Thursday, December 20, 2012

More Than Just Eiffel

Siapa yang gak suka jalan-jalan? Siapa yang gak doyan jalan-jalan gratisan? Siapa yang gak mupeng diajak jalan-jalan gratisan keluar negeri?

Saya? Pengen banget, mau banget, mupeng banget!

But I said "No" for this time. *ngelap airmata* *mulaidrama*


Tepat dua minggu lalu hal  itu resmi diumumkan. Diakhir acara bulanan kantor "Town Hall", dimana seluruh karyawan berkumpul. Tiba-tiba sang Boss besar mengumumkan tujuan outing kantor tahun depan. Daaaannn..... jeng, jeng, jeng, jeng... We're going to:


PARIS

Sontak seluruh karyawan jejeritan kaya ketemu Suju. Eh, gak gitu juga sih kalau ketemu Suju. Yah, pokoknya langsung rame kaya pasar malem. Sorak sorai bergema dimana-mana. *sumpah, beneran* *gak drama kali ini*

Yup. It's confirmed! 

Tujuan pergi outing ke Paris bukan tidak diketahui oleh para karyawan. Di kantor tempat saya bekerja, khusus untuk tahun ini memang dipasang target untuk menentukan tujuan outing kantor kami berikutnya. Setelah dua kali sebelumnya para karyawan dibawa ke Pattaya-Bangkok, Thailand dan Beijing, China berdasarkan keputusan si Boss sendiri, kali ini kami pergi berdasarkan target yang dicapai.

Dua papan tulis besar dengan angka-angka target tiap bulan dan persentase yang dicapai diletakkan di dinding di kedua lantai kantor. Di bagian bawah terdapat tujuh buah gambar destinasi wisata yang berbeda, plus dengan kisaran targetnya. Jadi seluruh karyawan tahu, jika mau pergi ke destinasi tersebut, berapa jumlah target yang harus dicapai. Gambar Taman Safari ada di urutan pertama  dan diakhiri oleh gambar Menara Eiffel.

Gosip pergi ke Paris sebetulnya sudah sempat ramai dibicarakan. Namun karena setiap bulan acara "Town Hall", Boss kami selalu menyebutkan berapa jumlah target yang sudah dicapai, sementara ini adalah bulan terakhir dari tahun ini, alhasil orang-orang di kantor belum terlalu pede akan pergi ke Paris, karena sebetulnya masih kurang sedikit.

Tapi memang hari itu si Boss benar-benar membuat semua orang terkejut. Begini nih cerita detailnya...

Acara "Town Hall" berlangsung seperti biasanya di depan seluruh karyawan. Boss mulai mempresentasikan tentang ini dan itu, lalu masuk lah ke bagian mengenai pendapatan target bulan ini. Sebagian orang mulai nyeletukin, "paris... paris.."
"Hahaha, no, I won't say anything before I give my signature to the last invoice." katanya sambil ngakak. Lalu dia bilang bahwa siang ini tandatangan terakhirnya di invoice, pendapatan masih sejumlah bla bla bla. Kurang dikit lagi lah pokoknya.

Hampir satu jam lewat acara ini berlangsung dengan penuh bla, bla, bla. Lalu berakhir lah acara ini saat Boss berkata, "Okay, thank you for coming today." dan para karyawan mulai membubarkan diri. Saat itu lah kemudian dia berkata lagi, "Hey, hey... Attention, sorry, I am forget to say one thing." Para karyawan yang tadinya sudah beranjak kabur kemudian berhenti lagi. Karena posisi duduk saya persis di depan projector tempat berdirinya si Boss, saya melihat dia mengeluarkan Flash Disk dari kantong kemejanya. Saat itu saya cuma mikir dalam hati, tumben banget si Boss bawa flash disk sendiri. Karena biasanya semua materi "Town Hall" sudah disiapkan di dalam laptop.

Kemudian sebuah slide muncul. Tertulis : We have met our target?
*muka si Boss cengengesan* *muka karyawan kebingungan*

Lalu, sebuah tanda checklist hijau besar muncul dilayar. 

Boss berkata,"so, what's next?"
*muka si boss masih cengengesan* *muka karyawan kebingungan plus ikut cengengesan*

Dan....

Sebuah gambar Menara Eiffel muncul memenuhi layar. Lengkap dengan tulisan di bagian atasnya "Paris, here we come!"

Dan kerusuhan abad ini pun resmi dimulai...!!! Semua jejeritan, semua gedombrangan, semua jejingkrakan, semua teriak-teriakan. Dan si Boss ngakak parah! 

"But wait," he said! "Look at this. We're not only going to Paris!" 
*muka karyawan yang lagi ketawa kemudian separo melongo, separo menganga*

Slide diputar lagi...

"Here we go... Amsterdam-Brussel-Paris for one week. Not only Paris, guys!" katanya.

Lalu bisa kalian bayangkan sendiri lah ya bagaimana itu kantor rusuhnya. Dan, begitulah kisah ini berakhir.


Minggu ini Mbak Riana yang mengurusi soal trip ini mulai mendata para karyawan yang akan ikut pergi. Saya ditanya apakah mau ikut atau gak, karena saya sedang hamil. Kalau dibilang mau, jelas mau bangeeeett lah. Kemudian saya galau kaya anak ABG jatuh cinta *halah*

Kalau melihat tanggal perginya, sebenarnya saya pasti sudah melahirkan. Tapi mungkin adek bayinya baru berusia 3 mingguan. Ajegile, emak-emak abis brojol langsung mau ikut ke Paris? Begitu kan ya pasti orang-orang mikirnya? Ntar anaknya sama siapa? Ntar nyusunya gimana? Yang ngurusin nanti siapa?
*berpikir semacem gue ini sejenis emak yang bakal ninggalin anak gue di panti asuhan kali yaa gitu*

Iyeeee, itu sih juga yang jadi pikiran saya. Tapi tau gak? Saya masih aja sempat-sempatnya mendiskusikan tentang ini kepada suami, dan ia akhirnya mengizinkan saya pergi. Dengan satu syarat, stok ASI untuk adek bayi harus cukup selama ditinggal pergi. 

Terus soal emak babe mertua, bagaimana? Kalau ntar ditanyain gimana? Suami saya dengan gampangnya bilang, "Yah, bilang aja nanti ibunya refreshing sebentar abis hamil sama melahirkan kemarin capek."  *cipok suami gue dulu aaaaahh*

Lalu, kemarin pagi di kantor saya memberitahu Mbak Riana kalau suami saya mengizinkan saya ikut pergi. Siangnya, si Cici Dewi, tour leader yang sudah dua tahun berturut-turut membawa kantor saya melakukan trip datang bertemu si Boss. Saat ketemu saya, dia langsung heboh cerita dan bercanda-canda, sambil bilang, "Duh, Mei, yang mau jadi mommy, gak bisa shopping-shopping dong. Sesar aja bayinya. Kalau kita orang Chinese biasanya lahirnya anak itu suka dipilih lho tanggalnya, biar dilihat keberuntungannya, dan biar ke depan jalannya mudah. Udah, ikut aja, cuma sebentar ini perginya."  

Malam harinya suami saya tanya, "kamu tadi udah bilang yang soal pergi itu ke orang kantor?"
"Udah. Aku gak jadi ikut kok."

Yup, saya mutusin gak ikut pergi meski suami mengizinkan. Gak tahu kenapa ya, walau awalnya bingung, terus sempet senang karena diizinin suami, lalu saya ber-positif thinking bahwa selama ditinggal seminggu pasti bayi saya akan baik-baik aja sama bapaknya dan orangtua saya, stok ASI pasti cukup, dan everything is gonna be okay, saya memutuskan untuk gak ikutan.

How can I leave my baby? It's more beautiful than Eiffel tower or Amsterdam's canal or everything there. My baby is my world. 

Kalau kata Gita Gutawa, "tak perlu lah aku keliling dunia, 'karna ku tak mau jauh darimu."


pic from here

It's A Long and Exciting Road

Gak kerasa kehamilan saya sudah masuk usia 19 minggu lebih. Akhir bulan ini akan cek adek bayinya lagi ke dokter. Oiya, akhirnya saya memutuskan untuk pindah RS dan ganti dokter. Sekarang kami cek up ke RS. St. Carolus Salemba dengan Dr. Ekarini. Selain karena dekat sama rumah, Dr. Ekarini ini direkomendasikan oleh teman saya, Dhiesta. Saya dan suami memang sepakat cari dokter kandungan perempuan. Di RS. St. Carolus, satu-satunya dokter kandungan perempuan ya Dr. Ekarini. Antriannya untuk ketemu beliau ini selalu sepanjang jalan kenangan. Karena mungkin satu-satunya yang perempuan dan dia een beetje fameus* kalau kata orang Belande, hehehe...

