita rajut sendiri. aku kerap bertanya bagaimana seharusnya kisah kita menuju. jika saja dulu kita masih sempat punya waktu untuk berbicara tentang cinta. tapi kamu selalu bilang ibukota terlalu bising untuk mendengar suara hati yang berbisik-bisik.

aku di sini bahagia. meski terkadang masih senang menangis sendiri malam-malam untuk hal yang tak kuketahui penyebabnya. aku kan memang melankolis, ratu drama, kalau katamu. tak perlu khawatir, itu yang akan kukatakan padamu jika suatu hari nanti mungkin kita bertemu lagi --perjumpaan di dalam kereta menuju sebuah desa, atau pun perjumpaan kita di muka bandara--.

aku selalu berharap kamu akan baik-baik saja. aku yakin, kamu pasti bisa berdamai dengan masa lalu, dan terus berjalan dengan kepala tegak itu. suatu hari, mungkin aku tak akan lagi berkabar kepadamu. ketika nanti aku lupa bagaimana caranya menulis puisi untuk keberikan kepadamu. suatu hari, mungkin begitu pula denganmu terhadapku. 

pernah kuucapkan kepadamu bahwa pertemuan selalu mengantarkan jarak. jadi kurasa kita sudah selalu siap dengan kalimat perpisahan. tapi kau juga tahu selama hujan masih tak bosan-bosannya turun merinai, namamu akan tetap terjaga. meski yang tersisa dari kita hanyalah kenangan yang tak pernah genap. 



Jakarta, April, 2012









Friday, April 20, 2012

Ikan-ikan di Kepala

ikan-ikan di kepalaku ingin berenang
menyusur tiap lekuk di dadamu.
mencari nama-nama
yang disembunyikan masa purba

tapi waktu menjadikanmu batu
hingga aku terlampau bisu
bahkan untuk sekedar mengeja
namamu

Rindu Gemetaran

Menanggung kenangan yang berlinang, kau tahu jiwaku tak lagi tegap
Gelisah melunta kata menjadi debu.   
Otak tak mampu mengingatmu sungguh.
Aku menjadi tak utuh dihadapmu.
Tetapi, esok hari, pada rencana perjalanan pagi  
Dimana cintaku dulu menghilang,
Menelusup tumbuh, tiba-tiba menjadi tunas sewajahmu.
Angin semilir dan aku mencium aroma sewangi tubuhmu.
Kemudian waktu pun berbalik, menyudutkanku pada ingatan;
Kekuatiran menjejalkan rasa sesal salah masa lalu padamu.
Tetapi cintaku semakin tumbuh.
Maka, aku pun berlari; mengejar malam  sembunyi pada liang-liang kelam
Menjauhimu - agar rindu tak selalu datang.
Tetap saja,
Mudah kau temui aku
Dalam liang rindu gemetaran.

Jawa Timur, 2011


pic from here

Wednesday, April 18, 2012

Mencintaimu Adalah

mencintaimu adalah gelung ombak di pantai
selalu datang, tak pernah hilang

dan cintaku padamu ialah pagi
tak berjanji selalu bermentari
tapi selalu ada


Jakarta, 18 April, 2012

pic from here

Saturday, April 14, 2012

Bisakah Kau Bayangkan?

Aku masih saja berdoa untuk puisi-puisimu yang hilang, yang selalu ingin kau kumpulkan. Memunguti jejaknya meski barangkali yang tersisa hanya remah-remah tanggal dan nama. Namun aku tahu, sebab kata ialah harta karun bagimu.

Pernahkah kau tahu betapa bangga aku melihatmu di atas panggung sana, dengan sebuah buku, yang dikerumuni kata.

Tapi bisakah sekali kau bayangkan aku? Sakit dan dilema. Begitu ingin menyimpannya, karena banggaku atasmu. Karena kata juga harta karun bagiku. Meski harus kujumpai nama-nama --yang tidak pernah ada aku di dalamnya--, meski aku harus mati dalam sakit hati, di pelukanmu.



