Make peace with your past so it won't destroy your present.
-Paulo Coelho-
Banyak yang bilang bulan puasa membantu kita belajar membersihkan diri, hati, serta pikiran. Terus, kalau saat puasa kita merasa kesal, jengkel, muak, dan rasa-rasa lainnya yang negatif, gimana mengatasinya?
Beberapa hari lalu saya membaca tulisan di blognya Mbak Eka tentang Katarsis atau bahasa gampangnya pembersihan diri. Merasa kesal, bete, jengkel, benci adalah perasaan yang manusiawi/wajar. Mungkin semua orang juga pernah merasakannya. Mbak Eka mengatasi itu semua dengan masak atau nulis di blognya. Tapi apakah semudah itu menghilangkan rasa negatif dari hati dan pikiran?
Bulan ini rasanya saya sedang diuji, lewat perasaan dan pikiran. Pikiran yang semerawut yang sudah saya buang jauh-jauh belakangan ini kerap datang seenaknya. Menyerang tiba-tiba. Beraneka peristiwa tidak menyenangkan dari masa lalu berkelebat hebat, berdesakkan, saling tumpang tindih. Mengacaukan mood seharian!
Tidak berdamai dengan masa lalu? Iya, sepertinya. Ada banyak hal yang dialami masih terus berputar di kepala. Hal-hal yang tidak termaafkan. Peristiwa-peristiwa yang melahirkan luka. Kecewa yang tak surut. Lalu saya bisa apa?
Berdoa, tidur dan menyibukkan diri (menulis terutama). Itu cara yang paling efektif bagi saya untuk menghilangkan segala hal-hal negatif yang muncul. Saya bisa terlihat bengong atau melamun, tapi sebetulnya saya sedang berbicara dengan Tuhan. Tidur berjam-jam ini juga ampuh, karena biasanya setelah bangun semua itu mendadak hilang. Tapi lebih dari itu semua, saya harus belajar lagi extra keras, berdamai dengan segala luka.
Memaafkan yang tak termaafkan.
Tidak berdamai dengan masa lalu? Iya, sepertinya. Ada banyak hal yang dialami masih terus berputar di kepala. Hal-hal yang tidak termaafkan. Peristiwa-peristiwa yang melahirkan luka. Kecewa yang tak surut. Lalu saya bisa apa?
Berdoa, tidur dan menyibukkan diri (menulis terutama). Itu cara yang paling efektif bagi saya untuk menghilangkan segala hal-hal negatif yang muncul. Saya bisa terlihat bengong atau melamun, tapi sebetulnya saya sedang berbicara dengan Tuhan. Tidur berjam-jam ini juga ampuh, karena biasanya setelah bangun semua itu mendadak hilang. Tapi lebih dari itu semua, saya harus belajar lagi extra keras, berdamai dengan segala luka.
Memaafkan yang tak termaafkan.
pic from here |
No comments:
Post a Comment