Thursday, August 26, 2010

Ilusi

saya kangen kamu. sungguh. rindu bicara dengan kamu. merindui malam-malam kita. saya teringat suatu malam kita, sudah berapa lama ya? hmmm, setahun lalu barangkali. saya bahkan sudah lupa kenapa malam itu kita bisa berbicara panjang.

hujan malam itu kamu bilang. masih di kantor menunggu hujan reda. percakapan kita selalu indah. berbicara dengan kamu saya seperti membaca sebuah novel romantis. saya mencinta sekaligus mengagumi seperti seorang abang, kakak laki-laki yang diidamkan. sosok tegap, tegar, humoris sekaligus mengayomi.

saya, perempuan yang sering gelisah ini membayangkan nyamannya menangis di dalam pelukanmu. dada yang bidang dimana saya boleh menyandarkan kepala, mencium wangi tengkukmu, dan pipi kita bersentuhan walaupun cuma sedikit, lalu ada tangan yang merangkul pundak saya dan membiarkan saya menangis saja tanpa bertanya kenapa. saya hanya butuh tempat nyaman seperti tubuhmu.

saya kangen percakapan kita yang seperti membaca novel itu. kata-kata yang seperti puisi-puisi dari masa lalu. cinta yang tak kunjung padamnya, kamu, lilin kecilku.

Wednesday, August 25, 2010

Fragmen Cinta Lima Lelaki

1. adalah cinta mati kukira awalnya. kamu yang membuat aku menangis dan tertawa. bersamamu bukan pura-pura. kamu yang pertama. kita yang malu-malu tapi akhirnya jadi satu. kemudian, dalam jangka yang belum cukup lama bagiku, kamu mengakhiri mimpi. empat tahun lebih aku menjelma perempuan yang senang membodoh-bodohi diri.

2. kamu adalah sahabat dekat yang berakhir pahit. aku tidak tahu mengapa mendadak membenci dirimu penuh totalitas. sejak masih bau kencur campur malu-malu. berapa kali kamu nyatakan cinta ya? delapan kali kalau tidak salah. lebih dari tujuh tahun menunggu. aku berikan kesempatan pura-pura. hanya dua bulan, berjarak, satu minggu. habis. kamu tak pernah melekat. maaf.

3. adalah penyembuh luka bersama kamu. mengerti lagi arti mencinta. tapi ini juga platonik saja. kita menyenangkankan sekaligus menyedihkan. empat tahun lebih kukira. sahabat yang berakhir bahagia. aku memandangmu hanya dalam suatu jarak yang kabur oleh ombak lautan.

4. keisengan semata dan suka-suka kita saja. kamu childish. penyendiri, lelaki kesepian yang mencari riang di ibu kota. baiknya kamu, tahu kah itu? tapi sudahlah. kamu hanya senang main-main saja.

5. si "nice trick or great treat". kamu membawa bahagia meski sementara. kamu lagi yang mampu membuat air mata mengalir dan rasa sesak muncul setelah sekian lama. kita berakhir dengan diam dan senyuman. kamu yang masih mampu menggenggam erat tanganku pada hari terakhir kita. tahukah kamu itu menyakitkan? namun melegakan. beberapa waktu lalu, ingat tidak, mata kita bertemu dalam pandangan dan senyuman. ah, kamu....

Tuesday, August 24, 2010

I Am Feeling So Blue


kata orang hidup itu berputar, kadang di atas kadang di bawah. lalu hidup yang seperti belakangan ini saya alami apa namanya ya? saya sendiri tidak tahu. belakangan ini hanya sering sekai merasa begitu sedih, tak bersemangat, malas, menyesali begitu banyak hal. apa saya kurang bersyukur ya?

saya hampir dua bulan belakangan ini, lebih mungkin, selalu merasa lebih ingin sendiri. merenung, berfikir, menangis. saya hanya butuh waktu untuk menenangkan diri. saya hanya ingin sendiri, tapi ada yang menemani mengobrol, bercerita, ada yang ingin diajak berbagi.

saya kira saya tahu penyebab utamanya. pekerjaan saya yang sekarang ini. saya tidak pernah seperti ini sebelumnya. saya sendiri tidak mengerti kenapa. sudah hampir tiga bulan saya bekerja di tempat yang baru, selama itu pula saya (hampir) tidak pernah merasa nyaman, betah, kerasan. lingkungannya, orang-orangnya, aura di tempat kerja ini, saya tidak suka. mungkin karena saya tidak suka makanya terbeban.

karena ini blog saya, suka-suka saya kan mau menulis apa. jadi maaf kalau sepertinya di tulisan kali ini saya hanya mengeluarkan uneg-uneg saya saja.

saya bosan! saya ingin berhenti dari tempat ini. setiap pagi ketika harus berangkat kerja tidak ada semangat yang muncul, tidak ada rasa gairah pergi ke tempat kerja. sepanjang jalan lebih seringnya saya membayangkan hari iniakan seperti apa dengan orang-orang itu. ketika sampai di kantor saya langsung berpikir kenapa waktu masih lama sekali berakhir, saya tidak pernah mau berlama-lama tinggal di kantor kalau memang tidak terpaksa, biasanya jam lima kurang sepuluh menit saya sudah bersiap-siap untuk kabur.

pacar saya bilang saya harus sabar. dia bilang jangan melepaskan pekerjaan ini dulu sambil mencari-cari pekerjaan lain jika memang ingin keluar dari sini. tapi, saya sudah tidak tahan rasanya. saya sendiri tidak mengerti saya kenapa. tidak biasanya saya lemah begini.

pengalaman saya bekerja memang belum lama. totalnya pun baru hampir dua tahun. saya lulus kuliah di bulan agustus 2008 dan memulai pekerjaan pertama saya di bulan akhir tahun itu. tidak adil kalau saya bilang tempat ini begitu tidak enak untuk bekerja, karena jika ingin membandingkan tentu saya hanya bisa membandingkan dengan tempat lama saya bekerja. jelas berbeda.

hotel tempat saya pertama kali bekerja merupakan hotel besar, dengan ratusan karyawan. ketika saya pertama kali bekerja, hotel itu memang baru selesai di renovasi, bahkan tiga bulan pertama saya masuk hotel itu belum dibuka kembali untuk umum. Tapi sebelum renovasi hotel itu sudah berdiri megah, sudah jelas managementnya, bahkan hotel tersebut merupakan hotel bintang lima pertama di asia tenggara. di sana, suasana bekerja jelas berbeda dengan tempat yang sekarang. hampir setiap hari saya bertemu dengan orang-orang yang berbeda, dengan masalahnya masing-masing, ada tantangannya. menghadapi tamu yang tidak selalu bersikap ramah, yang senang mengamuk karena merasa sudah bayar mahal tapi service yang di dapat tidak memuaskan, sampai yang bersikap begitu baik hanya karena dipuji-puji sedikit, sudah pernah saya rasakan. jika sekarang saya berpikir ulang, alasan apa yang sebenarnya membuat saya ketika itu mengundurkan diri, jelas pasti bukan karena saya tidak betah, tapi ketika itu saya mencoba mencari pekerjaan baru dengan waktu kerja yang pasti, office hour, bukan bekerja shift seperti di hotel, yang kadang jam 6 pagi harus sudah tiba atau baru pulang jam 11 malam. dan juga management hotel yang rasanya saat itu yah, begitu-begitu saja, padahal hotel tetangga yang lebih baru buka setelah renovasi lagi bisa lebih menyedot tamu.

tempat yang baru ini, merupakan perusahaan marketing international, yang baru berkembang di jakarta sejak 3 tahun lalu. saya ingat, dulu ketika wawancara pertama kali di tempat ini, saya ragu sebetulnya. "masa iya sih perusahaan international seperti ini?" well, tapi ya maklum lah mungkin karena masih baru kali, pikir saya. perusahaan ini cuma memiliki karyawan kurang dari 30 orang. kantor yang ukurannya tidak besar, orang-orangnya tentu lebih individual. berbeda sekali! satu hal yang paling saya benci di sini, sebelumnya maaf bukan saya melebih-lebihkan tapi ini sekadar rasa jujur yang saya mau ungkapkan, beberapa orang di sini rasanya seperti tidak punya manner. saya muak mendengar orang berteriak-teriak untuk hal-hal yang ga perlu diteriaki. dulu, saat saya menerima telepon untuk wawancara kedua kali di tempat ini saya hampir tidak mau datang lagi, karena rasa ragu-ragu itu tadi, tapi toh akhirnya saya duduk mengetik tulisan ini dari dalam kantor ini juga.

kerja saya di sini tidak jelas, sungguh! saya gerah sendiri. apa yang dicantumkan di dalam kontrak yang saya tandatangani dulu saat menerima pekerjaan ini berbeda dengan kenyataanya. pada nyata nya apa yang harus saya lakukan adalah yah, apa saja yang disuruh deh. untung mereka tidak pernah menyuruh saya nyapu dan ngepel, karena saya memang bukan OB. ini bukan multitasking! selama saya bisa memang saya melakukan itu, tapi lama-lama kok semakin tidak jelas apa sih posisi saya di sini sebenarnya. saya, yang bukan lulusan ekonomi, yang tidak pernah tahu pasti bagaimana urusan accounting/finance, sekarang pun harus mengurusi petty cash, invoice, faktur pajak, dan hal-hal aneh lainnya. sudah sejak minggu lalu pula, saya diminta jadi "stimulant translator." waktu saya bilang kenapa saya yang disuruh, dua orang bilang karena si Bos Besar tidak mau bayar orang lagi untuk jadi "simultaneous translator" karena mahal. membayar translator seperti itu per jam nya bisa sampai Rp 300.000. sementara saya??? FREE, jelaslah.

saya tidak mempermasalahkan tentang bayaran itu. yang buat saya jadi sebal adalah karena jika menjadi "stimulant translator" saya harus siap-siap pulang malam, padahal tadi saya bilang kan, saya tidak mau berlama-lama berada di kantor. besok, adalah ketiga kalinya dalam dua minggu ini saya diminta lagi untuk melakukan ini, dan karena besok diskusi groupnya sampai malam, yah sudahlah saya mesti bersiap diri pulang jam 8 malam dari sini.

keluhan-keluhan saya di atas terdengar seperti orang tidak bersyukur ya? payah! sepertinya saya ini orang yang lemah dan tidak tough dalam menghadapi masalah. saya sendiri pun heran. saya tahu siapa diri saya dan saya katakan tidak biasanya saya seperti ini. saya bukan orang yang terlalu mudah menyesuaikan diri, tapi tidak pernah sebegini sulitnya juga. saya biasanya (berusaha) tidak mengeluh jika memang tidak betul-betul terasa parah untuk dikeluhkan. saya biasanya tidak gampang merasa ingin menyerah. ini cobaan kah? supaya saya bisa menjadi lebih kuat? bahwa supaya saya sadar bahwa dunia di luar tidak sebaik dan sesederhana yang saya harapkan?

saya juga tidak ingin begini. sungguh! perasaan seperti ini betul-betul tidak mengenakan, tidak nyaman, memalukan dan membuat saya depresi perlahan-lahan. tapi sungguh-sungguh pula saya sudah tidak tahan. dirundung perasaan sedih, malas, jenuh, sesak setiap hari.

saya ingin berlari ke padang luas dan berteriak-teriak sendiri. di Jakarta, mana ada padang luas begitu?! saya menahan sesak sendiri, merasai sedih sendiri tapi tidak bisa menangis. mungkin sebenarnya saya punya masalah lain yang saya tidak bisa kira-kira apa, entahlah. saya hanya benci seperti ini.

saya sempat berpikir apa sebaiknya memang saya berhenti saja dulu. menenangkan perasaan saya, merasa nyaman lagi dulu sambil mencari kerja baru. saya yang akhir-akhir ini lebih bersikap malas-malasan malah jadi tidak fokus dengan pekerjaan saya di kantor. selalu hanya ingin cepat pulang, ingin selalu cepat-cepat weekend datang.

saya, yang sedang merasa entah apa namanya ini, hanya ingin cerita sendiri. jangan protes tentang tulisan ini!

Friday, August 20, 2010

Ombak dan Perahu Kertas

aku titipkan duka pada laut
biar ia mengambang, timbul tenggelam
kamu adalah ombak
nanti datang nanti menghilang

aku perahu kertas
berlayar tanpa arah
mengikutimu saja
kadang karam kadang menerjang

bawa aku dengan arusmu
yang kencang dan tajam
sampaikan aku pada daratan
biar nanti di sana kutinggalkan
semua luka-luka
mengering
terlupakan

Marah Tanda Sayang

: Dear Anda

Saya mau marah-marah di blog saya sendiri, jadi kamu juga tidak berhak marah ya. Karena saya tadinya mau marah-marah di comment tulisan kamu di blog
kamu tentunya, tapi karena saat baca tulisan itu hanya lewat Blackberry, saya malas. Kemudian waktu saya menuliskan pesan begitu panjang di wall di Facebook ternyata tidak bisa di posting juga lewat Blackberry. Payah! Tuhan memang tidak mengizinkan saya marah-marah sama kamu, seperti kamu bilang juga tadi pagi di Facebook. Tapi setelah membaca tulisan kamu itu, jujur saya tidak bisa untuk tidak jadi emosi. Ada perasaan miris, sedih, juga marah. Iya, marah sama kamu, Anda! Kenapa bisa sebodoh itu.
Semalam saya cuma baca tulisan Iboy di Facebook Anda, Iboy bilang "tons of hugs for you, van harte beterschap, nda*!" Saya cuma ikut-ikutan berkomentar pada tulisan Iboy itu. Saya bertanya, "Anda, kamu sakit apa?" Setelah itu sampai saya tertidur saya tidak membuka Facebook lagi. Pagi ini saat sahur, walaupun saya sedang tidak puasa sebenarnya, saat pertama membuka mata yang saya lihat adalah Blacberry saya. Ada
beberapa notifikasi dari Facebook, YM dan email, yang saya buka pertama adalah email. Dan itu email dari blog kamu. Saya baca tulisan itu. Kaget, sedih, miris, ketawa, marah. You know, nda, i will give my finger (you know which finger) to those asshole! Tapi kamu juga sih, kamu juga cari perkara.

Saya kaget waktu baca cerita itu. Kaget karena kamu ternyata dijambret, dirampok kalau kata kamu di blogmu. Ya, terserah apa namanya itu, tapi saya b
etul-betul kaget. Karena kamu ternyata sakit disebabkan itu, kepala kamu yang katanya terbentur jalanan, terus badan kamu yang terseret di aspal karena tarik-tarikan tas dengan orang yang menjambret kamu dari atas motor itu. Saya, kemarin kalau tidak salah, membaca status YM kamu, "phisically and mentally traumated!" (kalau tidak salah begitu, kan?), tapi saya tidak bertanya karena saya kira mungkin lagi-lagi cuma karena masalah cinta-cintaan saja.

Saya tetap mau marah-marah pokoknya dalam tulisan ini, sekali lagi karena ini blog saya. Sebenarnya saya sudah kirim BBM kan tadi subuh, marah-
marah sekaligus prihatin. Ini tulisan saya sebenarnya yang mau saya tulis untuk kamu di Facebook tadi pagi.

"Andaaaaa....!!! I just read your blog! Mungke gile, bangun sahur blog lo duluan yang gwbaca. Udah terima BBM gw kan? Anda Suranda, gw rasanya pengen ikutan nangis juga pengen marah-marah. Duuuuuhhhhhh... Andaaaa... makanya next time lebih ati-ati. Ga usah pegang-pegang BB di tengah jalan cuma buat mengusir sepi atau takut or what
ever lah... Kalo takut setan tinggal ngibrit aja, daripada jadi begini kaaannn???!! I didn't mean to blame you, darling... Tapi, ya Allah... speechless gw (speechless tapi kok tulisannya banyak buanget yaa, hehe!). Terus tuh, nda, bajuuu looo!!! Duh, walaupun judulnya Kemang tapi bukan Legian Bali. Inget, Latete grande mengundang decak kagum. Lho?! Hehe.. Baju begono, cuma celana pendek sama kaos lengan buntung, malem-malem sendirian, pegang BB. Menurut loooo??? Siapa yang ga jadi "napsu" kalo begitu. Anda Suranda, maafkan daku ngomel-ngomel di wall lo, tapi gw emang sedih campur emosi jiwa baca tulisan loo!! Gw lebih bersyukur kalo lo ketemu hantu, pocong atau Kunti kek di deket rumah kosong itu daripada dua orang yang akhirnya menjambret dirimu. Duh, neng Serang.. Cepet sembuh yaa... I loph u pull!!

PS: Betul, jangan kasih tau si Mamah-mu, nanti bisa "goodbye Jakarta" beneran. En, sumpah, lagi terharu-terharunya baca tulisan lo, gw jadi ngakak sendiri pas baca komentar si Papah lo itu. Aduh, papah, capee deh! hehe...."

Anda, jujur gw kawatir banget cuma dengan membayangkan kondisi lo saat itu. Duh, nda, maaf ya kalau ditulisan ini gw masih terus marah-marah. Gw marah-marah karena gw betulan khawatir dan cemas sendiri. Seperti yang gw bilang di BBM, lain kali jangan buka-buka telepon kalau lagi di jalan apalagi pakai baju begitu. Sadar diri, woi! Badan lo yang semok aduhai kaya bedug, yang depan belakang maju itu, pasti menarik perhati
an orang. Anda, coba lo bayangin kalau (seperti yang lo tulis sendiri di blog) orang itu ternyata bawa pisau atau senjata tajam lainnya. Masih untung sekarang cuma memar-memar, coba bayangin bagaimana kalau sampai lo ditusuk, berdarah-darah, diculik terus diperkosa *lebay*. Duh, nda... ga habis pikir deh! Kejahatan bisa terjadi karena ada kesempatan, kata Bang Napi. Jadi, waspadalah... waspadalah... Hahaha!

Cepat balik lagi ya ke Jakarta, jangan trauma. Sekarang "ng
umpet" aja dulu di rumah tercinta bersama keluarga lo itu, di kota Serang yang bertaqwa. Tapi nanti saat balik ke sini, ingat, ini Jakarta, bukan kota yang bertaqwa seperti Serang. Kebanyakan orang bejat yang tinggal, jadi harus lebih hati-hati. Ingat, sudah berapa kali lo kehilangan handphone di bus?!

Anda, marah-marah gw ini karena gw sayang sama lo, seperti sayang ke teman-teman yang lain. Mungkin gw teman lo yang paling cerewet, senang marah-
marah dan ngamuk-ngamuk dalam hal apa pun. Tapi semoga omelan gw ini bisa terus terngiang di kuping lo setiap lo mau buka BB, handphone atau laptop di dalam bus atau di jalanan.

Van harte beterschap*, perempuan Serang!


* Semoga lekas sembuh.


Thursday, August 19, 2010

Onze Liedje

Veel te vaak gezworven
in het holst van de nacht
Mezelf te vaak bedrogen
te veel afgewacht
Maar genoeg is genoeg
Dit wil ik niet meer
Dit wordt voor ons de ommekeer

Overal gekeken en overal gezocht
Alles vergeleken en alles terug verkocht
Maar genoeg is genoeg
Dit wil ik niet meer
Dit wordt voor ons de ommekeer

We gaan dansen in de zon
Baden in het licht
Ja we omarmen het leven met de lach op ons gezicht
We komen samen in hetzelfde verhaal
En genieten van het leven
Allemaal

Eindelijk de wereld waarvan ik heb gedroomd
Eindelijk die eindeloze strijd die wordt beloond
En ik zie het nu weer
Alles komt goed
We gaan een gouden tijd tegemoet

We gaan dansen in de zon
Baden in het licht
Ja we omarmen het leven met de lach op ons gezicht
We komen samen in hetzelfde verhaal
En genieten van het leven
Allemaal

Dit is de dag, dit is het moment
Waar iedereen zich in herkent
Dit is het vuur dat in ons brandt

We gaan dansen in de zon
Baden in het licht
Ja we omarmen het leven
We gaan dansen in de zon
Baden in het licht
Ja we omarmen het leven met de lach op ons gezicht
We komen samen in hetzelfde verhaal
En genieten van het leven

Allemaal!


Voor mijn geliefde vrienden, herineert je dit liedje nog? Dit is onze liedje. Elke keer dat ik hoor dit liedje, herineer ik jullie altijd. Ik wil alleen maar zeggen dat ik erg van jullie hou.



"Voor Altijd Samen!"


Wednesday, August 18, 2010

The Admire


Siang ini, waktu saya sedang di kantor tiba-tiba masuk sebuah email di Yahoo saya. Email itu cuma notifikasi dari Facebook. Biasanya saya langsung hapus kalau cuma dari Facebook saja. Cuma ini ada seseorang yang mengirim message kepada saya melalui Facebook. Dari namanya yang muncul bukan seseorang yang saya kenal, jadi saya baca dulu notifikasi dari Facebook itu di email saya.

Saya jadi tertawa sendiri habis membaca email itu. Ternyata saya kenal si pengirim pesan itu. Kalau saya boleh GR sendiri saya akan bilang yang mengirim adalah pengangum saya masa SMP dulu. Hahaha! Saya tidak mengira orang ini muncul lagi sekarang.

Laki-laki ini, saya tidak pernah kenal dulu sebelumnya walaupun kami sama-sama satu sekolah dan satu angkatan. Kelas kami hanya terpisah satu ruang kelas saja. Dia bukanlah golongan anak-anak gaul yang tanpa kenalan dulu saya pasti tahu siapa namanya dan kelas berapa. Saya tahu dia waktu sudah kelas tiga.

Saya jadi ingat hari itu. Teman saya Indah saat pulang sekolah mengatakan ada teman sekelasnya yang naksir saya dan minta kenalan tapi malu katanya. Payah, pikir saya dulu. Saya yang tidak tahu wujudnya seperti apa, tentu bertanya yang mana orangnya. Waktu sudah tau rupanya seperti apa laki-laki yang katanya naksir saya ini, dulu lho, saya cuma bisa senyum-senyum sendiri tapi agak-agak il-feel. Gimana saya gak mau il-feel, lha yang naksir pemalu banget, jelas saja dulu saya tidak pernah kenal dia. Saya malah baru tahu ada orang ini dalam angkatan saya. Sumpah! Saya selama tiga tahun tidak pernah lihat wujudnya sama sekali. Kalau bukan si Indah yang cerita, mungkin sampai mati kali saya tidak pernah tahu kalau laki-laki ini pernah ada di dunia. Haha! Saya ingat cuma bilang sama Indah, "kalau mau kenalan, ya samperin aja."

Singkat ceritanya, setelah hari itu Indah memberi tahu saya bahwa si laki-laki ini naksir dan minta kenalan, saya beberapa kali pernah mergokin dia sedang memperhatikan saya ketika lewat di depan kelasnya atau kalau saya sedang berdiri di depan koridor kelas sambil lihat anak-anak laki main bola di lapangan bawah, dia cuma bisa berdiri mematung melihat saya dari jauh. Kalau saya tiba-tiba menengok ke arahnya, dia langsung buang muka dan menunduk. Duh, saya jadi geli sendiri membayangkan itu. Saya ingat tanggal itu, 13 Februari 2001. Indah menghampiri saya waktu jam istirahat, dia bilang besok pulang sekolah si laki-laki itu mau kenalan, menghampiri saya maksudnya, dan dia minta Indah beritahu saya supaya jangan pulang dulu.

Konyol ya?! Kalau jaman sekarang ada laki-laki semacam ini lagi yang ngaku naksir saya tapi gak berani menghampiri bahkan untuk kenalan saja, yang ada saya duluan deh yang nyamperin. Haha!

Esok harinya, 14 Agustus 2001 - Valentine Day. Pulang sekolah, Indah buru-buru menghampiri saya di kelas, sebelum saya keburu pulang duluan. Dia mengingatkan lagi hari ini temannya itu mau kenalan. Duh, mau kenalan aja kok ribet banget. Saya juga sampai sekarang tidak tahu Indah dibayar berapa buat jadi Mak Comblang. Tidak berhasil juga lagi. Hehe!

Saya bukan tipe perempuan yang mau-mauan nungguin laki-laki macam begitu, cuma karena alasan dia naksir saya. Mau kenalan ya menghampiri, kalau tidak berani ya bukan urusan saya mau pulang atau mau kemana dulu. Indah ngotot saya harus menunggu katanya. Peduli setan! Saya ingat hari itu saya langsung pulang saja, menunggu di tempat biasa saya naik bis. Indah akhirnya juga ikutan pulang bareng saya, tanpa menunggu temannya itu dulu. Saat saya lagi menunggu bis yang belum juga datang, tiba-tiba laki-laki itu muncul. Saya cuma ngeliatin tanpa bicara apa-apa. Saya ingat betapa dia salah tingkahnya. Terus dia cuma bilang, "Meida ya? Gw, Jiyi. Ini buat lo. Selamat hari Valentine ya." Satu bar cokelat Silver Queen dan boneka yang jujur saya lupa apa wujudnya. Setelah memberikan hadiah itu terus dia pamit pulang. Hahahahahahhahaha.... (Saya betul-betul ketawa sendiri waktu menulis cerita ini, konyol banget rasanya).

Saya lupa kelanjutan tentang laki-laki itu. Yang saya masih ingat tentang hari itu cuma setelah di dalam bis menuju pulang saya bilang ke Indah, "Nih ah, bonekanya buat lo aja." So, sampai sekarang saya tidak pernah tahu nasib itu boneka bagaimana. Hehe!

Kembali pada email yang tadi siang saya terima, ini saya sertakan bunyi pesannya;

"Subject: aku tmn kmu wktu SMP 29 Mestik

Kmu alumni SMP 29 bukan, klo bener ingat ga ma aku wktu masih smp aku pernah kasih km boneka shinchan + coklat valentine saat pulang skolah didepan kantor polisi mestik, btw km punya saudari kembar mentari meina kan? aku add fb km ko ga bisa ya? km add aku dong nti aq konfirm"



PS: Maaf ya, kok jadi saya yang terkesan disuruh-suruh "nyari" kamu. Kalau mau temenan sama saya di FB ya add donk, kalau gak bisa, ya usaha. Saya gak temenan sama kamu juga gak rugi kok, Hehe!


-Aku yang lagi berlagak sombong-

Jatuh Cinta Pada yang Sempat Terlupa


Saya sedang jatuh cinta lagi. Iya, jatuh cinta lagi pada lagu-lagu ini. Lagu-lagu yang sempat saya lupa. Lupa senandung musiknya yang bagaimana, betul-betul lupa. Tapi memang benar jodoh tidak kemana. Minggu lalu, saya tiba-tiba teringat CD lagu itu. CD itu saya temukan dengan susah payah di dalam laci.

Laci itu tempat dulu saya menyimpan buku-buku dan segala kertas bahan kuliah. Laci yang sudah berantakan tak terkira itu penuh rongsok rasanya. Buku-buku atau sekadar fotokopian bahan kuliah dulu memang tidak pernah saya buang, yang tersimpan di sana adalah semua buku dan kertas-kertas pada semester akhir yang sampai sekarang -sudah hampir dua tahun- belum saya rapihkan. Semuanya bertumpuk dengan kertas-kertas brochure travel, laporan rekening tabungan, map-map kertas tak terpakai. Saya yakin CD itu tersimpan di dalamnya. Akhirnya CD itu ketemu setelah 15 menit saya ubek-ubek laci sepetak itu.

Becoming Dew.

CD itu sudah lama rasanya tidak pernah di dengar lagi. Memang, lagu di album "Gadis Kecil" -nya Dua Ibu lebih sering saya dengarkan dibandingkan "Becoming Dew" milik ari-reda. Lagu-lagu di album "Gadis Kecil" saya hafal luar kepala lirik puisi dan senandung musiknya bagaimana. Tapi "Becoming Dew" terasa seperti anak tiri bagi saya, hehe! Sejak dibeli rasanya baru hitungan jari tangan saya mendengar CD itu.

Karena saya tidak ingin dianggap ibu tiri yang jahat, saya memutuskan untuk mendengarkan album itu lebih sering. Akhirnya lagu-lagu dalam format CD itu saya ubah dalam bentuk MP3 dan saya masukan ke dalam album musik pada telepon genggam saya. Padahal lagu-lagu di album "Gadis Kecil" sudah lama tersimpan di dalam telepon genggam saya sejak kuliah dulu. Tidak adil ya?!

Hari ini dan kemarin dan kemarin lusa, seharian dan berkali-kali saya mendengarkan ulang semua lagu-lagu dalam "Becoming Dew" itu dan mendadak saya seperti jatuh cinta lagi. Jatuh cinta pada ingatan masa lalu. Pagi ini dalam perjalanan ke kantor album itu genap 4 kali diputar habis. Setiap mendengarkan musikalisasi puisi itu, entah kenapa saya jadi teringat film-film tahun 70-80-an yang. Lagu-lagu dalam film seperti itu musiknya hampir-hampir serupa. Suara yang lirih dan musik yang mendayu-dayu.

Kalau di album "Gadis Kecil" yang menjadi favorite saya adalah "Dalam Bis," "Ketika Jari-jari Bunga Terbuka" dan "Buat Ning." Namun di album ini saya jadi jatuh cinta pada "Pada Suatu Pagi Hari," "Sonnet X" (dalam album ini dinyanyikan versi bahasa inggrisnya) dan "Metamofosis."

Saya betul-betul sedang jatuh cinta sekarang dan tak mau berhenti-berhenti mendengarkan album ini, anak tiri yang sempat terlupa. Saya mendengarkan albumnya saat perjalanan ke kantor, perjalanan pulang kantor, saat mau tidur, sehabis sahur, dan ketika sedang bengong-bengong saja.



Sonnet X

who scratches in the blue sky
who tears at the passing clouds
who crystallizes in the spreading fog
who fades in the dying flower
who dissolves in the purple twilight
who breathes in each second of time
who rushes past each time i open the door
who melts beneath my gaze
who speaks in space of my words
who sorrows in the shadows of my silence
who comes hunting to meet me
who suddenly tears away my veil
who explodes within me
who am i


Pada Suatu Pagi Hari

Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambil berjalan tunduk sepanjang lorong itu. Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik dan lorong sepi agar ia bisa berjalan sendiri saja sambil menangis dan tak ada orang bertanya kenapa.

Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk memecahkan cermin membakar tempat tidur. Ia hanya ingin menangis lirih saja sambil berjalan sendiri dalam hujan rintik-rintik di lorong sepi pada suatu pagi.



Metamorfosis


ada yang sedang menanggalkan
kata-kata yang satu demi satu
mendudukkanmu di depan cermin
dan membuatmu bertanya

tubuh siapakah gerangan
yang kukenakan ini
ada yang sedang diam-diam
menulis riwayat hidupmu
menimbang-nimbang hari lahirmu
mereka-reka sebab-sebab kematianmu

ada yang sedang diam-diam
berubah menjadi dirimu



Puisi karya Sapardi Djoko Damono.

Karma

Jika sekarang yang terasa adalah tak bahagia
Wajarkah aku ingin berlari pada masa lalu yang mampu membuat tertawa

Namun dulu
mengapa aku tak pernah sungguh-sungguh
Membacamu lebih banyak
Mendengarmu lebih sering
Memahami dan mengertimu lebih jauh

Jangan katakan!

"Jika sekarang yang terasa adalah tak bahagia
Wajar bukan? Sebab kau tak pernah sungguh-sungguh. Mencintaiku," katamu.

Tuesday, August 17, 2010

Langkah Pertama

Aku ingin menemuimu, di suatu sore menjelang senja. Kita duduk, berhadapan, mencium aroma teh hangat di depan kita. Berpandangan. Diam tanpa kata. Kita bertemu sore itu, lagu-lagu sendu masa lalu mengiang di telinga kita. Lagu-lagu tentang cinta.

Aku menatapmu lekat-lekat. Matamu, kegelapan itu, dalam tapi ada kehangatan. Lidahku rasanya kelu, getaram itu di dadaku, cemas tapi ada bahagia.

"Akhirnya ya."

"Ya!" kataku sambil mengangguk mantap.

"Apa kabar?"

"Aku baik. Kamu?"

"Selalu baik saat denganmu."

Ya Tuhan, laki-laki ini, selalu membuatku serba salah. Dalam hati saja Mei bergumam. Ada debaran yang terasa semakin cepat. Seperti ada mahluk di dalam dadanya yang memberontak inginn keluar. Tapi bersamaan ia juga merasakan nyaman yang ia rindukan. Ia menyeruput teh hangat di depannya, berharap itu bisa meredakan sedikit debaran yang ia rasakan. Ia menunduk, merasakan pipinya memerah. Lelaki itu masih memandanginya, tersenyum simpul, ikut meminum tehnya tanpa memalingkan tatapannya dari wajahnya.

"Berapa lama kamu akan berada di sini?" Tanya lelaki itu.

"Aku belum tahu. Mungkin hanya beberapa hari, mungkin seminggu, atau mungkin lebih dari itu."

"Kamu akan tinggal di mana jika lebih dari seminggu di sini?"

"Tak perlu risau, aku sudah mengaturnya. Ada teman lama yang menawarkan tempatnya selama aku tinggal di sini."

"Pekerjaanmu di Jakarta?"

"Aku mengambil cuti."

"Berapa lama? Apa sesuka hatimu kah tempat kerjamu bisa memberikan izin cuti?" Lelaki itu tertawa pendek.

Ia menatap wajah lelaki itu, "Memang sesuka-suka hatiku saja. Aku kan owner-nya."

"Hahaha...."

"Kenapa tertawa?"

"Ini yang selalu aku rindukan saat berbicara denganmu, candamu yang selalu ceplas ceplos, lepas begitu saja. Membuat aku tidak stres berbicara denganmu."

Ia ikut tertawa. Mereka tertawa bersama. Sudah lama rasanya Mei tidak bahagia seperti sore ini. Ia merindukan tatapannya. Tatapan yang menghangatkan hatinya, yang selalu jadi tempat nyaman baginya untuk bercerita.


