Wednesday, August 18, 2010

Jatuh Cinta Pada yang Sempat Terlupa


Saya sedang jatuh cinta lagi. Iya, jatuh cinta lagi pada lagu-lagu ini. Lagu-lagu yang sempat saya lupa. Lupa senandung musiknya yang bagaimana, betul-betul lupa. Tapi memang benar jodoh tidak kemana. Minggu lalu, saya tiba-tiba teringat CD lagu itu. CD itu saya temukan dengan susah payah di dalam laci.

Laci itu tempat dulu saya menyimpan buku-buku dan segala kertas bahan kuliah. Laci yang sudah berantakan tak terkira itu penuh rongsok rasanya. Buku-buku atau sekadar fotokopian bahan kuliah dulu memang tidak pernah saya buang, yang tersimpan di sana adalah semua buku dan kertas-kertas pada semester akhir yang sampai sekarang -sudah hampir dua tahun- belum saya rapihkan. Semuanya bertumpuk dengan kertas-kertas brochure travel, laporan rekening tabungan, map-map kertas tak terpakai. Saya yakin CD itu tersimpan di dalamnya. Akhirnya CD itu ketemu setelah 15 menit saya ubek-ubek laci sepetak itu.

Becoming Dew.

CD itu sudah lama rasanya tidak pernah di dengar lagi. Memang, lagu di album "Gadis Kecil" -nya Dua Ibu lebih sering saya dengarkan dibandingkan "Becoming Dew" milik ari-reda. Lagu-lagu di album "Gadis Kecil" saya hafal luar kepala lirik puisi dan senandung musiknya bagaimana. Tapi "Becoming Dew" terasa seperti anak tiri bagi saya, hehe! Sejak dibeli rasanya baru hitungan jari tangan saya mendengar CD itu.

Karena saya tidak ingin dianggap ibu tiri yang jahat, saya memutuskan untuk mendengarkan album itu lebih sering. Akhirnya lagu-lagu dalam format CD itu saya ubah dalam bentuk MP3 dan saya masukan ke dalam album musik pada telepon genggam saya. Padahal lagu-lagu di album "Gadis Kecil" sudah lama tersimpan di dalam telepon genggam saya sejak kuliah dulu. Tidak adil ya?!

Hari ini dan kemarin dan kemarin lusa, seharian dan berkali-kali saya mendengarkan ulang semua lagu-lagu dalam "Becoming Dew" itu dan mendadak saya seperti jatuh cinta lagi. Jatuh cinta pada ingatan masa lalu. Pagi ini dalam perjalanan ke kantor album itu genap 4 kali diputar habis. Setiap mendengarkan musikalisasi puisi itu, entah kenapa saya jadi teringat film-film tahun 70-80-an yang. Lagu-lagu dalam film seperti itu musiknya hampir-hampir serupa. Suara yang lirih dan musik yang mendayu-dayu.

Kalau di album "Gadis Kecil" yang menjadi favorite saya adalah "Dalam Bis," "Ketika Jari-jari Bunga Terbuka" dan "Buat Ning." Namun di album ini saya jadi jatuh cinta pada "Pada Suatu Pagi Hari," "Sonnet X" (dalam album ini dinyanyikan versi bahasa inggrisnya) dan "Metamofosis."

Saya betul-betul sedang jatuh cinta sekarang dan tak mau berhenti-berhenti mendengarkan album ini, anak tiri yang sempat terlupa. Saya mendengarkan albumnya saat perjalanan ke kantor, perjalanan pulang kantor, saat mau tidur, sehabis sahur, dan ketika sedang bengong-bengong saja.



Sonnet X

who scratches in the blue sky
who tears at the passing clouds
who crystallizes in the spreading fog
who fades in the dying flower
who dissolves in the purple twilight
who breathes in each second of time
who rushes past each time i open the door
who melts beneath my gaze
who speaks in space of my words
who sorrows in the shadows of my silence
who comes hunting to meet me
who suddenly tears away my veil
who explodes within me
who am i


Pada Suatu Pagi Hari

Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambil berjalan tunduk sepanjang lorong itu. Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik dan lorong sepi agar ia bisa berjalan sendiri saja sambil menangis dan tak ada orang bertanya kenapa.

Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk memecahkan cermin membakar tempat tidur. Ia hanya ingin menangis lirih saja sambil berjalan sendiri dalam hujan rintik-rintik di lorong sepi pada suatu pagi.



Metamorfosis


ada yang sedang menanggalkan
kata-kata yang satu demi satu
mendudukkanmu di depan cermin
dan membuatmu bertanya

tubuh siapakah gerangan
yang kukenakan ini
ada yang sedang diam-diam
menulis riwayat hidupmu
menimbang-nimbang hari lahirmu
mereka-reka sebab-sebab kematianmu

ada yang sedang diam-diam
berubah menjadi dirimu



Puisi karya Sapardi Djoko Damono.

1 comment: