Thursday, August 12, 2010

Daddy's Little Girl


Teringat masa kecilku, kau peluk dan kau manja. Indahnya saat itu, buatku melambung. Disisimu terngiang, hangat nafas segar harum tubuhmu. Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu.


Papa, mungkin eda bukan selalu jadi anak baik-baik yang seperti papa harapkan. Tidak lagi bisa menjadi seperti yang papa mau. Tapi, apa pun dan bagaimana pun papa harus yakin bahwa eda tetap sayang papa. Pertengkaran kita malam itu, maafkan eda ya, pa! Sekarang kita sama-sama tahu tidak bisa lagi kita seperti dulu, karena ada banyak pedih yang tumbuh.

Dulu, kita tidak begini. Tidak renggang meski serumah. Kita dulu kompak. Tapi kini, eda sudah bukan lagi gadis kecil yang seperti dulu yang bisa duduk tenang di rumah hanya karena membaca buku atau main boneka. Ada waktu yang terbuang sekarang, ada kesibukan yang tak bisa ditawar. Karena itu, jangan anggap eda tidak lagi peduli.

Ada kenangan yang walaupun sekarang buram tapi tak mungkin hilang dari ingatan. Ada yang akan terus kita kenang, pa, walau mungkin itu menyakitkan. Papa, masih akan ada hal-hal yang tak mungkin eda lupa.

Papa yang mengajari gadis nya untuk selalu memanjangkan kuku, agar jika ada lelaki jahil bisa langsung kucakar wajahnya dan berlari kencang-kencang kerumah. Kukuku masih panjang, bercat warna-warni pula, gadismu sudah genit sekarang. Tidak sadarkah?

Papa yang dari dulu selalu keras dalam memberi pendidikan, yang tidak boleh bolos sekolah cuma karena sakit demam dan batuk-batuk atau pun nikahan keluarga. Eda masih ingat malam-malam dulu, hapalan perkalian kita setiap malam. Dilarang tidur kalau belum hafal lancar perkalian 1-9, kadang sampai menangis sendiri di dalam kamar dan ketiduran.

Papa juga, yang mengajari membaca sejak kecil, yang selalu setiap bulan membawa kami ke toko buku dan membelikan buku-buku, melanggani majalah-majalah sampai SMP. Papa yang selalu marah-marah kalau anaknya membaca sambil tiduran, karena takut nanti pakai kacamata.

Kita yang dari dulu tak bosan-bosan menonton Sister Act, Jumanji dan Home Alone 2.

Papa yang lebih pintar memasak daripada mama. Sayur sawi asin dan sup kacang merah, makanan favorite keluarga kita dari dulu. Papa kokinya.

Itu pasti sampai mati tak akan dilupa, pa. Kami tidak pernah tidak peduli papa. Jangan terlalu sensitif lagi, jangan marah terus-menerus. Karena Eda tidak mau melawan papa. Love u, papa!



Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya. Ku terus berjanji tak kan khianati pintanya.
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu. Kan ku buktikan ku mampu penuh maumu

No comments:

Post a Comment