"Sungguh pekerjaanmu tidak apa-apa ditinggalkan?"

"Sudahlah, jangan tanyakan tentang itu. Pekerjaanku di Jakarta akan baik-baik saja. Aku hanya butuh beberapa waktu untuk menenangkan pikiranku, menghilangkan bosan dari rutinitasku di Jakarta."

"Baiklah. Kamu mau jalan-jalan?"

"Kemana saja. Aku pasti ikut."



BERSAMBUNG...

Monday, August 16, 2010

There's Crowd, That's Us

Belakangan ini, sudah hampir sebulan rasanya hanya penuh duka dan rasa sesak. Masalah yang begini dan begitu melulu. Tapi hari Sabtu lalu, semua mendadak hilang. Tak ada beban, tak ada derita, tak ada sesak. Ini mungkin yang bisa dibilang cinta membuat bahagia.
Ya, cinta! Cinta teman-temanku semua, Belanda UI 2004. Cinta itu yang membawa kebahagiaan. Sabtu lalu bertempat di Park Royal Apartment, Sudirman, hampir separuh hari itu dihabiskan dengan mereka. Kinan, sungguh engkau berbaik hati merelakan apartment-mu diporak porandakan kami. Haha! Acara ini sebenarnya arisan keempat kami yang memang biasa diselenggarakan setiap dua bulan sekali, tapi karena bertepatan dengan bulan ramadhan, jadilah acara ini sebagai arisan sekaligus buka puasa bersama dan juga Farewell Dain. Dain alias Dahlia Isnaini, salah satu teman kami yang pada tanggal 18 Agustus nanti akan bertolak ke Leiden, Belanda untuk melanjutkan studi S2-nya.
Acara kumpul-kumpul sudah mulai sejak dari jam 3 sore, menjelang magrib dimulai Kultum dari Jajang, yang sepertinya lebih ketawa dibandingkan merenungnya. "Jang... Jang... kaya gak tau temen-temen lo aja, hehe!" Acara lanjut dengan makan-makan, foto-foto, games dan baru selesai hampir jam 10 malam, berakhir dengan sukses menceburkan Dain ke swimming pool.

Bersama mereka, selalu rasa ini yang muncul. Bahagia tak terkira! Teman-teman saya yang satu ini berbeda dengan yang lainnya. Mereka segerombolan orang gila, sekaligus autis dan narsis. Semuanya punya penyakit ketawa akut yang tidak bisa berhenti kalau bukan sedang makan dan tidur. Sebagian pula urat malunya sudah putus total. Dengan segala penyakit itulah saya mencintai mereka sepenuhnya!

Dimana ada kami mesti ada keributan yang tercipta. Segerombolan anak yang lebih sering mewujud tak dewasanya, jika sedang bersama-sama. Berisik, heboh, ramai, itu mungkin kata-kata yang tepat untuk menggambarkannya. Sejak dulu, penyakit ini tak kunjung sembuh. Kami yang senang membuat gaduh di kelas. Saya jadi teringat peristiwa dulu, saat kami semester satu, anak-anak baru yang mampu membuat satu-satunya dosen paling gaul, paling asik, paling baik dan dekat dengan mahasiswa, Mba Lina, bisa marah sampai keluar kelas dan tak mau mengajar.

Kami dulu terpisah dalam 3 kelas, kelas A lah sumber biang kerok yang utama! Saya juga dulu di kelas A, kelas yang isinya cuma 15 orang tapi berisiknya seperti 150 orang. Karena keberisikan kami yang terdengar sampai ke kuping-kuping dosen jurusan akhirnya di semester 2 kami diacak lagi, agar biang-biang kerok itu tidak berkumpul. Tapi saya kira itu keputusan yang sungguh tidak tepat. Para biang kerok yang akhirnya menyebar itu justru menanamkan ilmunya kepada anak-anak lain yang berasal dari kelas B dan C sebelumnya. Sempurna! Jadi lah kami ini 3 kelas anak-anak Sastra Belanda 2004 yang super duper berisik. Haha!Hampir enam tahun belakangan ini mereka ada dalam kehidupan saya, mewarnai hari-hari saya, meskipun sekarang tak selalu hampir setiap hari bersama. Mereka membawa kesenangan, tawa dan ceria. Terkadang membuat kesal dan amarah. tapi itu kan yang disebut cinta.

Entah sihir apa yang bekerja saat bersama mereka, tapi bahagia itu selalu datang luar biasa. Ada kebersamaan, rasa memiliki dan keterikatan yang dalam. Rasa yang ada sejak di masa kuliah dulu - masa kejayaan kami. Mereka adalah hadiah tak terkira dari Tuhan untuk hidup saya. Dalam duka dan tangis, selalu ada saja dari mereka yang rela pasang kuping mendengar segala curhatan saya. Ada selalu dari mereka yang senang mendengar dan berbagi cerita-cerita, tertawa dan berandai-andai bersama. Selalu ada dari mereka yang "menghina-hina" dengan rasa sayangnya. Selalu ada dari mereka yang protes dengan sikap saya yang cerewat dan senang marah-marah. Selalu ada dari mereka yang rela dibagi bahagia dan duka bersama. Selalu ada yang mendukung dan memberi motivasi dalam keadaan terpuruk sekali pun. Mereka adalah tangan dan bahu, yang siap menggenggam dan memberikan sandaran.

Tak ada alasan untuk berhenti mencintai kalian!


"Bukber + 4th arisan 2010"

"Tangga auditorium Gedung IX, tempat nongkrok favorite sebelum masuk kelas dan setelah kelas usai."

"Selepas Gladi Resik @ Balairung UI, 2008"



"Wisuda di FIB"
"Karaoke di Plaza Semanggi"


"Di OenPao Kemang"
"Buka Puasa Bersama 2009"

Isyarat

Kamu selalu mampu membaca aku,
terlalu sering kah aku memberi isyarat itu?

Friday, August 13, 2010

suatu hari entah dimana, nanti akan kutemukan

suatu hari aku akan melangkah tanpa gelisah
tersenyum, menikmati sapuan angin di wajah
tanpa resah, tanpa amarah

entah dimana, nanti
akan kutitipkan sedikit bahagia yang tersisa
biar rindu yang merawatnya
dengan matahari dan hujan menjadi pengasuhnya
ia akan tumbuh dari serpihan
menjelma beringin yang besar dan teduh

akan menjadi rumah
dimana aku bisa tidur tenang
tanpa mimpi buruk dan keringat dingin
entah dimana
namun akan menjadi pelindung

suatu hari entah dimana
nanti akan kutemukan bahagia
yang dulu kutitipkan
agar tumbuh bersama matahari dan hujan
entah dimana
suatu hari nanti

Menjelang Petang di Jalanan Margonda

hujan mengiringi langkahku kembali
margonda
menjelang petang

masih kucium bau yang sama
seperti beberapa tahun lalu
namun tubuhmu berbeda

bahu-bahumu kini lebar
tanpa helai-helai daun gugur di trotoar
aku hampir hampir lupa wajahmu
sudah hampir dua tahun kan
kita tidak berjumpa

07.08.10

Kamu Kenapa

kamu
kenapa?
mendadak dingin, mendadak gigil
tak seperti biasa

kamu
kenapa?
tak lagi mesra, tak lagi manja
tak terasa

kamu
kenapa?
mendadak angkuh, mendadak diam
tak lagi menyapa

kamu
kenapa?
tak lagi hangat, tak lagi bersahabat
jahat

kamu...
kenapa berubah?

Angkasa Tak Terbatas



merindumu adalah angkasa, yang tak terbatas
kadang gelap, kadang terang
aku sabit yang malu-malu bercahaya

kamu, langitku
dengan awan dan kejora
di negeri atas sana kita bercinta
aku, mataharimu

jangan cemburu, jangan cemburu
nanti kamu menjelma badai
menerjang, menggelegar, berpusing
aku angin, energimu
setia bersamamu

Thursday, August 12, 2010

Daddy's Little Girl


Teringat masa kecilku, kau peluk dan kau manja. Indahnya saat itu, buatku melambung. Disisimu terngiang, hangat nafas segar harum tubuhmu. Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu.


Papa, mungkin eda bukan selalu jadi anak baik-baik yang seperti papa harapkan. Tidak lagi bisa menjadi seperti yang papa mau. Tapi, apa pun dan bagaimana pun papa harus yakin bahwa eda tetap sayang papa. Pertengkaran kita malam itu, maafkan eda ya, pa! Sekarang kita sama-sama tahu tidak bisa lagi kita seperti dulu, karena ada banyak pedih yang tumbuh.

Dulu, kita tidak begini. Tidak renggang meski serumah. Kita dulu kompak. Tapi kini, eda sudah bukan lagi gadis kecil yang seperti dulu yang bisa duduk tenang di rumah hanya karena membaca buku atau main boneka. Ada waktu yang terbuang sekarang, ada kesibukan yang tak bisa ditawar. Karena itu, jangan anggap eda tidak lagi peduli.

Ada kenangan yang walaupun sekarang buram tapi tak mungkin hilang dari ingatan. Ada yang akan terus kita kenang, pa, walau mungkin itu menyakitkan. Papa, masih akan ada hal-hal yang tak mungkin eda lupa.

Papa yang mengajari gadis nya untuk selalu memanjangkan kuku, agar jika ada lelaki jahil bisa langsung kucakar wajahnya dan berlari kencang-kencang kerumah. Kukuku masih panjang, bercat warna-warni pula, gadismu sudah genit sekarang. Tidak sadarkah?

Papa yang dari dulu selalu keras dalam memberi pendidikan, yang tidak boleh bolos sekolah cuma karena sakit demam dan batuk-batuk atau pun nikahan keluarga. Eda masih ingat malam-malam dulu, hapalan perkalian kita setiap malam. Dilarang tidur kalau belum hafal lancar perkalian 1-9, kadang sampai menangis sendiri di dalam kamar dan ketiduran.

Papa juga, yang mengajari membaca sejak kecil, yang selalu setiap bulan membawa kami ke toko buku dan membelikan buku-buku, melanggani majalah-majalah sampai SMP. Papa yang selalu marah-marah kalau anaknya membaca sambil tiduran, karena takut nanti pakai kacamata.

Kita yang dari dulu tak bosan-bosan menonton Sister Act, Jumanji dan Home Alone 2.

Papa yang lebih pintar memasak daripada mama. Sayur sawi asin dan sup kacang merah, makanan favorite keluarga kita dari dulu. Papa kokinya.

Itu pasti sampai mati tak akan dilupa, pa. Kami tidak pernah tidak peduli papa. Jangan terlalu sensitif lagi, jangan marah terus-menerus. Karena Eda tidak mau melawan papa. Love u, papa!



Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya. Ku terus berjanji tak kan khianati pintanya.
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu. Kan ku buktikan ku mampu penuh maumu

Wednesday, August 11, 2010

Love You, Girls


: Dita & Angel


Memiliki kalian adalah hal yang terindah yang aku rasakan.





Kita, sekarang sudah tidak bisa sama lagi seperti dulu. Ada ruang yang membuat kita jauh. Ada waktu yang membuat cerita-cerita kita menjadi bisu dan kalian tahu kan, basi rasanya. Ada jarak yang memisahkan, walau kita sama-sama tahu kantor kita sekarang hanya berjarak beberapa menit saja.

Kita sekarang sudah tidak lagi bisa berjam-jam saling menelpon hanya untuk membicarakan lelaki yang kita taksir, si kakak kelas yang jago basket itu. Atau si teman sekelas kita. Teman? Hmmm... teman ya? Kita kan sama-sama yakin, mungkin dia tidak pernah tahu nama kita dari jaman sekelas dulu. Haha! Ya, si anak pengusaha terkaya nomor empat di Indonesia waktu itu. Topik pembicaraan favorite Angel dulu kan.

Kita sekarang tidak lagi berbagi kisah pribadi. Kita tidak lagi pergi ke Blok M Plaza hanya untuk foto box dan minum Quickly sambil hahahihi. Kita, sekarang hanya kadang-kadang. Kadang-kadang menyapa. Kadang-kadang bercerita. Tapi kita tahu kita masing-masing tetap memiliki.

Sudah 8 tahun sejak kita di bangku SMA. Dulu kita berlima. Aku, Dita, Angel, Tita dan Medya. Kini hanya kita yang tersisa erat dalam ke-kadang-kadang-an itu. Kalian tahu, Tita, sudah berbeda sejak di kelas 3 SMA. Tapi tha, jika kamu baca, kami tetap menyayangi kamu dengan segala apa pun. Walaupun ketika kamu "pergi" dulu kami tak henti-hentinya membicarakan kamu. Kamu yang berubah.

Medya, si Memed o'on itu. Hehe! Dia, yang selalu jadi bulan-bulanan ejekan kita. Karena tingkahnya, karena kebodohannya, karena cara bicaranya, karena ekspresi mukanya. Terutama karena bodohnya dia mau saja pacaran sama adik kelas kita yang tukang morotin duitnya. Dengan segala kebodohanmu itu kita tetap sayang kamu. Cepat selesaikan kuliah, nanti keburu tua di kampus.

Kita yang kadang-kadang inilah yang tersisa. Kita masih kadang-kadang berjumpa, membuat janji yang lebih sering dibatalkan daripada jumpanya. Kita kadang-kadang masih membuat conference di YM bertiga. Tapi, ya begitulah, hanya kadang-kadang.

Aku tetap mencintai dan selalu merindui kalian semua. Percayalah!

Dita, kapan ya kita terakhir kali bercerita? Kamu yang paling tahu kisahku. Dari pacar pertama sampai yang sekarang. Tangis dan tawaku sudah kamu rasa semua. Maaf ya ta, janji pertemuan kita beberapa minggu lalu belum juga terwujud.

Angel, mengingat terakhir kali pembicaraan kita di YM. Baru kali ini rasanya aku sadar kamu hampir selalu bilang "keep in touch ya, mei." Pasti, ngel! Tidak perlu khawatir. Kita terakhir kali kan berencana liburan ke Bali bareng-bareng lagi, tapi kamu cuma sibuk mikirin bagaimana minta cutinya. Liburan ramai-ramai kita sudah hampir tujuh tahun lalu kan. Aku juga rindu itu, ngel.


Memiliki kalian, yang dulu berlima, atau pun kita bertiga yang sekarang hanya kadang-kadang saja, tetap menjadi hal yang membahagiakan. Terima kasih ya semua, telah mendengarkan aku selama ini. Telah merelakan diri berbagi dan memasang telinga selalu.



Dita dan Angel, kita bertiga yang meski hanya kadang-kadang, tetap bertahan ya!

Payung

Tidak lagi kupilih warna
Tidak lagi kulihat harga

Hujan turun sudah terlalu deras, sayang

Tuesday, August 10, 2010

Terkutuklah, kamu!

:Kun

Kamu tahu rasanya tidak bahagia? Menderita sepanjang sisa hidupmu, merasa sia-sia, upaya apa pun yang kamu lakukan tidak akan ada gunanya. Kamu harusnya tahu bagaimana rasanya tidak pernah menjadi bahagia lagi. Karena kamu yang kirimkan rasa ini. Sejak hampir tiga tahun yang lalu. Kamu. Kamu yang membuat keluarga kami tidak lagi bahagia. Kamu keparat!

Kamu tahu rasanya gelisah setiap hari? Merasa letih setiap kamu membuka mata. Dijejali pikiran-pikiran yang tak pernah mau berhenti bertanya kenapa, apa dan bagaimana. Merasakan sesak yang luar biasa setiap kamu bernafas. Pernahkah kamu merasa begitu putus asa?

Kamu seperti Dementor, yang merenggut semua kebahagiaan yang ada. Memberikan rasa dingin setiap tubuh, menggigil bahkan ketika hari terik sekali pun. Menghapus semua mimpi-mimpi indah keluarga kami. Kamu yang menghancurkannya menjadi butiran abu yang pedih. Hilang, terbang entah kemana. Kamu Dementor yang tak mampu kukalahkan dengan Patronus wujud apa pun.

Kamu harusnya tahu, tak pernah nikmat rasanya menjadi sengsara. Di dalam rumah yang hangat sekali pun, kamu temukan derita tak berkesudahan. Parahnya, kamu masih hidup. Merana setiap hari. Menangisi nasib hingga kolam di matamu kering kerontang. Kamu bahkan tak mampu berairmata lagi. Lalu, kamu sadari bahwa kamu bisa tenang hanya saat kamu terlelap. Tapi kamu. Kamu adalah mimpi buruk setiap malam. Maka, bagaimana bisa kami tidur dengan nyenyak lagi?

Dari semua derita yang kamu berikan, maka itulah batu asahan yang paling baik untuk menajamkam segala dendam. Aku akan menajamkannya setiap hari, atas semua luka dan perih yang kamu bagi.Di sini, kamu beruntung aku tidak pernah mencarimu. Namun suatu hari kelak, jika kita bertemu di dalam neraka sekali pun, aku yakinkan kepadamu bahwa pisau-pisau dendamku akan jauh lebih perih dari hunusan segala pedang. Pisau ini, nanti kau tahu. Akan kutebaskan di perutmu, lehermu, matamu, dan di nadimu. Akan mencekikmu hingga kamu nanti tahu sakitnya. Sakit yang aku kumpulkan sampai mati. Jika mungkin kamu beruntung nanti, kita akan bertemu di surga. Yang penuh bidadari, sungai yang jernih dan berair wangi, maka di tempat yang paling indah sekali pun tak akan kubiarkan kamu bahagia. Pisau-pisau ini akan menghantuimu, sebab akan kubawa sampai ke liang kuburku.

Aku sudah sering merasakan luka. Tapi yang satu ini, yang kamu berikan, adalah luka yang tak pernah menjadi kering bahkan di sahara sekali pun. Kamu yang membuat kami sengsara sampai mati. Kamu, Kun.

Biarkan aku menjadi dosa karena mengutukmu. Tuhan yang maha tahu. Semoga Ia bisa memahami dan memaafkan. Aku akan mengutukmu sampai ke neraka sana. Kuberikan kutukan yang tak akan pernah hilang oleh mantera apa pun dan tak akan kutarik kembali dengan syarat apa pun. Semoga semua keluarga mu dimana pun berada, selalu menderita juga sepanjang usia mereka. Di neraka sekali pun nanti kuharapkan mereka diletakkan ditempat paling jahanam, beserta dirimu juga tentunya. Jika di surga, akan kuberikan rasa getir dan pahit pada semua buah paling ranum. Dan setiap air sungai yang jernih adalah racun bagi tubuhnya.

Kamu, terlalu baik aku masih mengharapkan kita bertemu di neraka atau surga. Tidak, aku tidak akan berbaik hati. Maka aku mohon dengan segala doa dan ilmu sihir mana pun supaya langit dan bumi tidak akan menerima rohmu.

Kamu harusnya menerima segala dengan ikhlas hati. Itu lah doa-doa terbaik yang aku berikan kepadamu dan semoga Tuhan yang maha kuasa mengabulkannya.

Kamu telah tebarkan benih pohon-pohon duka di halaman rumah kami. Pohon duka yang merambat, yang setiap detiknya makin panjang, menutupi rumah ini dengan buah perihnya. Maka, kami-keluargaku tidak pernah lagi melihat matahari yang cerah.

Kamu, adalah segala keburukan yang tercipta. Iblis, setan, perusak, bajingan, keparat, pendosa. Kamu!

Maka pada akhir ini, aku tidak akan berhenti-berhentinya mendoakan segala derita dan hina kepadamu. Semoga kau cepat mati dan disiksa, agar kau tahu bagaimana sakitnya.

Monday, August 9, 2010

Almost Here




Did I hear you right
'Cause I thought you said
Let's think it over

You have been my life
And I never planned
Growing old without you

Shadows bleeding through the light
Where a love once shined so bright
Came without a reason

Don't let go on us tonight
Love's not always black and white
Haven't I always loved you?

But when I need you
You're almost here
And I know that's
Not enough
But when I'm with you
I'm close to tears
'Cause you're only almost here

I would change the world
If I had a chance
Won't you let me

Treat me like a child
Throw your arms around me
Please protect me

Bruised and battered by your words
Dazed and shattered how it hurts
Haven't I always loved you

But when I need you
You're almost here
And I know that's
Not enough

Friday, August 6, 2010

Kepada Asep Sambodja


hanya kata-kata ini yang bisa kuberikan
anggaplah ini doa
semoga menguatkan fisik mu
yang sedang diuji
yang sedang digerogoti

kau sendiri kan pernah bilang:
beginilah rasanya memasuki usia senja
sebentar-sebentar melihat jam
seperti ada yang dinanti
seperti ada yang menjemput


tau kah, Pak?
jalan setapak memang sepi
di tepinya hanya ada semak
dan lampu jalan
biasanya pun redup

aku tahu engkau ingin
kau ingin sekali, kan?
saat kau sakit, ada Ibu
yang bisa memelukmu erat-erat
yang mengusap kepalamu perlahan
sambil membisikan doa-doa
-yang ia hafal dengan baik-
untuk kesembuhanmu

di sini,
kami masih menemani
kawan-kawan masih ada
istrimu juga
jadi, tetaplah ceria
seperti pesan malaikat yang baik hati itu

semoga dzat yang maha besar
mengirimkan segala kebaikan
kepada raga dan jiwamu
semoga dzat yang maha kuasa
mendatangkan kesembuhan
mengangkat segala yang buruk
yang dibebankan sekarang
dari fisikmu


Cepat sembuh, Pak Asep!
Kami mendoakan.

Wednesday, August 4, 2010

Sastra Adalah Fiksi

Karya sastra adalah sebuah karya fiksi. Seluruh aspek yang ada di dalamnya diberdayakan untuk membangun sebuah dunia imajiner. Mulai dari narasi, dialog, tema, plot hingga tokoh-tokohnya. Semuanya diupayakan agar yang hadir kemudian terasa seolah-olah benar dan nyata.

Seolah-olah karena kebenaran dalam sastra punya acuan tersendiri yaitu imajinasi. Kita tidak bisa mengatakan apa yang disuguhkan dalam sebuah karya sastra adalah fakta-yang menyiratkan "sesuatu yang sesungguhnya." Rene Wellek dan Austin Werren dalam bukunya Theory of Literature, mengatakan bahwa fakta adalah rangkaian ruang dan waktu terjadinya sebuah peristiwa. Bisa dikatakan bahwa fakta adalah peristiwa itu sendiri.

Pernyataan ini membawa kita pada pemahaman yang lebih jauh bahwa semua yang diceritakan ulang, baik lisan atau tulisan, atau juga gambar dan film, akan jatuh menjadi fiksi. Peristiwa yang kembali disajikan ulang tidak akan membeberkan keseluruhan peristiwa itu sendiri, pasti ada detail-detail yang hilang.

Dalam dunia jurnalistik pun kebenaran berdiri dalam pondasi yang rapuh. Dia akan sangat mudah tergelincir dalam kubangan dusta. Hal ini bisa terjadi karena himpunan data, posisi angle yang diambil si wartawan, atau data yang diberikan narasumber. Himpunan fakta dan data yang tersedia tidak serta merta menjadikan kenyataan yang dikabarkan, atau diceritakan ulang, menjadi sebuah kebenaran. Makanya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam bukunya Elements of Journalism mengatakan kebenaran dalam jurnalisme bersifat fungsional. Dia akan jatuh dalam dusta, tapi justru posisi ini yang mengharuskannya merevisi kembali fakta dan data yang disampaikan.

Charles Dickens, melalui Vincent Crummels, tokoh dalam novel ketiganya, Nicholas Nickleby mengatakan "art is not truth, art is a lie, that reveals the truth." Sastra adalah dusta, yang mengungkap kebenaran yang ditemukan oleh pembacanya. Kebenaran itu tidak berada dalam tubuh sastra, tapi kita harus melampauinya untuk menemukan kebenaran itu. Maka referensi pembaca akan sangat penting dalam membaca.

Namun demikian, kita tidak bisa juga serta merta mengatakan apa yang ditulis seorang sastrawan adalah sebuah dusta. Sebab mungkin saja apa yang dituliskannya merupakan sebuah kebenaran dari apa yang diambil dalam kehidupan nyata. Apalagi jika kita mengingat Aristoteles dan Plato yang pernah berfatwa bahwa sastra adalah tiruan kenyataan.



Dikutip dari tulisan Gema Yudha.

Dalam Sastra

Kita menjadi dekat tanpa perlu perjumpaan
Karena pada setiap kata kita menyapa

Tuesday, August 3, 2010

Perempuan (Istri) Dalam Pandangan Purba; Lawan!

Ayu Utami pada sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada dirinya di Kompas, 3 Agustus, 2010 mengatakan bahwa ia tidak takut hidup sendiri. Tidak takut menjadi lajang, karena hidup melajang adalah sebuah pilihannya yang merupakan "keputusan politik." Ayu bukan seorang yang anti-pernikahan, sejauh pernikahan itu melindungi pihak yang lemah. Dikatakan, pihak yang lemah umumnya adalah perempuan. Dan kenyataannya, perkawinan sering kali justru menjadi lembaga yang menindas perempuan.

Ada stigma yang berkembang pada masyarakat kita. Stigma tentang perempuan yang tertekan karena tidak kunjung dapat suami. Stigma yang melecehkan mereka karena dianggap tidak laku, cerewet, judes, dan sebagainya. Karena stigma-stigma itu yang membuat perempuan jadi takut jika tidak menikah. Karena ketakutan itu yang membuat mereka rela menikah dengan laki-laki yang mereka tahu tidak akan membuat dirinya bahagia.

