Monday, April 23, 2012

Yang Tersisa Dari Kita Hanyalah Kenangan



hei! apa kabarmu, petualang? masih samakah meski belasan purnama telah berlalu? kegemaranmu hinggap pada kota-kota tak bernama, mencari cerita, melarikan diri dari keramaian, sepertinya masih saja berlanjut. aku tiba-tiba teringat kita. ketika kemarin petang hujan merinai tak jemu, kubuka kembali kotak kenangan dimana kuletakkan namamu di dalamnya, setahun yang lalu.

aku masih tertawa ketika mengingat kisah kita. pertemuan yang selalu terjadi hanya dalam mimpi yang kita rajut sendiri. aku kerap bertanya bagaimana seharusnya kisah kita menuju. jika saja dulu kita masih sempat punya waktu untuk berbicara tentang cinta. tapi kamu selalu bilang ibukota terlalu bising untuk mendengar suara hati yang berbisik-bisik.

aku di sini bahagia. meski terkadang masih senang menangis sendiri malam-malam untuk hal yang tak kuketahui penyebabnya. aku kan memang melankolis, ratu drama, kalau katamu. tak perlu khawatir, itu yang akan kukatakan padamu jika suatu hari nanti mungkin kita bertemu lagi --perjumpaan di dalam kereta menuju sebuah desa, atau pun perjumpaan kita di muka bandara--.

aku selalu berharap kamu akan baik-baik saja. aku yakin, kamu pasti bisa berdamai dengan masa lalu, dan terus berjalan dengan kepala tegak itu. suatu hari, mungkin aku tak akan lagi berkabar kepadamu. ketika nanti aku lupa bagaimana caranya menulis puisi untuk keberikan kepadamu. suatu hari, mungkin begitu pula denganmu terhadapku. 

pernah kuucapkan kepadamu bahwa pertemuan selalu mengantarkan jarak. jadi kurasa kita sudah selalu siap dengan kalimat perpisahan. tapi kau juga tahu selama hujan masih tak bosan-bosannya turun merinai, namamu akan tetap terjaga. meski yang tersisa dari kita hanyalah kenangan yang tak pernah genap. 



Jakarta, April, 2012









7 comments: