Monday, August 2, 2010

Luka

Hujan, dosa apakah aku ini?
Serupa goresan dalam pisau dapur yang tumbuh menajam dibalik dadaku.
Kau isyaratkan aku dengan awan mendung
Gerimismu menjarumi nadiku, setiap pagi buta menyapa
Apa aku pernah salah membiarkanmu jatuh?

Tak pernah lagi aku melihat rama-rama terbang pada taman kita
Kikik bocah berlari, sebab kau temani basah mereka
Mana harum madu pada kembang yang kau janjikan mekar setiap malam menjelma merah

Mengapa aku berada pada tapak yang begitu parah
Yang menghadang di depan jalan hanya bayang-bayang
Padahal aku sudah relakan mimpi-mimpi dulu yang tak mampu terbeli, pada setiap nyanyian pagi yang mengumandang merdu dan berulang

Laksana ini kah wajahmu?
Semuram gerimis yang jatuh di muka jendela
Buram berbau tangis
Guratanmu begitu pedih
Sendu menyambut pagi

Bolehkah aku kembarkan rasa?
Juli hampir berakhir
Mengapa kita masih menangis



Jakarta, 29 Juli, 2010




1 comment: