Tuesday, July 31, 2012

Pasal Senior

Pasal 1: Senior selalu benar.
Pasal 2: Kalau senior salah, lihat pasal 1.


Siapa yang gak pernah dengar bunyi pasal di atas? Saya kira hampir semua tau tentang pasal senior itu. Pasal yang harus dihapal mati saat di SMA dulu, ya gak sih? Belakangan ini lagi ramai berita tentang bullying di SMA Don Bosco Pondok Indah, saya sendiri waktu dengar tentang berita itu kaget gak kaget sih. Kaget karena ternyata masih ada aja ya yang senioritasnya sampe sebegitu hebohnya. Beritanya marak di berbagai media.

Saya jadi teringat kejadian 10 tahun lalu --September 2002-- saat saya naik kelas 2 SMA. Kejadiannya nyaris serupa. Hampir di berbagai media cetak nama sekolah saya disebut-sebut. Bahkan sebuah tulisan di Kompas saya masih ingat jelas judulnya, "Siswi SMU 82 Diculik Alumninya". Kejadian serupa seperti yang dialami oleh beberapa siswa SMA Don Bosco dialami juga oleh beberapa murid di 82, bedanya anak kelas 3 yang justru sudah paling senior saat itulah yang diculik oleh alumni yang baru saja lulus di tahun itu.

Tradisi ini dikenal dengan sebutan "One Day". Di hari ketiga Masa Orientasi Siswa (MOS), adalah hari dimana setiap kelas dari siswa baru akan menampilkan pertunjukan parodi yang dipentaskan di lapangan upacara dan ditonton oleh semua siswa senior dan guru-guru. Biasanya di hari ini lah para alumni yang baru saja lulus akan datang ke sekolah, berkumpul lalu mengincar sejumlah murid kelas 3. Biasanya mereka sudah punya target yang dituju. Beberapa anak dibawa masuk ke mobil, ditutup matanya, diajak muter-muter sementara mereka ga tau dibawa kemana, disuruh ngerokok, ada yang disuruh lepas-lepas kancing baju, atau diturunin menjelang gelap di dekat gerbang jalan tol, dll.

Dulu di sekolah saya senioritas sangat terasa. Dilarang nenteng-nenteng handphone apalagi dipakai di depan senior. Gak boleh pakai soft lense. Tiap angkatan punya tempat nongkrong yang berbeda; tongkrongan angkatan ganjil disebut "WarNing" singkatan dari Warung Kuning dan untuk angkatan genap disebut "WarTam" singkatan dari Warung Taman. Kantin 82 dulunya berbentuk letter L, semua tukang jajanan yang berada di sisi yang pendek hanya khusus untuk anak kelas 2 dan 3. Kelas 1 jangan coba-coba jajan di sana kalau gak mau diteriakin. Lorong kelas 3 IPS waktu itu terletak di lantai bawah, satu lorong di depan lapangan upacara persis untuk kelas 3 IPS saja, kalau masih kelas 1 dan 2, jangan coba-coba juga lewat sana. DILARANG!!!

Sampai akhirnya tradisi "One Day" ini terungkap di media, barulah pihak sekolah merasa tergerak untuk menghentikan tradisi ini. Salah satu korban bullying waktu itu terserang asma, yang membuat para alumni terpaksa membawanya ke rumah sakit. Karena mobil yang dipakai waktu itu ber-plat merah, ujung-ujungnya kejadian ini diketahui oleh polisi dan menyebar ke media. Hampir tiap hari sepulang sekolah selalu ada wartawan yang nunggu di depan gerbang untuk wawancarai guru-guru atau murid-murid. Selalu ada mobil polisi yang patroli seputar sekolahan. Para wakil kepala sekolah juga gencar patroli ke tempat-tempat nongkrong. Tindakan yang sangat terlihat di dalam sekolah ialah Kepala Sekolah memutuskan mengubah bentuk kantin menjadi lingkaran, sehingga siapa pun bebas jajan dimana saja. Waktu saya naik ke kelas 3, pihak sekolah juga membuat keputusan baru, yaitu kelas 3 IPS pindah ke lantai dua dan lorong IPS digunakan untuk kelas 1, sehingga siapa saja boleh lewat. Namun, untuk hal yang nomor dua ini hanya sukses selama seminggu, karena seluruh murid kelas 3 IPS demo, dan mau gak mau pihak sekolah menurut. Lorong IPS tetap cuma punyanya kelas 3.

Waktu saya di kelas 3, perubahan sedikit-sedikit mengenai senioritas mulai terasa. Pihak sekolah erat bekerja sama dengan OSIS yang waktu itu dipimpin teman saya, Okky, yang memang bertujuan menghilangkan senioritas di 82. Dalam berbagai kesempatan para junior diajak bekerja sama dengan senior sehingga gap di antara mereka tidak terlalu besar. Yah, konyol sih kedengerannya, tapi seengaknya gak ada lagi yang teriak-teriak di kantin cuma karena junior jajan di tempat tertentu, atau mencak-mencak cuma karena liat junior pakai handphone atau soft lense.

Saya menuliskan cerita kelam SMA saya sendiri di sini bukan dengan maksud menjelek-jelekkan, tapi saya kira kejadian semacam ini masih banyak terjadi. Bullying yang ringan-ringan saja pun tetap saja bentuk kekerasan. Saya kira kalau pihak sekolah justru menutup-nutupi, tidak mau tahu, pura-pura buta dengan hal semacam ini atau parahnya menganggap yang semacam ini hal wajar, tindakan kekerasan seperti ini tidak akan berhenti. Kerjasama pihak sekolah dengan para siswa itu sendiri lah yang dibutuhkan.


pic from here



Friday, July 27, 2012

Kota-Kota Yang Lahir Dari Temaram Cahaya

di ujung rel, kota-kota lahir dari temaram cahaya
serupa matamu yang kunang-kunang
gelap mungkin bukan hanya tentang sepi
tapi juga harapan.


Jakarta, 26 Juli, 2012

pic from here

Wednesday, July 25, 2012

Jogja, Seharusnya

Seharusnya kita bersiap malam ini. Menyiapkan langkah ke kota yang belum sempat kita singgahi bersama. Kota yang kerap kali membuatku rindu menghirup aroma paginya. Bocah-bocah, para pejalan, penjaja kaki lima. Ketenangan pagi yang tak disajikan Jakarta.

Apakah kau bayangkan? Jalanan dengan bunyi bel sepeda bernyanyi. Pohon-pohon bergoyang lembut ditiup angin pagi. Tanpa polusi. Juga candi-candi. Dan Budha yang menyembul dibalik kabut Menoreh.

Seharusnya esok kita di sana, Sayang. Tapi apa dikata, Tuhan juga punya rencana. 

Oh Jogja, mungkin lain kali...



pic from here


Thursday, July 19, 2012

Puisi di Kompas.com

Seperti setiap pagi begitu saya sampai di kantor saya terbiasa membuka beberapa website di internet. Membaca sedikit berita dan sedikit puisi sebelum memulai pekerjaan. Yahoo dan Kompas adalah website yang tidak pernah absen dikunjungi.

And guess what? Puisi yang beberapa hari lalu saya kirimkan ke redaksi kompas.com ternyata dimuat pagi ini. Senang? Pasti! Tapi sedikit kecewa juga iya. Terdapat kesalahan tulis pada nama saya. Kemudian yang saya kira cukup krusial adalah penulisan puisi-puisi saya di sana. Puisi-puisi tersebut ditulis tanpa spasi, hampir di setiap barisnya. Semua kata merekat rapat satu dengan yang lainnya. *sigh*

Saya mengirimkan email kembali kepada redaksi Kompas.com mengenai hal tersebut. Semoga kritik saya menjadi masukan. Saya pribadi sih berharap semoga diperbaiki, tapi gak tau kalau sudah dimuat begitu apa bisa diedit lagi.