Maka seperti Ayu Utami pula saya ingin melawan stigma. Saya tidak ingin terkungkung di dalam stigma hanya agar dianggap normal. Memaksakan status "nikah" agar dianggap menjadi perempuan yang menjalankan praktek adat dalam masyarakat.

Pernikahan adalah sebuah praktek kebudayaan. Dimana dikatakan bahwa menjadi tugas manusia lah untuk berkembang biak demi melestarikan kelangsungan hidup generasinya. Maka dalam pernikahan pula seharusnya dilandasi cinta dan kepercayaan. Harus tetap ada ruang bagi individu yang menjalin pernikahan itu. Bagi saya pribadi, yang terpenting ialah bukan hanya sekadar memperoleh kebebasan pribadi tetapi lebih jauh lagi menumbuhkan kesadaran akan kesetaraan hubungan suami-istri dan kedirian sebagai manusia. Perempuan yang menikah harusnya bisa merasa nyaman dengan pasangannya. Bukan berarti harus bermimpi menjadi Cinderella yang hidup bahagia selama-lamanya. Tapi menikah adalah sebuah hubungan yang mengikat dua pihak. Dimana di dalamnya harus tetap ada ruang privasi dan menghormati satu sama lain. Pernikahan seharusnya bukan menjadi penjara bagi wanita.

Hidup di dalam sebuah dunia yang menjunjung tinggi patriarki, mewajibkan anggapan bahwa laki-laki mempunyai peranan lebih besar daripada perempuan, baik di dalam masyarakat atau pun di dalam sebuah rumah tangga, dan lebih sering memberikan pandangan bahwa seorang wanita dalam sebuah perkawinan hanyalah diposisikan sebagai nomor dua. Yang harusnya menuruti kata suami, menjadi pelayan yang mengatur rumah tangga, dan hanya mengurus hal-hal "kecil". Sementara suami lah yang mempunyai peranan besar, karena laki-laki yang berperan sebagai pencari nafkah, pemimpin rumah tangga, dan mengurus hal-hal "besar." Diskriminasi terhadap perempuan ini jelas-jelas pun dipaparkan pasal 31 ayat 3 dalam UU Perkawinan secara eksplisit yang mengatur posisi suami sebagai kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah tangga.

Dilihat dari aspek biologis, psikologis, dan metodologis perempuan yang selalu merupakan subordinat laki-laki. Ditambah adanya budaya Jawa yang menjadikan perempuan sebagai kanca wingking bagi laki-laki dengan tugas macak (dandan), masak (memasak), dan manak (melahirkan). Seolah-olah perempuan adalah seseorang yang harus memenuhi, memelihara, dan menyelesaikan urusan rumah tangga. Stereotipe perempuan yang digambarkan sebagai mahluk lemah, mahluk nomor dua, mahluk penurut, mahluk yang harus dilindungi, sudah berabad-abad melekat dalam pemikiran kebanyakan orang, menjadikan itu sebagai sebuah doktrin budaya.

Menghapus stigma dan stereotipe semacam itu bukanlah PR yang mudah diselesaikan. Perempuan yang berani melawan stigma pun lebih sering dianggap sebagai perempuan pemberontak, perempuan yang tak nurut adat, perempuan pembangkang. Pandangan seperti itu yang akhirnya menjebloskan kembali perempuan ke lubang yang sama. Yang pada akhirnya memilih untuk mengalah lagi kepada pandangan masyarakat yang mayoritas.

Saya pribadi ingin mengatakan, pandangan dan stigma terhadap perempuan seperti di atas sepertinya sudah tidak cocok diberlakukan dalam masa modern kini yang menuntut kesetaraan gender. Maka, pada tulisan ini saya ingin mendukung pernyataan Ayu Utami; seharusnya perempuan tidak perlu takut terhadap stigma. Perempuan sendiri lah yang seharusnya yang berusaha membuktikan dan menghapus stereotipe yang sudah melekat terhadapnya, dengan menunjukan bahwa perempuan juga BISA!

Space Yourself!

Tulisan di bawah ini saya kutip dari Kompas, 1 Agustus 2010. Tulisan merupakan karya Samuel Mulia.



Teman saya bercerita kalau pacarnya suka sekali memeriksa akun Facebook, telepon seluler, dan BB-nya tanpa seizin dirinya. Ia bahkan tak segan-segan bangun pukul 03.00 hanya untuk melakukan kegiatan cek dan ricek itu. Teman saya melanjutkan ceritanya. "Pacarku itu posesif banget, Mas."

Privasi itu bermakna ruang pribadi dan mengandung sesuatu yang rahasia. Artinya, ruang yang tak diganggu dan tak berhak diganggu oleh siapa pun. Ruang yang dikuasai oleh saya dan anda sendiri. ...Mau nanti ruangnya dibakar, dilukis, didiamkan saja, itu urusan saya dan anda. Tak ada seorang di luar itu yang berhak mencampur adukkan dan tidak setuju karenanya, dan berkata dengan mudah itu tidak bermoral. Lah, wong katanya a space to yourself dan rahasia, yaaa... enggak perlu ada persetujuan siapa pun, bukan?

...kasus yang pertama mungkin karena cemburu dan si pacar memang jenis yang tidak setia sehingga ketakutan kalau ketidaksetiaan itu terjadi pada pasangannya sendiri. Katanya cemburu itu timbul karena ada cinta di dalamnya. Itu saya tak mengerti. Buat saya itu manipulatif. Wong cinta, kok cemburu? Cinta itu baik, cemburu itu tidak baik. Jadi, cemburu itu bukan timbul dari rasa cinta, tetapi dari rasa tak percaya. Tak percaya kepada diri sendiri dan tak percaya kepada pasangan hidup, maksudnya.

Adalah hak setiap orang memiliki ruang dan rahasianya sendiri. Kalau ada yang mengganggunya atas nama cinta, atas nama uang, dan atas nama apa pun, mungkin itu menunjukan, kalau yang mengganggu lupa bahwa di dunia ini orang harus saling menghormati. Atau mungkin, ia sendiri tak tahu apakah masih perlu menghormati dirinya sendiri.

Cinta Sastra

apa sih yang kau cari pada sastra?
kau berulang kali bertanya
dan berulang-ulang kali aku menjawab tak tahu

aku cinta saja.


Siang dan Malam

malam tak pernah menunggu pagi datang
ia ikhlas saja melaksanakan tugasnya
tak meminta ada bintang atau rembulan
malam tetap setia
hingga fajar lahir di timur
maka usai lah baktinya.

siang tak pernah menunggu petang
ia tetap terang
meski berawan meski terik
saat senja datang ia bisa pulang dengan tenang

jika suatu pagi atau petang mereka tak pernah saling menjumpai lagi
(mungkin) ketika itu Tuhan sudah jengah dengan manusia


Monday, August 2, 2010

Nyeri

Serupa apakah bayang-bayangmu pada pagi yang masih membaui mimpi?
Suara menyalak yang menghentak setiap hati
Serupa Izrail kah, pada jiwa-jiwa yang di ujung nafas, menahan tarikan terakhir.
Kau menggelegar, menabur hujan tangis

Dimana ku boleh labuhkan perahu jika pada dermaga kau letakkan berhala berwajah garang?


Mendua

Sayang, jangan mengintipku
Aku sedang melukis malam
Biarkan aku sendiri di teras rumah kita
Banyak bintang yang menemani
Ada kejora!
Itu ia

Engkau badai
Bermain sajalah dengan awan di taman belakang


Bekasi, 30 Juli, 2010

Luka

Hujan, dosa apakah aku ini?
Serupa goresan dalam pisau dapur yang tumbuh menajam dibalik dadaku.
Kau isyaratkan aku dengan awan mendung
Gerimismu menjarumi nadiku, setiap pagi buta menyapa
Apa aku pernah salah membiarkanmu jatuh?

Tak pernah lagi aku melihat rama-rama terbang pada taman kita
Kikik bocah berlari, sebab kau temani basah mereka
Mana harum madu pada kembang yang kau janjikan mekar setiap malam menjelma merah

Mengapa aku berada pada tapak yang begitu parah
Yang menghadang di depan jalan hanya bayang-bayang
Padahal aku sudah relakan mimpi-mimpi dulu yang tak mampu terbeli, pada setiap nyanyian pagi yang mengumandang merdu dan berulang

Laksana ini kah wajahmu?
Semuram gerimis yang jatuh di muka jendela
Buram berbau tangis
Guratanmu begitu pedih
Sendu menyambut pagi

Bolehkah aku kembarkan rasa?
Juli hampir berakhir
Mengapa kita masih menangis



Jakarta, 29 Juli, 2010