Jakarta, 14 April, 2012

Pic fromhere

Barangkali

ada kalanya aku ingin buta
agar tak perlu membaca kata
dalam puisi atau surat cintamu
untuk pelacur jalanan

barangkali aku juga ingin
tuli
agar gema namanya dalam rumah kita
lenyap selamanya

atau mati saja
agar usai semuanya



Jakarta, 14 April, 2012

pic from here

Nanti, Kau Rasakan

Ketika pengkhianatan di gelar lagi
Dalam kamar kita
Dan, rasamu dianggap biasa saja



Jakarta, 14 April, 2012

pic from here

Nasib Kita

barangkali nasib kita yang berpegang tangan
hanya sampai di ujung jalan.
ketika persimpangan menjadi begitu membingungkan.


Jakarta, 14 April, 2012

pic from here

Kereta

sakit akan ingatan-ingatan masa lalumu
adalah kereta di peron stasiun.
pergi lalu kembali.
lagi dan lagi.

dan aku ialah bangku tunggu
di peron itu.
selalu di situ, menunggu
meski berdebu dan selalu ditinggalkan.



Jakarta, 14 April, 2012

-untuk semalam, ketika halilintar menggelegar di dalam kamar kita-

pic from here

Puisi Kita 2

seharusnya kita tak usah pernah
tumbuh dari puisi
disuapi kata-kata yang kemudian
menjadi anak durhaka


Jakarta, 14 April 2012

Puisi Kita

puisi memang tidak pernah tentang kita
itu cerita lama, kisah kau
dan dia
jadi buat apa aku minta kau
menulis puisi bersamaku

sebab denganku kata-kata adalah
batu, bagimu


Jakarta, 13 April, 2012

Thursday, April 12, 2012

Sebuah Malam Di Beijing

di sini, aku mengadu pada reranting
yang ringkuk, kesepian dan kedinginan
apa kabarmu malam ini?
penoreh luka yang tidak pernah rapih terjahit

tiap malam ketika angin berhembus
dingin dan diam diam, aku masih saja
tenggelam dalam banjir airmata
bagaimana kita menamatkan luka, kasih?
jika lampu jalanan selalu berpendar redup
dan mimpi malam selalu menjadi hantu
ketika bahumu bukan sandaran di atas ranjang

malam ini reranting ringkuk,
dingin dan sepi
aku menangis mengingat kisah kita
yang retak dalam perjalanan


Beijing, April 2012

pic from here

[Beijing Trip] : Last But Not Least

Selama enam hari perjalanan di Beijing ada banyak hal yang saya amati dan menjadi pengalaman menarik. Awal perjalanan yang dimulai dengan hujan deras sekali ketika bus kami akan berangkat dari kantor ke bandara pada sore hari, kemudian flight yang delay 45 menit (alhasil baru take off jam 23:50), dan banyak hal lainnya, membuat perjalanan ke Beijing kali begitu penuh warna. 


The Food

Dalam tur kali ini, boss saya si Jarjit itu sudah request untuk disediakan makanan halal. Gak heran sih, secara makanan di Cina banyak mengandung babinya. Meski dia bukan muslim, tapi dia gak makan babi. Makanan selama tur ini kebanyakan menyajikan Chinese food, tapi jangan ngebayangin rasanya seperti Chinese food yang dijual di Indonesia. Di negaranya sendiri justru gak enak-enak banget menurut saya. Kurang bumbu dan baunya aneh. 30 sachet saus sambel yang saya bawa dari Jakarta jadi penyelamat banget deh.

Kami mampir sekali ke restoran Thailand dan India. Kayanya cuma pas makan di restoran Thailand saya bisa makan dengan lahap. Makanan asli Cina yang enak cuma waktu makan di restoran special Peking Duck dan makan malam terakhir di Fang Shan Fan Zhuang Restaurant.

Peking Duck

Oiya, selama di Beijing saya niat banget nyari manisan khas Cina yang warnanya merah bulet-bulet itu, yang suka muncul di pilem-pilem si Boboho, hehe.. Tapi karena hotel tempat kami menginap Shangri La - Trader Hotel berada di pusat bisnis, agak susah nemuin itu jajanan kalau malam-malam. Tapi waktu di Yuyuantan Plum Blossom Park, persis di depan pintu masuknya ada pedagang manisan itu, cuma 2 yuan, jadi langsung aja saya beli. Rasanya? Gak seenak penampilannya ternyata. Aseeeem... :D



The Places

Selama enam hari di Beijing banyak banget tempat menarik yang kami kunjungi. Yang paling dinanti tentu saja The Great Wall of China, one of the seven wonder. Bangunan yang panjangnya 8.851,8 KM merupakan bangunan terpanjang yang dibuat oleh manusia. Bagian awal Tembok Cina bermula di tepi laut dan berakhir di gurun, perbatasan dengan Pakistan. Manjat sampai dua benteng aja, ngos-ngosannya setengah mati.  Gak ngebayangin gimana dulu ngebangunannya tuh -___-. But it's a beautiful place. Thanks God, I've been there.



Selain Tembok Cina, pergi ke kota tua Beijing, Hutong dan berkeliling naik Rickshaw juga seru banget. Rickshaw itu semacam becak, tapi tukangnya ada di depan. Mereka semua ngebut-ngebutan bawa penumpangnya melewati lorong-lorong kecil, jadi naik Rickshaw rasanya kaya naik Jetcoaster, karena teriak-teriakan takut nabrak. Hehehe! :D



Berkunjung ke Tiananmen Square, Forbidden City dan Summer Palace juga seru banget. Tiananmen Square dan Forbidden City luas totalnya mencapai 75 hektar. Kata Shao, local guide kami di sana kalau jalan dengan kecepatan normal dari depan ke belakang bisa menghabiskan waktu 3 jam, sementara kalau mengunjungi semua bagian di Forbidden City bisa menghabiskan waktu seminggu. Wuiiih! Yang special satu lagi adalah waktu berkunjung ke Summer Palace. Karena Beijing sedang memasuki awal musim semi, pohon-pohon di sana mulai berbunga, meski belum banyak. Di Summer Palace ada satu pohon Sakura, persis terletak di ujung jembatan di seberang danau sedang mekar-mekarnya. Perfect! Satu pohon pink semua warnanya.


Selain seneng banget bisa lihat bunga sakura (saya berhasil metik satu kuntum dan langsung ngumpetin di dalam dompet, hehe...), kunjungan ke Yuyuantan Plum Blossom Park juga keren lho. Karena kebetulan musim semi, taman bunga tersebut sedang dibuka untuk umum. Isinya pohon plum yang sedang berbunga. Warna bunganya juga pink, tapi lebih kecil bentuknya dari bunga Sakura. Kata Ci Dewi, ini juga salah satu dari empat bunga nasional di Cina. Biasanya pohon-pohon plumnya cuma berbunga selama satu minggu. Pas kami ke sana sebagian besar pohon sudah berbunga, meski belum semuanya  mekar dengan sempurna.

Yuyuantan Plum Blossom Park
Kunjungan ke Beijing Zoo untuk lihat Panda juga menarik. Cuma ternyata Panda nya gak sebesar yang saya kira. Cuma ada empat Panda di dalam kandang dan semuanya loyoooo... tidur-tiduran doang. Selain tempat-tempat yang saya sebutkan di atas, kami juga berkunjung ke Bird Nest, tempat penyelenggaraan Olimpiade tahun 2008, sayangnya gak ke Water Cube. Kemudian ke Pedestrian Street dan pabrik pembuatan sutra asli milik pemerintah Cina.




The Attraction

Berdasarkan jadwal, seharusnya kami hanya menonton satu atraksi yang terkenal di Beijing. Pilihan di itinerary jatuh pada pertunjukan akrobat. Pertunjukannya keren abis. Sumpah deh! Ada semacam "Tong Setan" tapi ini tertutup dan diisi sampai empat orang yang naik motor besar.

Namun, keesokan harinya tiba-tiba ada pengumuman dari tour leader kami bahwa malam hari kami akan nonton satu pertunjukan tambahan yaitu pertunjukan Shaolin di Red Theater. Pertunjukan ini sangat popular di Beijing. Semua pemainnya adalah betul-betul anggota perguruan silat Shaolin yang terkenal itu. Pertunjukannya selalu penuh dengan penonton. Bukan hanya turis, tapi orang lokalnya sendiri senang datang untuk menyaksikan pertunjukan ini.




The People, Atmoshpere and Urban Life


Everything was fine in Beijing. Keadaan kotanya bersih banget, gak ada sampah di jalanan. Saya bahkan menemukan tukang sampah di sana memakai sepeda dan membawa semacam tongkat penjepit panjang. Mereka berkeliling, dan tiap kali menemukan sampah, akan langsung dipungut dengan tongkat itu dan dimasukan ke dalam karung yang mereka bawa.

Udara di Beijing juga segar dan bersih. Kata Shao, tidak ada pabrik di kota Beijing. Sepeda motor juga dilarang di Cina oleh pemerintah. Jadi hanya ada mobil dan sepeda. Kendaraan umumnya juga hanya bus, kereta, taxi atau subway, yang pasti knalpotnya gak kaya knalpot di Jakarta, yang ngebul itu.

Saya gak menemukan (atau mungkin karena saya tidak terlalu memperhatikan kali ya), orang-orang yang meludah sembarangan di pinggir jalan.Oiya, soal cerita anak-anak kecil di Cina yang suka pakai celana bolong di bagian selangkangannya, kaya di buku Naked Traveller-nya Trinity, saya nemuin sekali, di depan pabrik teh. Dan pas banget saya lihat, gak lama bocah itu langsung jongkok begitu aja di trotoar, dan pipis. Selesai pipis bapaknya tuh anak cuma tepok-tepok pantatnya doang, dan langsung jalan lagi dong. Ya ampun deh!

Kata Shao, anak kecil di Cina memang masih pakai celana bolong sampai usia tiga atau empat tahun. Katanya karena beli popok mahal dan dengan pakai celana bolong begitu, anak-anak kecil di sana sudah pintar mengontrol keinginan mereka untuk buang air. Tapi kan tetep aja agak jijay ya ngeliatnya, tuh bocah maen nongkrong dimana aja kalau mau buang air. Iya kalau cuma pipis, kalau poep, gimana coba? iiiiihh...


Wednesday, April 11, 2012

[Beijing Trip] : Battlefield At Stores

Jalan-jalan tanpa belanja itu rasanya ibarat sayur kurang garam. Haha, alesannya bisa aja ya. Kegiatan belanja memang waktu yang paling ditunggu-tunggu. Selain terkenal barang-barangnya murah banget (asal jago nawar), belanja di Cina itu adalah tantangan! Dalam schedule kami acara belanja ditaruh paling akhir, whole day! Tour leader kami, Ci Dewi itu sangat mengerti sekali keinginan wanita kayanya. Dia sendiri gila belanja soalnya. Baru nemu nih tour leader yang belanjaannya malah lebih banyak daripada peserta tur nya sendiri. 

Hari terakhir di Beijing kami di bawa kedua pusat perbelanjaan. Yang pertama saya lupa apa nama tempatnya, yang kedua ialah Xiu Shui Market! It's a real battlefield. Sejak sebelum berangkat ke Beijing saya sudah sangat mempersiapkan diri untuk urusan yang satu ini. Saya browsing di internet tentang bagaimana caranya tawar menawar di sana, mempelajari trik-triknya, dan membaca blog-blog orang tentang cerita-cerita mereka belanja di Beijing. Niat banget booow.... But it helps me so much!

Dari blog yang saya baca, dari ceritanya Ci Dewi, dan dari ceritanya local guide kami di sana, Shao, mereka semua bilang tawar sampai 90% dari harga yang mereka kasih. Jadi kalau pedagangnya buka harga 1000 yuan, tawar 100 yuan. Pedagang di sana emang sinting semuanya, kalau ngasih harga bisa selangit, kalau gak pintar nawar bisa rugi. Belanja di Beijing memang betul-betul butuh nyali besar. Pedagang di sana terkenal jutek dan tukang marah-marah sama pembeli. It's a mental game, girls!

So, begitu semua sampai di parkiran pusat perbelanjaan, semua orang seperti kesurupan, kalap, langsung pada ngibrit ke dalam toko, apalagi yang cewek-cewek. Saya langsung berpencar berdua dengan Maria, sementara Mbak Riana kabur dengan Linda, assistant tour leader, sementara Ci Dewi harus pergi untuk survey tempat dengan pimpinan tur lokal di sana, karena bulan Mei nanti dia akan bawa tur besar, 350 orang ke Beijing lagi.

Maka, dengan berbekal uang yuan di kantong dan semangat yang tinggi untuk dapetin harga murah, saya bergegas menerobos kerumunan orang di antara toko-toko yang berjejer. Setelah bolak-balik belanja berbagai macam barang di sana, dengan urat leher yang hampir putus karena teriak-teriak dan suara serak, kurang lebih begini lah pattern-nya untuk belanja di sana:

  • Para pedagang di sana memang rata-rata berbahasa Mandarin, tapi banyak juga yang bisa berbahasa Inggris dan Indonesia. Saya menemukan dua pedagang yang fasih berbahasa Indonesia. Jadi tidak perlu takut belanja cuma karena kendala bahasa. Kalkulator dan bahasa tarzan adalah bahasa sah yang dapat digunakan jika kita belanja di negeri yang tidak banyak bisa berbicara dalam bahasa Inggris.
  • Pedagang di sana tidak akan dengan mudah membiarkan pembelinya pergi begitu saja, apalagi jika kalimat "How much?" sudah diucapkan. Acara tarik-tarikan tangan pasti terjadi kalau kalian cuma iseng tanya harga, kemudia malas nawar.
  • Pastikan dulu barang yang kalian ingin tawar adalah memang barang yang kalian inginkan, pastikan muat dan sudah cocok, baru mulai tanya harga berapa.
  • Waktu saya belanja Cheongsam pedagang buka harga 520 yuan (setara 759.000 rupiah). Hah, sinting kali! Saya langsung tawar 35 yuan. 
  • And the war is begin! Si mbak-mbak Cina yang jutek itu langsung bilang, "Are you okay, Lady?" (diucapkan dengan muka nyolot, nada datar). Saya menjawab dengan mata tajam, bibir senyum *halah* "I am okay. Are you?"
  • Kemudiaaan... itu perempuan mulai mulai dengan nada tinggi dan berkata "Hey, you're crazy woman!" Saya gak mau kalah sewot, nada tinggi pun dipasang, sambil saya bilang "You are crazy! You give me ridiculous price, you know!" Meski nada sewot kelas tinggi, muka harus tetap tenang. Ingat, ini permainan mental.
  •  Si mbak-mbak Cina itu mulai menarik tangan saya, sambil berkata, "Okay, okay, serious, how much?" STICK WITH YOUR PRICE! 35 yuan, sambil unjukin angkanya di kalkulator biar jelas.
  • Mbak-mbak itu akan mulai ngedumel pakai bahasa Cina dan pasang muka super duper jutek. Ingat sekali lagi, ini permainan mental. Kuatkan hatimu, Nak! Tetap pasang senyum. Dia kemudian bilang, "No, 180 yuan for you."
  • Tahaaan...! "No, 35 yuan. That's my last deal" sambil jalan keluar toko.
  • Si mbak-mbak Cina itu mulai memanggil lagi, "Hey, hey lady, okay, okay! Come here. This is serious. 80 yuan for you." (Nih mbak okay okay, tapi tetap naikin harga dari tawaran awal kita).
  • Katakan dengan tegas, "No, 35 yuan! Yes or no? You're okay, I'am okay. You no, I No." sambil jalan keluar toko lagi.
  • Makaaaa... dia akan menahan tangan kita sambil bilang "Okay, okay, 35 yuan for you. My boss is gonna kill me." Kemudian mendengus kencang.
  • Dan, bungkuuuuss...! I'm the winner. :D
Pesan saya, karena pedagang di sana pasang harga gila-gilaan, kita juga harus nawar gila-gilaan. Kalau mereka mulai ngoceh pakai bahasa Mandarin, cuekin aja, toh kalau dimaki-maki kita juga gak ngerti, hehehe...

Pedagang di Beijing memang banyak jenisnya, walau rata-rata bertampang jutek dan suka ngomel-ngomelin pembeli tapi selama di sana saya ketemu dua pedagang yang baik hati, meski tetap pasang harga sinting. Tapi ketika ditawar mereka tetap melayani dengan ramah.

Pedagang laki-laki biasanya lebih nice saat menghadapi pembeli perempuan. Apalagi kalau kita bermodal senyum lebar. Saya dapat harga super murah ketika beli backpack untuk suami. Caranya kurang lebih sama, pastikan barang yang mau dibeli baru tanya harga;

  • Saya: This bag, (tunjukin tas yang kita mau ke pedagangnya) how much?
  • Pedagang: For you lady, I give you this *nunjukin harga di kalkulator* 860 yuan 
  • Saya: No way! *sambil ngakak*
  • Pedagang: Okay, okay. Don't go, I'll give you a good price. 420 yuan, okay?
  • Saya: No, it's too expensive. 40 yuan. (senyum tetap terkembang)
  • Pedagang: Come on, it's impossible. Hear, it's special for you, 100 yuan.
  • Saya: No! 45 yuan. That's my last deal. Okay? (muka melas, bibir tetap senyum)
  • Pedagang: Oh, no, lady! I can't give that price. 100 yuan is cheap.
  • Saya: No, let me tell you something. This is my last day in Beijing, I don't have more money. Give me a good price. 45 yuan, okay? I'll take three if you give me that price.
  • Pedagang: Okay, you want to take three, I give you 80.
  • Saya: *kekeuh* No, 45. Come on, I bought a lot of things here (ngomong sambil nunjukin kantong plastik belanjaan yang udah segunung), I don't have more money.
  • Pedagang: 50, okay? (mukanya ikutan melas, hahaha)
  • Saya: 45 yuan, come on. I'll take three!
  • Pedagang: *diemsambilmikir* Okay, okay, 45 yuan. It's very special for you.
  • Saya: *nyengirsegedebagong*
  • Pedagang: You must buy this bags for your boyfriend, huh? My boss is gonna kill me. (kalimat andalan para pedagang di sana)
  • Saya: Hahaha, your boss wouldn't kill you, I give you money. My husband is going to kill me because spend a lot of money here, u know.


I am the winner again!!! Uang yang saya bawa di kantong hari itu cuma tersisa 16 yuan. Untuk para pecinta belanja, Beijing, Hongkong, Bangkok mungkin surganya barang-barang murah. Tapi di Beijing itu harganya murah bangeeeett (inget, asal bisa nawarnya) bahkan jika dibandingkan belanja di Bangkok. Kalau ngomongin kualitas, memang harga gak bisa bohong. Tapi kalau pun kita beli barang KW, asal pintar lihat barangnya bisa banget dapetin barang KW yang baguuuuus lho. Saya pribadi belanja tas banyak, abis murah banget. Flat shoes dan boots juga murah-murah. Flat shoes yang dijual di online shopping di Jakarta dengan harga sekitaran Rp 250.000, di sana bisa di dapat dengan harga Rp 73.000 saja.

Di satu tempat ada banyak kualitas barang yang dijual. Saya yakin sih para cewek-cewek dengan megang dan lihat barangnya aja bisa tau itu memang barang kualitas bagus, lumayan, atau jelek. Jadi, kita juga bisa mengira-ngira berapa harga yang akan kita tawar. So, buat yang mau pergi belanja di Beijing, siapkan duit dan mental kalian. Happy shopping. ^_^


pic from here


 






Tuesday, April 10, 2012

[Beijing Trip] : Toilet Horor

Tidak pernah terpikir bahwa akhirnya saya bisa mengunjungi negara Cina, ke Beijing tepatnya. Perjalanan ke Beijing saya kemarin berlangsung selama enam hari, sejak tanggal 3-8 April 2012. Perjalanan keluar negeri kali ini gratisan lagi lho. *nyengir* Kantor saya mengadakan outing lagi untuk para karyawannya, setelah tahun lalu kami pergi ke Pattaya-Bangkok, kali ini kami terbang ke Beijing.

Pengumuman bahwa kami akan pergi ke Beijing sudah diumumkan sekitar empat bulan sebelum hari H-nya, saya excited sekaligus ngeri. Yup, ngeri sama toiletnya! Selama ini meski belum pernah mengunjungi bagian mana pun dari negara Cina, saya sudah cukup sering mendengar tentang kisah "horor" toilet-toilet di sana. Masih ingat betul ketika saya membaca bukunya Trinity, Naked Traveller, ketika cerita tentang toilet di Cina, judulnya aja "Cina, negara terjorok di dunia." :D

Seminggu sebelum berangkat saya makin deg-degan karena tanggal perjalanan kami ke sana bertepatan sama tanggalnya saya datang bulan. Gak mau ngebayangin deh gimana jadinya enam hari di sana, yang artinya kalau tuh bulan beneran datang, saya harus sering bolak-balik ke toilet. Apalagi yang namanya tur perusahaan pasti seharian bakal ada di luar hotel terus. Dan benar saja dugaan saya, sehari sebelum pergi saya menstruasi. *jedotinkepalaketembok* Peralatan perang saya di koper sudah lengkap, kap, kap, kap... Mulai dari tissue kering, tissue basah, masker, hand sanitiser, tinggal mental yang perlu disiapkan lahir dan batin. Hahaha!