Hari Sabtu itu pagi-pagi sekali saya telepon ke RS untuk melakukan pendaftaran. Jam masih menunjukkan pukul 06.10. Begitu nyambung ke bagian pendaftaran, kemudian saya mendaftar dan  bertanya dapat nomor antrian berapa. Susternya bilang saya antrian nomor 31 dan disaranin datang aja jam 4 sore (padahal dokternya mulai prakter jam 1 siang). Buseeeeeettt... Itu jam enam pagi lho boooowww, masa dapat nomor 31??? Niat mau ke dokter hari itu langsung ciut rasanya. Tapi suami nyaranin untuk datang lebih cepat, kalau banyak yang belum datang nanti katanya siapa tahu bisa didahuluin. Jadi siang itu saya tetap datang jam 1 siang ke RS. 

Benar saja! Baru ada dua orang yang antri di depan ruangan dokternya. Dr. Ekarini belum datang. Kira-kira 20 menit kemudian pasien semakin banyak tapi sang dokter belum datang juga. Namun ketika kira-kira jam 2 kurang 15 menit, sang dokter yang kecil dan kelihatan galak ini datang dengan heboh plus terburu-buru. Saya cuma menunggu tidak sampai setengah jam lagi kemudian nama saya dipanggil. Woohoooo... dari antrian ke 31 saya kayanya orang ke 6 yang masuk ruangan deh.

Nih dokter mungkin karena tau antrian dia selalu panjang bener, jadi kesannya ngelayanin pasien buru-buru banget. Saya mau nanya aja sampe takut. Tapi saya tetap memutuskan bertanya apa yang mau saya tahu, dan ternyata Dr. Ekarini tetap melayani dengan menjawab semua pertanyaan-pertanyaan saya lho. Bodo amat deh ya kalau dia mikir "Duh, lama lo nanyanya, pasien eke banyak ini." Eke kan juga bayar mehoong cyiin.. hehe!

Kesan pertama saya terhadap Dr. Ekarini sebenernya bikin takut dan deg-degan, soalnya orangnya ngocol, cara ngomongnya santai tapi nyolot juga. Nah lo, gimana tuh?! Yah, gitu deh pokoknya. Tapi ditelisik lebih dalam orangnya sih baik sebenarnya, buktinya dia menjelaskan semua pertanyaan saya dengan sejelas-jelasnya dan mau ngejawab semuanya. Apalagi ditambah semalam saya baru selesai baca buku "Catatan Ayah ASI" dan ada salah satu cerita penulis dimana mereka juga pergi ke RS Carolus dan berdokter dengan Dr. Ekarini. Mantap lah!

Kalau di tulisan saya terdahulu dimana saat melakukan USG pertama kali di RSIA Evasari, ditemukan kista endometriosis di dalam perut saya dan saya sedih setengah mati gara-gara dokternya bukan bikin tenang malah ngoceh panjang lebar soal kista pecah lah, nanti harus operasi ini lah, itu lah, saat kemarin ketemu Dr. Ekarini dan melihat buku riwayat kehamilan saya sebelumnya dia malah santai banget nanggepin soal kista saya itu. Katanya, "Kista endometriosis itu bikin perempuan susah punya anak, lah ini udah punya anak kok, ngapain khawatir. Kista itu biasa, kalau hamil juga mengecil. Gak masalah. Pokoknya selama masih bisa normal, di RS ini pasti diusahakan normal kok." Beeuuh, mantap gak tuh? Rasa khawatir saya soal kista itu mendadak lenyap!

Tapiii... saat saya melakukan USG dengan Dr. Ekarini diketahui bahwa ari-ari di dalam rahim saya ternyata berada di bawah letaknya. Hmmm.. sempet gimana gitu rasanya. Kok hilang khawatir tentang kista, malah muncul yang satu ini. Tapi lagi-lagi si dokter ini langsung menenangkan. Beliau bilang, "Nunggung aja sering-sering ya. Ini masih 16 minggu kok, masih lama. Masih bisa naik ari-arinya. Pokoknya sering nungging aja kaya gitu posisinya (sambil nunjukin gambar ibu hamil yang lagi nungging yang ditempel di dinding sebelah tempat tidur). Nanti usia 30an minggu kita bisa liat lagi, kalau memang masih di bawah, ya nanti dipikirkan tindakan berikutnya. Tapi sekarang sih pokoknya sering nungging aja, masih bisa naik kok."

Meski tetap khawatir, tapi cuma sedikiiitt. Dan at least gak bikin saya becucuran airmata saat pulang ke rumah kaya waktu habis pulang dari RSIA Evasari itu. Sama seperti saat tahu tentang kista itu, begitu sampai rumah yang saya lakukan adalah browsing di google. Ari-Ari dengan posisi di bawah biasa dikenal dengan istilah Plasenta Previa. Plasenta Previa pun ada 3 jenis; Plasenta Previa Totalis (menutupi semua jalan lahir), Plasenta Previa Parsial (menutupi sebagian jalan lahir) dan Plasenta Previa Marginal (tumbuh mendekati permukaan jalan lahir). Kebanyakan ibu hamil dengan kasus plasenta previa memang terpaksa melakukan operasi sesar untuk mengeluarkan bayinya karena resiko pendarahan sangat besar, tapi ada juga yang masih bisa melakukan proses melahirkan normal, jika jalan lahir masih terbuka beberapa centimeter.

Dari hasil ngobrol dengan mama dan teman-teman, mereka semua positif memberi dukungan bahwa letak ari-arinya masih bisa berubah. Mama saya malah cerita dulu waktu beliau mengandung saya, ari-arinya juga sempat di bawah kemudian posisinya berubah ke atas lagi, dan bisa melahirkan secara normal dan ini lahiran anak kembar pula. Teman saya, Friska, bilang suruh sering ngobrol dengan bayinya. Hal ini juga yang dikatakan suami saya. Jadi setiap saya nungging, saya atau suami mengajak ngobrol si adek bayi supaya membantu dari dalam perut untuk merapihkan letak ari-arinya, supaya nanti dia bisa keluar dengan lancar.

Kehamilan di usia hampir memasuki 20 minggu saya makin excited menunggu kelahiran si adek bayi. Saya berusaha memperoleh informasi sebanyak mungkin tentang proses melahirkan dan pemberian ASI. Saya mengikuti milis "ASI for Baby" atas saran Dhiesta. Saya juga mengikuti banyak sekali akun twitter yang sangat bermanfaat untuk ibu hamil. Tweet mereka sangat membantu buat saya sebagai ibu baru, seperti @ID_AyahASI, @TanyaDokterSpOG, @dr_dip, @bidankita, @aimi_asi, @HypnobirthingID, @infohamil, @dr_oei, dll.  Minggu lalu saya menghabiskan waktu hampir 3 jam di Gramedia untuk cari buku tentang kehamilan dan sebenarnya banyak banget buku yang mau dibeli, tapi nyicil kali yeee, kalau gak bisa bangkrut nanti, hehehe...

Yang saya gak sabar adalah saat nanti beli baju-baju bayi dan peralatannya. Ini sih rencananya bulan depan. Saya gak mau belanja terlalu cepat, tapi juga gak mau nunggu udah 8 atau 9 bulan, yang ada saya keburu capek dan pegel kalau jalan lama-lama. Tapi namanya juga emak-emak yaa, gak tahan godaan apalagi kalau buat belanja. Bulan lalu saat mengujungi Maternity, Baby and Kids Expo di JCC, Senayan, buseeet deh ini nahan-nahan hati banget buat gak beli macem-macem dulu. Tapi tetep aja pulang dengan satu buah stroller dan selimut bayi. Suami saya malah ngebet beli kolam renang dan ban leher untuk bayi. Meina, kembaran saya, sudah membelikan sebuah box bayi yang merk dan modelnya persis sama banget seperti box bayi yang saya mau saat lihat di pameran di JCC waktu itu. Yeeeayy!

Ini baru saja hampir 20 minggu, masih ada separuh jalan lagi. Masih cukup lama tapi seruuu. I can't wait for this.


*lumayan terkenal.

pic from here










Tuesday, December 11, 2012

Merah, Kuning, Hijau



Keluar dari bandara Suvarnabhuni Bangkok kalian bisa menemukan berjejer taxi warna-warni yang siap mengantar kalian menuju kota. Taxi di Bangkok terkenal memiliki warna-warna yang meriah, Orange, Pink, Kuning, Hijau...


PS: Di posting untuk mengikuti Turnamen Foto Perjalanan Ronde 8
Tema: COLOUR
Host: Jalan2Liburan

Monday, December 10, 2012

Sampai Akhir Waktu


Darling don't be afraid I have loved you 
For a thousand years 
I love you for a thousand more

-Christina Perri, A Thousand Years-


Tanggal-tanggal berlari cepat di atas kalender. Merubah musim. Jarum jam berdetak cepat. Kita tergesa, kadang lupa. 

Lalu, apa yang mampu membuat aku lupa akan cinta? Akan mu?

Engkau udara yang mengisi penuh dadaku dalam tiap nafas. Dan kau darah yang mengalir dalam sukma. 

Dan, apa yang mampu membuatku lupa akan mu? 

Tak ada...

Sebab cintaku tak ada habisnya. Sebab namamu selalu dalam doaku. Selamanya
Sampai akhir waktu.


Happy 1st Wedding Anniversary, Ayank! 










Wednesday, November 21, 2012

Lady Boy Soon To Be



Nama aslinya saya tidak tahu, tapi dia minta dipanggil Bhi Bhi. Ia adalah seorang tur leader yang membawa saya pada sebuah tur di Bangkok, Thailand di tahun 2010. Seperti banyak diketahui Thailand sangat terkenal akan "Lady Boy"-nya. Bhi Bhi mengatakan kepada rombongan tur kami bahwa 7 dari 10 anak laki-laki di Thailand akan menyadari bahwa dirinya ditakdirkan untuk menjadi "Lady Boy". Bhi Bhi salah satunya. Saya teringat suatu malam di dalam bus ketika rombongan tur kami pulang menuju hotel selepas menyaksikan pertunjukan "Lady Boy" ALCAZAR di Pattaya. Bhi Bhi bernyanyi menirukan para "Lady Boy" di pertunjukan tadi, kemudian berkata "Jika anda datang lagi ke Thailand lima tahun ke depan, saya sudah tidak akan menjadi tur leader anda, tapi kalian bisa menemui saya di ALCAZAR seperti malam ini."

Bhi Bhi --entah bagaimana menyebutnya-- seorang lelaki, seorang perempuan, atau seorang "Lady Boy" mesti kita sadari bahwa tetaplah ia seorang manusia. Manusia yang menyadari dirinya untuk menjadi berbeda.


PS: Di posting untuk mengikuti Turnamen Foto Perjalanan Ronde 7
Theme: Human



Tuesday, November 20, 2012

Membaca Luka

aku kembali membaca luka
butiran butiran airmata yang tersisa
serpih serpih duka yang tertinggal
di hati

apa yang kau bayangkan akan masa depan?
cerita tentang cahaya dan bunga bunga

katamu, "kita tidak hidup di masa lalu, sayang.
majulah tanpa ragu. jangan lagi menyapa luka luka."



Jakarta, 20 November 2012

pic from here

Wednesday, November 14, 2012

Gurita

Gurita satu ini bikin heboh deh (bukan Gurita Cikeas yaa sodara-sodara). Seenggaknya heboh di Twitter saya dari semalam sampai pagi ini. Gurita yang saya bicarakan ini adalah Gurita untuk bayi, Tau dong ya? Itu lho kain yang ada rumbai-rumbainya untuk diikat dan dipakaikan ke badan bayi yang baru lahir. 

Nah, jadi ceritanya semalam seorang teman, Dhiesta, mengirim tweet kepada saya dan senior kami di kampus, Ditie (juga sedang hamil) sebuah link dari @tentanganak mengenai list barang yang gak perlu dibeli untuk bayi yang baru lahir. Nomor satu dalam daftar itu adalah "Gurita Bayi". Saya sih sebenarnya sampai sekarang gak tau persis kegunaan Gurita itu pada bayi apa, selain untuk nahan tali pusat bayi yang belum copot. Tapi dalam link tersebut dijelaskan bahwa Gurita Bayi gak diperlukan karena membuat bayi sesak dan menekan organ pencernaannya.

Tweet tersebut saya balas dan menanyakan "kalau gak pakai gurita, terus nahan tali pusatnya yang belum copot gimana dong?" Dhiesta sempat membalas dengan bilang bahwa tali pusat bayi yang belum copot itu, ditahan dengan baju yang dikenakan si bayi pun sudah cukup. Okay, no issue. Tapi 15 menit kemudian, seorang teman kampus lagi menimpali tweet saya itu dan bilang, "HARUS pake gurita, Meida." (dalam tweet itu @tentanganak masih di mention juga).

Pagi ini ada banyaaaak banget mention di Twitter saya dari buebu yang saya duga adalah follower-nya @tentanganak yang nimpalin tweet itu dan kasih komentar bahwa merasa gak setuju tentang penggunaan Gurita pada bayi. (Saat saya nulis cerita ini, masih ada aja mention yang masuk.)

Well, baiklah ibu-ibu, ini mungkin disebabkan karena teman saya si Dian itu yang pakai kata "HARUS" sehingga banyak yang komentar kali yaa. Saya sendiri sih gak berniat memakaikan Gurita ke bayi saya nanti. Alasan yang saya baca dari link tersebut masuk akal kok. Dan tali pusat bayi yang masih nyangkut sedikit itu kan gak terlalu lama juga copotnya, jadi pakai baju aja sudah cukup ya.

Nah, kalau ada yang mau komentar tentang penggunan Gurita pada bayi di sini, silahkan... :)








Monday, November 12, 2012

Pagi Kita

masih ingatkah kau tentang pagi yang pernah kita kunjungi?
sisa hujan di kaca jendela, bunga rumput yang basah
dan desir angin di rambut kita

pagi ketika puisi berpijar di mata kita
duka runtuh dan menyala, bergantian
tak bosan-bosan
ternyata, kenangan masih bisa kita eja



Jakarta, 10 November, 2012

pic from 

Wednesday, October 31, 2012

Berhenti Memikirkan Kesedihan

Kehamilan saya tiga bulan pertama ini berjalan cukup baik dan wajar seperti kebanyakan ibu hamil lainnya. Mual, muntah, pusing hampir setiap hari saya rasakan. Mungkin yang sedikit beda, rasa pusing dan mual saya lebih sering datang malam hari. Atau kalau lagi "kumat", bisa seharian penuh saya merasa mual. Hal ini mengganggu sebetulnya, karena saya seperti orang gak punya tenaga yang maunya tiduran aja. Tapi, nikmati aja proses menjadi ibu. :)

Saya sudah USG akhir minggu lalu. Dari hasil USG ada hal yang membuat saya sedih dan cukup khawatir, karena selain saya sudah bisa melihat adek bayinya di dalam perut bergerak-gerak, ternyata dokter menemukan adanya kista endometriosis di belakang rahim saya. Ukurannya menurut saya cukup besar, meski kata dokternya ini ukuran "nanggung". 

Saya tidak mau memikirkan hal ini terus-terusan, karena ini bikin stress dan sedih banget! Sumpah deh! Dokter bilang (dan berdasarkan hasil saya browsing di internet) kebanyakan biasanya kista mengecil atau bahkan hilang di saat kehamilan. Tapi kemungkinan selalu ada ya kan ya? Jadi dokter minta saya untuk USG lagi bulan depan, untuk melihat apakah kista saya membesar atau tidak. Karena kista saya berisi cairan, kalau ternyata membesar, ditakutkan kistanya akan pecah seiring membesarnya rahim saya. Hiks! :(

Saya berdoa sama Tuhan, semoga penyakit ini tidak membahayakan saya dan adek bayinya. Semoga penyakit ini dihilangkan. Semoga kehamilan saya tidak disusahkan. Pokoknya saya minta yang baik-baik semuanya sama Tuhan. Dan yakin, Tuhan pasti mendengar doa saya! 

Nah, karena saya gak mau stress mikirin tentang ini, jadi saya suka bicara sama adek bayi di dalam perut supaya dia kuat dan tumbuh sehat, biar penyakitnya yang kalah. Dan biar si adek bayi juga gak stress, tiap pagi dan malam selalu saya usahakan untuk membacakan dongeng binatang untuk anak-anak. Buku dongengnya milik saya sendiri. Sejak SD rasanya saya sudah punya buku ini. Jadi waktu beberapa minggu lalu saya pulang ke rumah orangtua, saya ambil buku ini untuk dibawa. Sebelumnya sih saya dan suami selalu ngarang cerita sendiri untuk si adek bayi. Yang suka kacau yah suami saya itu, kadang ceritanya malah aneh-aneh. Terakhir dia cerita, kisahnya tentang Studi Banding Wortel dan Tomat ke Planet Biru. -___-

Nah, kemarin ini ada seorang teman yang kebetulan menghubungi saya, lalu menanyakan "Masih nulis gak?" Waduuuuh, ini pertanyaan bikin jleb deh! Liat aja arsip tulisan saya di blog ini bulan-bulan terakhir, sereeeeeettt....! Iya, saya sudah lama gak nulis puisi dan cerita. Duh, boro-boro. Nulis cerita yang begini-begini aja rasanya malas. 