Puisi-puisinya sudah pernah ditulis di blog ini, tapi jika mau lihat bisa klik di sini

pic from here

Tuesday, July 17, 2012

Coin A Chance

LET'S HELPING KIDS BACK TO SCHOOL!


Yup, let's start to helping them, guys! Sejak kemarin sore saya mulai mengirimkan brodcast messanger hampir ke semua kontak di Blackberry, isinya berupa ajakan untuk mulai mengumpulkan koin demi membantu anak-anak kembali ke sekolah. Semua diawali kemarin siang ketika saya dan suami sedang main di Taman Ismail Marzuki. Secara kebetulan suami saya bertemu seorang temannya yang juga wartawan dan ia mulai bercerita tentang gerakan ini. COIN A CHANCE.

Coin A Chance, sebuah gerakan sosial untuk mengumpulkan ‘recehan’ atau uang logam yang bertumpuk dan jarang digunakan. Uang yang terkumpul akan ditukarkan dengan "sebuah kesempatan" bagi anak-anak yang kurang mampu agar mereka dapat melanjutkan sekolah lagi.

Saya langsung teringat uang recehan yang biasa saya tabung di rumah. Saya hanya mengumpulkan tapi tidak tahu nanti akan diapakan. Bahkan sebelum saya menikah dengan Gema, ia pun terbiasa mengumpulkan uang recehan di dalam kaleng, dan kami pernah membongkar dan menghitungnya. Sebagian pernah dipakai tapi sisanya masih banyak di rumah.

Saya berniat membantu mereka dengan mengumpulkan recehan. Saya yakin kalian juga bisa! Saya rasa ini bukan sesuatu hal yang baru. Hampir kita semua terbiasa memiliki dan mengumpulkan receh, ditaruh di dompet, diletakkan begitu saja di rumah, dipakai untuk kasih pengamen, atau yang lainnya. Jadi SUSAH bukanlah sebuah alasan yang masuk akal. Bahkan tanpa diminta recehan itu kadang datang kepada kita.

Caranya gimana? Gampang! Kumpulkan saja dulu koin recehan yang kalian punya. Kalian juga bisa minta recehan teman-teman kalian, atau ceritakan tentang ini kepada orang lain dan mulai kumpulkan. Pihak dari Coin A Chance secara regular akan mengadakan pertemuan yang disebut Coin Collecting Day di tempat-tempat berbeda. Di sanalah kalian dapat menyetorkan koin-koin yang sudah kalian kumpulkan.

Info mengenai tempat dimana mereka akan berkumpul akan diberitahukan melalui website dan Twitter mereka. Silahkan kunjungi websitenya di http://www.coinachace.com/ atau follow Twitternya di @coinachance dan @anggiapoe3 untuk informasi lebih banyak.

Kalau ada yang berniat mengumpulkan koin, tapi kemudian bingung atau takut nanti tidak tahu menyetorkannya kemana, saya dengan senang hati bersedia untuk menampung koin kalian dan akan menyetorkan kepada pihak Coin A Chance setiap mereka mengadakan Coin Collecing Day. So, do not hesitate to contact me.

FYI, Coin A Chance tidak hanya berada di Jakarta, tapi juga di beberapa kota lain di Indonesia, seperti Bali, Bogor, Bandung, Semarang, Makasar, Jogja.



Pic From here



Friday, July 13, 2012

Tentang Malam-Malam Insomnia

ada hujan singgah di beranda malam-malam
melantunkan melodi liris di kaca jendela
apa yang tersisa selepasnya
hanyalah keheningan
yang mengantar berkelana
pada ingatan-ingatan paling dalam
tentang airmata dan dada
yang menjadi serpihan kaca


Jakarta, 9 Juli, 2012

Tuesday, July 3, 2012

Horrible

It's horrible when I lost my words and realize it's almost a month I didn't write anything in this blog. Even a poem or a story. At all.


Pic from here