Begitu mendarat di Beijing tanggal 4 April pagi, yang saya cari pertama adalah toilet. Saya pikir di bandara international mudah-mudahan toiletnya masih dalam kategori "normal". Well, hasilnya cukup memuaskan. Toilet pertama saya di Beijing masih layak di terima. Bau tapi masih wajar, tidak kotor, dan tidak ada "ranjau". :D Toilet di sana cuma menyediakan tissue kering. Flush bekerja otomatis hanya untuk menyiram toilet.

Saya kemudian berpikir, (kalau gak kebelet dan terpaksa) saya hanya akan ke toilet jika saya ada di restoran atau hotel, atau tempat yang cukup bagus untuk disinggahi toiletnya berdasarkan insting saya. Hehehe! Untungnya restoran yang dipesan untuk tempat kami makan selalu masuk kategori BAGUS! Tapiii... bukan Cina namanya kalau toiletnya wangi. Jadi, meski itu toilet gak becek, gak kotor, gak ada "ranjau", bau yang bikin hueeeekkss setengah mati tetap terasa. Meski sudah pakai masker, saya sukses muntah dua kali ketika berada di sebuah restaurant spesial Hot Pot. Itu toilet baunya kaya septitank meledak di kandang babi.

Kata Cici Dewi, tour leader kami yang pernah tinggal dua tahun di Cina, wilayah Cina bagian utara memang sangat kekurangan air dibandingkan dengan wilayah di selatan Cina. Jadi sebab itulah mereka gak pernah menyediakan air untuk siram-menyiram di dalam toilet. Satu lagi cerita dari Ci Dewi, yang merupakan penyebab utama toilet di Cina sangat-sangat bau adalah karena mereka membangun septitank persis di bawah toilet. Bisa bayangin kan, bagaimana itu bau bisa hilang, kalau septitanknya ternyata persis berada dibawah lubang toiletnya. Padahal kalau di Indonesia, septitank bisa dikubur bermeter-meter jaraknya dari kamar mandi.

Berdasarkan pengamatan saya mengenai toilet di Beijing selama enam hari, hampir semua toilet yang saya datangi selalu menggunakan flush dengan sistem sensor. Yang artinya semua kotoran cair maupun padat (halah Mei, diperjelas segala...) yang kita buang ke dalam lubang toilet baru tersiram ketika kita berdiri. Malah ada satu toilet yang saya singgahi, flush-nya bekerja otomatis ketika kita menutup pintu. Nah, karena namanya pula TOILET UMUM, maka sangat wajar sekali kan tuh kalau sensornya sering error. Jadi bayangkan saja kalau kita dapat giliran masuk ke dalam toilet yang flush-nya gak bekerja normal. Hihihi....

Selama di Beijing, tiga kali saya ketemu "ranjau" di dalam toilet plus pembalut yang berlumuran darah dibuang seenaknya. Satu-satunya toilet yang perfect, tidak bau, tidak kotor, tidak becek, tidak ada "ranjau" dan malahan ada tulisan "please flush after use the toilet" adalah saat malam terakhir ketika kami mengadakan gala dinner di Fang Shan Restaurant yang terletak di Bei Hai Park. Restaurant ini berada di sebuah taman yang besar sekali, bersisian dengan sebuah danau, dimana taman ini merupakan milik Kaisar Cina. Katanya Ci Dewi, makan malam di sini harganya per orang hampir 800.000 rupiah. Kalau begitu sih gak heran, jelas aja toiletnya bersih, siapa juga yang berani ngotor-ngotorin tempat punyanya kaisar. :D






 

Monday, April 2, 2012

Hantu

tubuhmu adalah gua
dijejali hantu-hantu masa lalu
kerap menarik-narikku

mulanya adalah batu,
percayaku
namun kau setia dengan paku dan palu
kikis habis
sampai lebur, sampai hancur



Jakarta, 26 Maret, 2012

Dalam Doaku

selalu namamu
dalam doaku
meski berkali-kali kau pecah
kepalaku.


Jakarta, 26 Maret, 2012