Iya, jadi saya rasa begini... Saya sudah lama berhenti memikirkan tentang kesedihan. Eeeits, jangan salah paham. Bukan berarti dulu saya sedih melulu yeee, sodara-sodara. Tapi memang dulu, saya sering sekali dengan sengaja membuat pikiran saya "sedih" (meskipun suasana hati sedang senang) hanya untuk mendapatkan feel untuk menulis puisi. Entah itu dengan mendengarkan lagu, membaca puisi lain, membaca cerita, mengingat kenangan atau berimajinasi sendiri. Tulisan-tulisan saya, terutama puisi memang 99% bernuansa muram. Dan keseringan ditulis saat malam hari atau subuh-/pagi-pagi, saat perjalanan pulang/pergi ke kantor, atau saat mau tidur. 

Nah, sekarang? Saya merasa tidak punya waktu lagi untuk "bersedih-sedih hati." Perjalanan saya ke kantor pulang dan pergi lebih cepat; cuma setengah jam, sementara dulu bisa sampai 3 jam dimana saya punya banyak waktu di jalan untuk merenung, mendengarkan lagu dan lalu menulis puisi. Kekurangan waktu itu juga menjadi alasan suami saya, kenapa dia berhenti menulis puisi. Katanya sudah tidak punya waktu untuk membaca dan merenung. Jadi, beginilah... produktifitas menurun! Hiks... :(

Tapi kalau mau jujur, sebetulnya gak produktif menulis itu bikin saya bersedih hati juga lho!


pic from here







Tuesday, October 23, 2012

Rickshaw & Hutong

Rickshaw di kawasan Hutong, Beijing

Naik Rickshaw, becak tradisional China, dan mengelilingi Hutong yang merupakan perkampungan kuno peninggalan bangsa Mongol, menjadi suatu daya tarik wisata yang menarik ketika mengunjungi kota Beijing. Bangunan Hutong yang didominasi oleh warna abu-abu, dan dinginnya cuaca yang ketika itu baru memasuki musim semi, seolah membawa kita ke dalam suasana kota Beijing di masa lalu.


PS: Di posting untuk mengikuti Turnamen Foto Perjalanan Ronde 6
Theme: Kota
Host: Ogi Philardi

Thursday, October 18, 2012

Starving For Travelling

Whaaaa..... 

Hasrat saya untuk jalan-jalan sedang bergelora di dalam dada. Duh... Duh... Duh... Ini akibat dua hari terakhir saya asik bacain blog-blog tentang travelling. Kapasitas kerjaan di kantor yang lagi sedikit bikin saya ungkang-ungkang kaki aja seharian, hasilnya yah begini, saya browsing-browsing internet dan baca-bacain tulisan orang yang asik jalan-jalan.

Ada tiga website yang sumpah bikin saya mupeng semupeng-mupengnya. Hiks! Dua RanselIndohoy dan Pergi Dulu. Ya ampun, nih orang-orang gak punya kerjaan lain kali ya, masa hidupnya jalan-jalan melulu? Saya iri seiri-irinya umat manusia!!! *lebay* :D

Setelah baca blognya Dua Ransel, lebih kaget lagi ternyata. Ini pasangan suami istri, Dina, asal Surabaya & Ryan, warga negara Kanada, yang memutuskan untuk hidup nomaden dari satu negara ke negara lain dan sudah berlangsung hampir empat tahun. Rela menunda untuk punya anak, rela menjual apartment dan seluruh barang-barang miliknya demi "kabur" dari kehidupan sebelumnya yang monoton. *elapkeringet*

Sementara Indohoy terdiri dari Mumun & Vira yang kelilingan Indonesia terus. Saya seharian ini bacain tulisan mereka, lihat foto-foto perjalanan mereka, dan sukses menahan tangis dan gelora membara di dada. Kapan gue bisa jalan-jalan kesana kemari kaya mereka yaaa???

Saya masih temasuk golongan "waras" sebetulnya kalau dibandingkan dengan saudara kembar saya yang rela nabung setengah mati demi bisa menclak-menclok ke tempat-tempat yang mau dia kunjungi. Harap maklum ya, sekarang saya sudah nikah dan ada adek bayi di dalam perut saya yang masih nunggu kira-kira 7 bulan lagi buat nongol di dunia ini. Jadi kalau saya nabung sekarang harus pintar dibagi-bagi, untuk keperluan hidup rumah tangga, untuk calon anak, untuk masa depan, dan terakhir baru buat jalan-jalan. Sementara kembaran saya masih "I'm single and very happy". Fokusnya belum untuk ke jenjang pernikahan, uangnya masih dikumpulin buat jalan-jalan, nonton konser, dan hahahihi...

Meski sadar udah jadi istri dan calon ibu, tapi yang namanya hobby susah untuk dihilangkan. Keinginan saya untuk jalan-jalan kesana kemari kadang masih menggebu-gebu, meski sudah jauh bisa mengontrol diri untuk nahan gak beli tiket-tiket murah. *korbaniklanairasia* 

Sejak SMA rasanya saya mulai senang jalan, mulai cuma dari menyambangi seluruh mall di Jekardah tercintah ini, sampai keluar kota segala. Kalau ada yang namanya study tour, saya rasanya gak pernah skip untuk ikutan, meski pulang jalan-jalan harus bikin makalah. Waktu kuliah dan terutama saat sudah kerja (karena sudah punya uang sendiri) saya makin sering kesana-kemari. 

Kalau diingat-ingat tempat mana saja yang sudah pernah saya kunjungi, lumayan sih, meski masih kalah jauuuuuuhh dengan orang-orang yang blog-nya saya sebut di atas. Hampir seluruh deerah di pulau jawa rasanya pernah saya singgahi, Anyer, Pulau Rambut, Pulau Untung Jawa, Kampung Naga,  Bandung, Bogor, Cirebon, Brebes, Solo, Jogja, Magelang, Pekalongan, Semarang, Pelabuhan Ratu, Tasikmalaya, Surabaya. Bali hampir seluruh kotanya dari selatan sampai utara sudah pernah saya sambangi, meski masih banyak tempat-tempat terpencil yang belum pernah dilihat. Pulau Sulawesi hanya Sulawesi Selatan yang pernah; Makasar, Malino, Bantimurung, Pulau Kayangan. *segituajabelagumei*

Sementara, Indonesia itu dari Sabang sampai Marauke. Apa kabar yang laiiin? Dan belahan dunia sebelah sana? Saya pengen ke Toraja, ke Raja Ampat, ke Pulau Komodo, ke Derawan, ke Wakatobi, ke Ujung Kulon, ke Danau Toba, ke Ujung Genteng, ke Bunaken, ke Kelimutu, ke Bromo, ke Palembang, ke Pulau Weh, ke Ambon, ke Lombok dan masih banyaaaaakkk lagi.

Jadi sekarang mungkin keinginan jalan-jalan tersebut perlu diredam dulu sampai si adek bayi lahir. Dan harus nabung yang rajin biar nanti bisa ajak adek bayi jalan-jalan kesana-sini. :D

pic from here







Tuesday, October 16, 2012

9 Minggu / 11 Minggu ?

Hai hai...
Perut saya mulai membuncit lho... : D

Bayi di perut saya tumbuh semakin besar. Semoga sehat dan baik-baik saja. Saya mengalami mabok parah tiap pagi, dan malam jauh lebih parah lagi. Rasa malas menggelantungi seharian. Malas mandi, malas bangun, malas masak, malas nyuci piring, malas nyapu, malas ngapa-ngapain. Sampai dandan pun malas. Untungnya saya punya suami super sabar dan baiiiiiiikkkk bangeeeettt... hehehe *mujimujisuamisendiri*

Suami saya paling hobi ngegeret-geret saya ke kamar mandi sekarang untuk nyuruh mandi. Tapi juga rajin bikinin susu tiap pagi dan malam, mau nyuciin piring dan baju, plus nyapu-nyapu, terutama kalau saya lagi "kumat" mualnya. Aaah, cintaa deh sama kamuuh. :-*

Sementara tantangan terbesar saya selama kehamilan ini adalah GAK BOLEH MAKAN MIE!!! Saya sih gak pernah dengar orang hamil gak boleh makan mie. Ya kalau mie instan gak boleh banyak-banyak karena MSG nya kali, tapi kalau mie yang lain masa gak boleh sih? Tapi karena waktu pertama kali ke bidan, dan si ibu bidan bilang "selama hamil gak usah makan mie dulu lah, banyak cerita pokoknya mie itu ga bagus." Maka, terdoktrin lah suamiku itu untuk melarang makan mie. Dan saya selalu ngomel sama orang-orang kantor kalau ada yang masak Indomie Goreng di pantry. Wanginya itu nyebar keseluruh kantor.  Itu namanya kagak menghargai bumil tauuu!

Rencana saya untuk cek kandungan dan USG masih menunggu sampai awal bulan depan. Saya masih bingung menentukan ke RS mana atau tetap di bidan. Dengar banyak cerita dari teman dan banyak baca di internet, kadang saya ragu jadinya untuk ke RS kalau bukan untuk USG. Tapi bulan depan ini rasanya saya memantapkan hati untuk ke RS dulu karena mau di USG untuk memastikan usia kandungan saya.

Awal pertama kali saya ke bidan dan dinyatakan hamil, kata bidannya kandungan saya sudah jalan 5 minggu. Nah, tapi saya dua kali ngecek lewat kalender kehamilan di blog "Tanya Dokter SpOG" dan lewat kalendar untuk kehamilan di Daisypath, berdasarkan tanggal periode terakhir saya menstruasi, dua-duanya menyatakan usia kehamilan saya lebih tua 2 minggu daripada yang dikatakan bidan. Saya sih sekarang jadinya meyakini usia kandungan saya memang lebih tua 2 minggu, tapi untuk lebih pastinya awal bulan depan saya mau di USG.

Dan karena saya pelupa, kalendar kehamilan dari Daisypath saya download dan pasang di desktop laptop kantor dan saya juga pasang di blog ini. Jadi saya selalu ingat sudah berapa hari usia kandungan saya.


ini dia kalender dari Daisypath, lucu kan?!





Thursday, October 11, 2012

Celaka

Sudah dapat yang kamu mau, kan? Senang?
Sekarang, aku lebih senang ...


pic from here

Karma handles revenge better than I would.




Friday, September 28, 2012

Bye High Heels

Semenjak mengetahui saya hamil, high heels saya terpaksa dikandangin dulu selama 9 bulan. Di kantor sekarang bunyi pletak-pletok sepatu saya gak kedengeran lagi. Beberapa orang sampai bilang ke saya, "Mbak Mei high heels-nya diumpetin dulu ya?" Saya mungkin termasuk segelintir perempuan di kantor yang paling senang pakai high heels from 9 to 5. 

Sekarang demi my baby bala-bala, I have to say bye for a while... ^_^



pic from here

Thursday, September 27, 2012

Tentang Luka

"... dia tahu apa yang dia lakukan. Dan mungkin kita tidak punya kemampuan untuk mengampuni. Yang bisa kita lakukan adalah berdamai dengan sisi lain manusia yang tak kita mengerti. Setidaknya, itu membuat kita tidak mengutuk dia atau membalas dia."

"Setiap kita punya sisi gelap, .... Setiap kita punya bayang-bayang."

(Lalita, hal. 206)

--------------------------------------------------------------------------------------------------


Patutkah manusia disebut manusia jika mampu melukai manusia lain dengan cara yang begitu menjijikan? Apakah manusia tidak sadar dirinya manusia saat mereka berbuat nista?

Tidakkah manusia menjadi setan saat mereka lupa rasa kemanusiaan mereka, lalu perbuatan mereka menjelma sakit hati bagi manusia lain?

Lalu salahkah rasa kesetanan seorang manusia dibalas oleh rasa kesetanan manusia lain juga?

Sakit itu manusiawi, katanya. Entah kata siapa. Bagaimana dengan sakit yang merasuk hingga kau bisa rasakan tulang-tulangmu perlahan hancur, hatimu dihisap kebahagiaannya, pikiranmu penuh dengan sakit yang tiap-tiap malam menjelma mimpi buruk dan kau tak punya daya lagi. Lemas. Lalu mati. Itukah rasa kemanusiawian?


***

Hatiku terlampau remuk. Dan mulutku tak bisa berhenti mengutuk. Luka itu tumbuh sebagai bara yang senantiasa panas dan nyala. Bagaimana aku mampu mengampuni? Sebab rela saja tidak semudah yang kau kira. 

Dekap. Dekap aku, Sayang. Biarkan aku meraung dalam pelukmu. Meronta sambil menjeritkan hati yang tersayat. Aku tidak akan pernah diam. Sebab luka menjelma dendam. Dan aku tidak mengerti tentang sakit hati ini. Dekap aku! Biar aku tahu kau di sini. Hanya untukku.

***

Ajari aku bagaimana caranya berdamai dengan sakit hati. Dengan sisi lain manusia yang tak ku mengerti. Sebab aku tak tahu bagaimana cara mengampuni. Mungkin suatu hari, mulutku akan berhenti merapal mantra serta kutukan yang mewabahkan derita. Kelak, aku akan menerima juga menyadari bahwa tiap kita memiliki sisi gelap.

Tapi kini biarkan aku tertawa, serta mengirimkan kembali luka, untuknya. Mengirimkan sebuah foto bergambar kita, penuh mesra. Tertuliskan: Hanya sampah yang dibuang tanpa perasaan!



Jakarta, 2012
ketika hujan bermusim di rumah kita...



pic from here








Wednesday, September 26, 2012

Selalu, Selamanya Ada Doa Untukmu

aku memutar kembali kenangan lama
cerita tentang kupukupu dan bunga, tentang senja yang menguning
dan kita yang tertawa

betapa waktu begitu cepat berlalu
dan kita demikian dekat
namun waktu juga ternyata tumbuh menjadi jembatan
membentangkan jarak

sepenggal kisah akan menjadi masa lalu
tersimpan rapih di dalam saku
kamu, akan menjadi doa yang selalu disisipkan

selalu, selamanya ada doa untukmu


Jakarta, 26 September, 2012

pic from here

Aku Kembali Dengan Seorang Bayi.

kemarau selalu tiba, kadang tidak tepat waktunya
tapi hujan pasti akan datang lagi dan lagi


Hai, aku kembali... *nyengir*

Semoga ini bukan kembali yang cuma sekedar menyapa pembaca. Tapi memang berapa bulan terakhir ini produktifitas menulis saya menurun drastis. Lihat saja arsip sejak beberapa bulan lalu, dalam sebulan tidak lebih dari sepuluh tulisan saya hasilkan. Padahal sebelumnya saya suka nyampah di sini, cerita-cerita yang gak penting, hehe... 

Puisi apa kabar? Duh, jangan tanya soal yang satu itu. Puisiku habis tertusuk jarum pemintal kemudian lagi menjelma sleeping beauty yang tidur beratus-ratus tahun sambil menunggu pangeran datang untuk membangunkan. Padahal dulu seringnya kalau saya bengong, terlintas di kepala kalimat-kalimat yang menjadi ide untuk menulis puisi. Sekarang kalau bengong, ujung-ujungnya saya malah ngantuk, haha! 

Saya gak tahu apa penyebabnya, tapi mau menulis rasanya malas, ditambah ga ada inspirasi apa-apa, lagi sedikit sekali baca buku. Alhasil beginilah, enam bulan terakhir blog ditulisi ala kadarnya. Tapi saya kira ada masanya dimana hasrat menulis saya muncul lagi, menggebu, membuncah, seperti perut awan yang selalu setia melahirkan hujan, meski kemarau sudah terlampau panjang. Kini saya kembali dengan berita gembira.

I am Mommy to be ...

Yup, saya sedang hamil. Ada yang menggelitik perutku tiap pagi dan malam. Seorang bayi. Baru hari Kamis malam minggu lalu saya yakin pasti bahwa saya mengandung. Sebetulnya awal bulan ini ketika saya belum juga menstruasi, saya sudah curiga. Tapi gak mau ke-GR-an, karena dulu juga pernah telat sampai enam hari, eh tau-taunya gak jadi. Jadi meski curiga hamil dan penasaran sesungguhnya, tapi saya sengaja tunggu sampai telat tiga minggu.

Awalnya saya mau beli test pack untuk cek sebelum pergi ke dokter, tapi suami bilang gak usah, dan seorang teman juga bilang kadang test pack meski sudah telat 2-3 minggu tapi gak akurat. Akhirnya saya sabar sampai hari Kamis lalu dan kebetulan kantor libur karena Pilkada Jakarta, jadi saya meniatkan diri untuk pergi ke dokter. Siangnya saya sempat telepon RS Carolus untuk cek jadwal dokter kandungan sore itu. Tapi karena suamiku yang wartawan itu tetap bertugas dan pulang kesorean, jadi kayanya gak mungkin ke RS Carolus lagi, karena pastinya antrian udah akan sepanjang jalan kenangan. 

Malam itu kami mutusin untuk cek ke bidan di dekat rumah saja, dengan dianter bibi suami yang katanya dulu ketiga anaknya lahir di sana. Waktu sampai sana, saya ceritakan bahwa saya sudah telat, dan bla, bla, bla... lalu sang bidan menyuruh saya tes urine. Dua garis pink perlahan muncul, dan saya cuma senyam senyum sendiri.

Saya positif hamil dan sudah hampir 5 minggu usia kandungannya. Yeeay, I am having a baby. Semoga kehamilan pertama saya ini lancar-lancar saja, dan bayinya sehat. Doakan kami yaa... :)


pic from here











Monday, September 24, 2012

It's A Baby

There's something tickling my womb...
Hey, I just haven't met you yet.


pic from here

Sunday, September 16, 2012

Tentang Gerimis di Pelupuk Mata

kukirimkan sebuah puisi ke jendela kamarmu
cerita tentang gerimis di pelupuk mata
tentang cinta yang sudah terlanjur

di dalam kamar kau sibuk melipat kenangan
menepikan sepi
katamu, "malam makin pandai menulis elegi.
pulanglah dan berhenti berpuisi."


Jakarta, 15 September, 2012

pic from here

Thursday, September 13, 2012

Yang Maha Mendengar Segala Doa

Di rumah kami hujan turun lagi, Tuhan.

Sebab semua hidup adalah milikmu. Dan aku sama sekali tak berdaya. Selain pinta dan doa tiap pagi.


13 September, 2012

pic from here

Thursday, August 23, 2012

Jemputan Yang Datang Terlambat

semisalnya, kau tidak datang terlambat malam itu, mungkin kita menggenapi sabit jadi purnama. sehingga jalanan kita benderang sampai di tujuan.

malam itu hujan tak turun, tapi aku tak mungkin menunggu jemputan yang datang terlalu lama. hingga sampai ada yang datang menawarkan tumpangan, dan aku terlalu letih berdiri sendiri ini, ingin bersandar di tempat yang nyaman.

nanti ketika pagi datang dan kau sadari aku tak di sana lagi, jangan kau katakan dan tanyakan;
mengapa aku meninggalkan



*sebuah catatan usang dari tahun lampau

Samar

apakah samar ingatanmu tentang sebuah kota yang dipenuhi terik matahari? ingatan tentang suatu siang yang panas dan ajakanmu itu. di sini debu-debu kota mengabukan kenangan. kisah-kisah cinta yang berlalu.

aku bertanya-tanya, apakah ingatanmu samar dan kenangan itu telah hilang?


Pelabuhan Ratu, 18 Agustus, 2012

Dari Balik Jendela Kereta

bukankah daun pisang itu melambai-lambai
ke arahmu? mengantar perjalanan pulang
merunduk, mengirimkan doa serta.

pagi ini begitu sepi, Tuhan.
namun riuhkan lah hati
dengan kebahagiaan.


Bogor, 16 Agustus, 2012

Friday, August 10, 2012

Hujan Yang Sama

tahukah kau bagaimana bunyi hati
saat kehilangan harapan?
hujan yang sama
hujan yang sama
gerimis turun tanpa bilangan

aku menjelma kupu-kupu
yang tak mengerti
kenapa bunga tak mekar setiap hari

kau selalu menjadi langit
yang mengirimkan pelangi
tempat menggantung doa-doa

tapi kau juga sarang
awan-awan kelabu
mengirimkan hujan yang sama
merinai tanpa bilangan

kupunguti satu-satu gerimis
sendirian, tanpa henti

kenapa hujan begitu basah
di langit rumah kita?



Jakarta, 10 Agustus, 2012

*terinspirasi oleh puisi Pelangi Itu Kemalaman by Mbak Gita


pic from here



Tentang Rindu Yang Tak Sampai

persimpangan jalan telah memaksa kita pulang berbeda arah
tapi tak perlu lambaian tangan itu
sebab ini bukan perpisahan, katamu
"besok kujemput kau lagi."

pagi mati di depan pintu
angin mengabarkan kisahmu
yang resah bersuka

seperti langit, kau tahu
aku akan tetap di sana
meski nanti kelak aku kisahkan
tentang rindu yang tak sampai


Jakarta, 10 Agustus, 2012

pic from here

Thursday, August 9, 2012

Berdamai Dengan Luka

Make peace with your past so it won't destroy your present.
-Paulo Coelho-


Banyak yang bilang bulan puasa membantu kita belajar membersihkan diri, hati, serta pikiran. Terus, kalau saat puasa kita merasa kesal, jengkel, muak, dan rasa-rasa lainnya yang negatif, gimana mengatasinya?

Beberapa hari lalu saya membaca tulisan di blognya Mbak Eka tentang Katarsis atau bahasa gampangnya pembersihan diri. Merasa kesal, bete, jengkel, benci adalah perasaan yang manusiawi/wajar. Mungkin semua orang juga pernah merasakannya. Mbak Eka mengatasi itu semua dengan masak atau nulis di blognya. Tapi apakah semudah itu menghilangkan rasa negatif dari hati dan pikiran?

Bulan ini rasanya saya sedang diuji, lewat perasaan dan pikiran. Pikiran yang semerawut yang sudah saya buang jauh-jauh belakangan ini kerap datang seenaknya. Menyerang tiba-tiba. Beraneka peristiwa tidak menyenangkan dari masa lalu berkelebat hebat, berdesakkan, saling tumpang tindih. Mengacaukan mood seharian!

Tidak berdamai dengan masa lalu? Iya, sepertinya. Ada banyak hal yang dialami masih terus berputar di kepala. Hal-hal yang tidak termaafkan. Peristiwa-peristiwa yang melahirkan luka. Kecewa yang tak surut. Lalu saya bisa apa?

Berdoa, tidur dan menyibukkan diri (menulis terutama). Itu cara yang paling efektif bagi saya untuk  menghilangkan segala hal-hal negatif yang muncul. Saya bisa terlihat bengong atau melamun, tapi sebetulnya saya sedang berbicara dengan Tuhan. Tidur berjam-jam ini juga ampuh, karena biasanya setelah bangun semua itu mendadak hilang. Tapi lebih dari itu semua, saya harus belajar lagi extra keras, berdamai dengan segala luka.

Memaafkan yang tak termaafkan.

pic from here


Monday, August 6, 2012

As Our Lives Change, Come Whatever, We Will Still Be Friends Forever

“We'll be Friends Forever, won't we, Pooh?' asked Piglet.
Even longer,' Pooh answered.”

-A.A.Milne, Winnie The Pooh-


Have you ever had a greatest fun-tastic friendship and never fade away? I have it!

Kata-kata apa yang harus saya pakai untuk menggambarkan sekelompok manusia yang satu ini? Seru, gila, gokil, kacau, parah, amburadul, sinting, dan semua kosakata yang terkait dengan sesuatu yang luar biasa menggembirakan. Sekelompok sahabat terbaik dimana setiap kalian berkumpul, mereka selalu membuat kalian terpingkal-pingkal sampai sakit perut. Sekelompok orang yang menjadi tempat kalian berbagi hal apa pun. Kesenangan, kesedihan, sampai aib memalukan. Hihihi... :D

Saya pribadi pernah memiliki teman-teman dekat saat SD, SMP, SMA, kemudian perpisahan terjadi ketika kelulusan, dan kedekatan itu perlahan memudar. Kehilangan kontak, kalau pun sesekali berhubungan keakraban yang dulu terasa merenggang.

Saat kuliah, sekelompok orang ini muncul di dalam hidup saya. Membawakan kegembiraan yang luar biasa saat bersama mereka, kesenangan yang tak terkira. It's more than eight years since the first time I know them and four years after our graduation, we're still close to each others.

Saya teringat percakapan dengan Kinan saat buka puasa bersama angkatan kami, hari Sabtu lalu. Di Twitter mantannya, Aji (anak Sastra Jawa '04) menuliskan ajakan kepada teman-teman angkatannya untuk datang acara buka bersama jika kebetulan membaca tweet-nya. Berdasarkan cerita Kinan, kurang lebih bunyi tweet-nya, "untuk anak-anak jawa yang baca tweet ini, tolong banget datang ke acara bukber di rumahnya..., apa susahnya sih bales sms atau angkat telepon untuk konfirmasi." Saya tertawa ngakak saat Kinan cerita itu. Sebegitu susahnya ya ngumpulin teman seangkatannya untuk berkumpul?!

Kenapa saya ngakak? Saya ingat beberapa tahun lalu saat masih di kampus, saat Kinan masih pacaran sama Aji. Dia, Aji, yang pernah berkata, teman-temannya di Sastra Jawa bilang, "Anak-anak Belanda itu kalau kemana-kemana kenapa sih gerombolan terus? Udah mahasiswa juga."  And now, see? How difficult for you to gather your friends even for one small event? One simple reason I'll say: we're close, you're not!

Ini sih jadi becandaan antara kami sendiri anak-anak Belanda '04, kami sering bilang, mungkin memang angkatan kami yang "rada-rada" sampai-sampai jurusan lain gak mau main sama jurusan Belanda, makanya daripada gak punya teman, jadi ya mau gak mau mainnya cuma sama angkatan sendiri. Haha!

Pertemuan-pertemuan sekedar untuk kumpul sepulang kerja, ngobrol ngalor ngidul, berbagi tawa dan pingkal-pingkal yang kerap membuat perut mulas, masih sering terlaksana. Arisan sudah dua kali diadakan dalam rentang waktu dua tahun. Dan buka puasa bersama setiap tahun masih terlaksana. Semua untuk menjaga kedekatan, keakraban, dan silahturahmi.

Ini sudah empat tahun sejak hari kelulusan kami di kampus. Kami tetap bersahabat dekat. 10 dari sekitar 43 orang sudah menikah. Delapan orang sudah punya anak dan satu sedang mengandung. Ada yang jadi pegawai swasta, ada yang jadi PNS, ada yang kerja di bank, sebagian kerja jadi wartawan, ada yang jadi pengajar, sebagian jadi ibu rumah tangga, beberapa masih dalam tahap melanjutkan S2-nya, ada pula yang jadi kreografer tari dan ada yang fokus jadi pemain musik di orkestra.

Dain di Belanda, "Uda" Rizky di Inggris, Jajang gak sampai dua minggu lagi berangkat ke Belanda, Daboe pulang pergi Hongkong, Billy di Manado, Ike di Padang, Ricky sibuk konser musik di luar-luar negeri, dan sebagian besar di Jadetabek. 

Whatever, wherever, we're still friends. Forever!



buka puasa bersama dari tahun ke tahun








Happy Birthday, Sayang!

Aku mencintaimu.
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan
keselamatanmu
(Dalam Doaku - Sapardi Djoko Damono)



Dalam ketergesaan setiap pagi, kusempatkan menyisipkan namamu dalam doa-doa.
Meski kadang terlambat.
Dan, dalam malam-malam yang meski kadang hujan, aku menyelipkan cinta di bawah bantalmu. Agar  menelusup di telinga, lalu tak pernah kau lupa, aku mencintaimu.

Selamat ulang tahun, Sayang. Yang terbaik untukmu. :)


pic from here





Tuesday, July 31, 2012

Pasal Senior

Pasal 1: Senior selalu benar.
Pasal 2: Kalau senior salah, lihat pasal 1.


Siapa yang gak pernah dengar bunyi pasal di atas? Saya kira hampir semua tau tentang pasal senior itu. Pasal yang harus dihapal mati saat di SMA dulu, ya gak sih? Belakangan ini lagi ramai berita tentang bullying di SMA Don Bosco Pondok Indah, saya sendiri waktu dengar tentang berita itu kaget gak kaget sih. Kaget karena ternyata masih ada aja ya yang senioritasnya sampe sebegitu hebohnya. Beritanya marak di berbagai media.

Saya jadi teringat kejadian 10 tahun lalu --September 2002-- saat saya naik kelas 2 SMA. Kejadiannya nyaris serupa. Hampir di berbagai media cetak nama sekolah saya disebut-sebut. Bahkan sebuah tulisan di Kompas saya masih ingat jelas judulnya, "Siswi SMU 82 Diculik Alumninya". Kejadian serupa seperti yang dialami oleh beberapa siswa SMA Don Bosco dialami juga oleh beberapa murid di 82, bedanya anak kelas 3 yang justru sudah paling senior saat itulah yang diculik oleh alumni yang baru saja lulus di tahun itu.

Tradisi ini dikenal dengan sebutan "One Day". Di hari ketiga Masa Orientasi Siswa (MOS), adalah hari dimana setiap kelas dari siswa baru akan menampilkan pertunjukan parodi yang dipentaskan di lapangan upacara dan ditonton oleh semua siswa senior dan guru-guru. Biasanya di hari ini lah para alumni yang baru saja lulus akan datang ke sekolah, berkumpul lalu mengincar sejumlah murid kelas 3. Biasanya mereka sudah punya target yang dituju. Beberapa anak dibawa masuk ke mobil, ditutup matanya, diajak muter-muter sementara mereka ga tau dibawa kemana, disuruh ngerokok, ada yang disuruh lepas-lepas kancing baju, atau diturunin menjelang gelap di dekat gerbang jalan tol, dll.

Dulu di sekolah saya senioritas sangat terasa. Dilarang nenteng-nenteng handphone apalagi dipakai di depan senior. Gak boleh pakai soft lense. Tiap angkatan punya tempat nongkrong yang berbeda; tongkrongan angkatan ganjil disebut "WarNing" singkatan dari Warung Kuning dan untuk angkatan genap disebut "WarTam" singkatan dari Warung Taman. Kantin 82 dulunya berbentuk letter L, semua tukang jajanan yang berada di sisi yang pendek hanya khusus untuk anak kelas 2 dan 3. Kelas 1 jangan coba-coba jajan di sana kalau gak mau diteriakin. Lorong kelas 3 IPS waktu itu terletak di lantai bawah, satu lorong di depan lapangan upacara persis untuk kelas 3 IPS saja, kalau masih kelas 1 dan 2, jangan coba-coba juga lewat sana. DILARANG!!!

Sampai akhirnya tradisi "One Day" ini terungkap di media, barulah pihak sekolah merasa tergerak untuk menghentikan tradisi ini. Salah satu korban bullying waktu itu terserang asma, yang membuat para alumni terpaksa membawanya ke rumah sakit. Karena mobil yang dipakai waktu itu ber-plat merah, ujung-ujungnya kejadian ini diketahui oleh polisi dan menyebar ke media. Hampir tiap hari sepulang sekolah selalu ada wartawan yang nunggu di depan gerbang untuk wawancarai guru-guru atau murid-murid. Selalu ada mobil polisi yang patroli seputar sekolahan. Para wakil kepala sekolah juga gencar patroli ke tempat-tempat nongkrong. Tindakan yang sangat terlihat di dalam sekolah ialah Kepala Sekolah memutuskan mengubah bentuk kantin menjadi lingkaran, sehingga siapa pun bebas jajan dimana saja. Waktu saya naik ke kelas 3, pihak sekolah juga membuat keputusan baru, yaitu kelas 3 IPS pindah ke lantai dua dan lorong IPS digunakan untuk kelas 1, sehingga siapa saja boleh lewat. Namun, untuk hal yang nomor dua ini hanya sukses selama seminggu, karena seluruh murid kelas 3 IPS demo, dan mau gak mau pihak sekolah menurut. Lorong IPS tetap cuma punyanya kelas 3.

Waktu saya di kelas 3, perubahan sedikit-sedikit mengenai senioritas mulai terasa. Pihak sekolah erat bekerja sama dengan OSIS yang waktu itu dipimpin teman saya, Okky, yang memang bertujuan menghilangkan senioritas di 82. Dalam berbagai kesempatan para junior diajak bekerja sama dengan senior sehingga gap di antara mereka tidak terlalu besar. Yah, konyol sih kedengerannya, tapi seengaknya gak ada lagi yang teriak-teriak di kantin cuma karena junior jajan di tempat tertentu, atau mencak-mencak cuma karena liat junior pakai handphone atau soft lense.

Saya menuliskan cerita kelam SMA saya sendiri di sini bukan dengan maksud menjelek-jelekkan, tapi saya kira kejadian semacam ini masih banyak terjadi. Bullying yang ringan-ringan saja pun tetap saja bentuk kekerasan. Saya kira kalau pihak sekolah justru menutup-nutupi, tidak mau tahu, pura-pura buta dengan hal semacam ini atau parahnya menganggap yang semacam ini hal wajar, tindakan kekerasan seperti ini tidak akan berhenti. Kerjasama pihak sekolah dengan para siswa itu sendiri lah yang dibutuhkan.


pic from here



Friday, July 27, 2012

Kota-Kota Yang Lahir Dari Temaram Cahaya

di ujung rel, kota-kota lahir dari temaram cahaya
serupa matamu yang kunang-kunang
gelap mungkin bukan hanya tentang sepi
tapi juga harapan.


Jakarta, 26 Juli, 2012

pic from here

Wednesday, July 25, 2012

Jogja, Seharusnya

Seharusnya kita bersiap malam ini. Menyiapkan langkah ke kota yang belum sempat kita singgahi bersama. Kota yang kerap kali membuatku rindu menghirup aroma paginya. Bocah-bocah, para pejalan, penjaja kaki lima. Ketenangan pagi yang tak disajikan Jakarta.

Apakah kau bayangkan? Jalanan dengan bunyi bel sepeda bernyanyi. Pohon-pohon bergoyang lembut ditiup angin pagi. Tanpa polusi. Juga candi-candi. Dan Budha yang menyembul dibalik kabut Menoreh.

Seharusnya esok kita di sana, Sayang. Tapi apa dikata, Tuhan juga punya rencana. 

Oh Jogja, mungkin lain kali...



pic from here


Thursday, July 19, 2012

Puisi di Kompas.com

Seperti setiap pagi begitu saya sampai di kantor saya terbiasa membuka beberapa website di internet. Membaca sedikit berita dan sedikit puisi sebelum memulai pekerjaan. Yahoo dan Kompas adalah website yang tidak pernah absen dikunjungi.

And guess what? Puisi yang beberapa hari lalu saya kirimkan ke redaksi kompas.com ternyata dimuat pagi ini. Senang? Pasti! Tapi sedikit kecewa juga iya. Terdapat kesalahan tulis pada nama saya. Kemudian yang saya kira cukup krusial adalah penulisan puisi-puisi saya di sana. Puisi-puisi tersebut ditulis tanpa spasi, hampir di setiap barisnya. Semua kata merekat rapat satu dengan yang lainnya. *sigh*

Saya mengirimkan email kembali kepada redaksi Kompas.com mengenai hal tersebut. Semoga kritik saya menjadi masukan. Saya pribadi sih berharap semoga diperbaiki, tapi gak tau kalau sudah dimuat begitu apa bisa diedit lagi.

Puisi-puisinya sudah pernah ditulis di blog ini, tapi jika mau lihat bisa klik di sini

pic from here

Tuesday, July 17, 2012

Coin A Chance

LET'S HELPING KIDS BACK TO SCHOOL!


Yup, let's start to helping them, guys! Sejak kemarin sore saya mulai mengirimkan brodcast messanger hampir ke semua kontak di Blackberry, isinya berupa ajakan untuk mulai mengumpulkan koin demi membantu anak-anak kembali ke sekolah. Semua diawali kemarin siang ketika saya dan suami sedang main di Taman Ismail Marzuki. Secara kebetulan suami saya bertemu seorang temannya yang juga wartawan dan ia mulai bercerita tentang gerakan ini. COIN A CHANCE.

Coin A Chance, sebuah gerakan sosial untuk mengumpulkan ‘recehan’ atau uang logam yang bertumpuk dan jarang digunakan. Uang yang terkumpul akan ditukarkan dengan "sebuah kesempatan" bagi anak-anak yang kurang mampu agar mereka dapat melanjutkan sekolah lagi.

Saya langsung teringat uang recehan yang biasa saya tabung di rumah. Saya hanya mengumpulkan tapi tidak tahu nanti akan diapakan. Bahkan sebelum saya menikah dengan Gema, ia pun terbiasa mengumpulkan uang recehan di dalam kaleng, dan kami pernah membongkar dan menghitungnya. Sebagian pernah dipakai tapi sisanya masih banyak di rumah.

Saya berniat membantu mereka dengan mengumpulkan recehan. Saya yakin kalian juga bisa! Saya rasa ini bukan sesuatu hal yang baru. Hampir kita semua terbiasa memiliki dan mengumpulkan receh, ditaruh di dompet, diletakkan begitu saja di rumah, dipakai untuk kasih pengamen, atau yang lainnya. Jadi SUSAH bukanlah sebuah alasan yang masuk akal. Bahkan tanpa diminta recehan itu kadang datang kepada kita.

Caranya gimana? Gampang! Kumpulkan saja dulu koin recehan yang kalian punya. Kalian juga bisa minta recehan teman-teman kalian, atau ceritakan tentang ini kepada orang lain dan mulai kumpulkan. Pihak dari Coin A Chance secara regular akan mengadakan pertemuan yang disebut Coin Collecting Day di tempat-tempat berbeda. Di sanalah kalian dapat menyetorkan koin-koin yang sudah kalian kumpulkan.

Info mengenai tempat dimana mereka akan berkumpul akan diberitahukan melalui website dan Twitter mereka. Silahkan kunjungi websitenya di http://www.coinachace.com/ atau follow Twitternya di @coinachance dan @anggiapoe3 untuk informasi lebih banyak.

Kalau ada yang berniat mengumpulkan koin, tapi kemudian bingung atau takut nanti tidak tahu menyetorkannya kemana, saya dengan senang hati bersedia untuk menampung koin kalian dan akan menyetorkan kepada pihak Coin A Chance setiap mereka mengadakan Coin Collecing Day. So, do not hesitate to contact me.

FYI, Coin A Chance tidak hanya berada di Jakarta, tapi juga di beberapa kota lain di Indonesia, seperti Bali, Bogor, Bandung, Semarang, Makasar, Jogja.



Pic From here



Friday, July 13, 2012

Tentang Malam-Malam Insomnia

ada hujan singgah di beranda malam-malam
melantunkan melodi liris di kaca jendela
apa yang tersisa selepasnya
hanyalah keheningan
yang mengantar berkelana
pada ingatan-ingatan paling dalam
tentang airmata dan dada
yang menjadi serpihan kaca


Jakarta, 9 Juli, 2012

Tuesday, July 3, 2012

Horrible

It's horrible when I lost my words and realize it's almost a month I didn't write anything in this blog. Even a poem or a story. At all.


Pic from here

Thursday, June 7, 2012

Dari Sebuah Senja di Bulan Juni

Suatu hari, semestinya kita mampir di sebuah senja, Ma. Duduk bercengkrama tentang kisah lama, tentang airmata jatuh yang jadi kupu-kupu, di taman kota yang dulu kerap kita singgahi.

Di sini senja selalu merah. Di jalanan beraspal yang pengap oleh deru debu dan gegas gesa orang-orang. Seharusnya tak perlu dinding rumah dan pergelangan tangan mereka dihiasi dengan jam yang tak berhenti berdetak itu. Kecemasan dan gelisah yang buru-buru. Kemudian hidup hanya jadi batu.

Kota sering kali menjelma peron stasiun. Ramai dan sepi saling berdesakkan. Orang-orang menunggu kereta yang mengangkut segala kenangan serta harapan. Menanti pertemuan kemudian bersiap dengan kehilangan. Di peron stasiun semua orang mengadakan pementasan. Melemparkan kata demi kata dan tawa yang tumpang tindih dengan luka.

Senja mengirimkan ingatan tentang kota yang berubah menjadi taman hiburan. Wanita-wanita yang tak habis berbicara tentang sepatu dan rias wajah. Hilir mudik dengan topeng warna-warni di wajah mereka yang gelap. Sesekali mampir ke kamar mandi, merapihkan letak bulu mata palsu mereka yang mungkin geser. Sementara di ujung jalan langit selalu abu-abu di mata sebagian yang lainnya.

Aku tak ingin hidup hanya menjadi sekumpulan diksi yang sia-sia. Habis digerogoti lara dan detak detik waktu yang hampa. Namun juga aku tak bisa selalu menjadi peri. Hinggap di bunga-bunga dengan sayap warna-warni. Sebab musim tak selamanya semi. Hidup sering kali memaksa kita menjadi iblis yang mencipta neraka di kepala dan dada orang-orang. 
 . 

Di bawah tempat tidur masih kita simpan sekaleng mimpi-mimpi orangtua. Dan mengajari anak-anak kita kelak merapal doa agar celaka jauh dari mereka.

Suatu senja nanti kita duduk di sebuah taman kota, Ma. Ketika tubuh dan jiwa khatam jadi pengembara. Maka sore hanya tentang desau angin yang menggelitik daun-daun untuk jatuh dan tiada.


Jakarta, Juni 2012


pic from here