Thursday, December 20, 2012

It's A Long and Exciting Road

Gak kerasa kehamilan saya sudah masuk usia 19 minggu lebih. Akhir bulan ini akan cek adek bayinya lagi ke dokter. Oiya, akhirnya saya memutuskan untuk pindah RS dan ganti dokter. Sekarang kami cek up ke RS. St. Carolus Salemba dengan Dr. Ekarini. Selain karena dekat sama rumah, Dr. Ekarini ini direkomendasikan oleh teman saya, Dhiesta. Saya dan suami memang sepakat cari dokter kandungan perempuan. Di RS. St. Carolus, satu-satunya dokter kandungan perempuan ya Dr. Ekarini. Antriannya untuk ketemu beliau ini selalu sepanjang jalan kenangan. Karena mungkin satu-satunya yang perempuan dan dia een beetje fameus* kalau kata orang Belande, hehehe...

Hari Sabtu itu pagi-pagi sekali saya telepon ke RS untuk melakukan pendaftaran. Jam masih menunjukkan pukul 06.10. Begitu nyambung ke bagian pendaftaran, kemudian saya mendaftar dan  bertanya dapat nomor antrian berapa. Susternya bilang saya antrian nomor 31 dan disaranin datang aja jam 4 sore (padahal dokternya mulai prakter jam 1 siang). Buseeeeeettt... Itu jam enam pagi lho boooowww, masa dapat nomor 31??? Niat mau ke dokter hari itu langsung ciut rasanya. Tapi suami nyaranin untuk datang lebih cepat, kalau banyak yang belum datang nanti katanya siapa tahu bisa didahuluin. Jadi siang itu saya tetap datang jam 1 siang ke RS. 

Benar saja! Baru ada dua orang yang antri di depan ruangan dokternya. Dr. Ekarini belum datang. Kira-kira 20 menit kemudian pasien semakin banyak tapi sang dokter belum datang juga. Namun ketika kira-kira jam 2 kurang 15 menit, sang dokter yang kecil dan kelihatan galak ini datang dengan heboh plus terburu-buru. Saya cuma menunggu tidak sampai setengah jam lagi kemudian nama saya dipanggil. Woohoooo... dari antrian ke 31 saya kayanya orang ke 6 yang masuk ruangan deh.

Nih dokter mungkin karena tau antrian dia selalu panjang bener, jadi kesannya ngelayanin pasien buru-buru banget. Saya mau nanya aja sampe takut. Tapi saya tetap memutuskan bertanya apa yang mau saya tahu, dan ternyata Dr. Ekarini tetap melayani dengan menjawab semua pertanyaan-pertanyaan saya lho. Bodo amat deh ya kalau dia mikir "Duh, lama lo nanyanya, pasien eke banyak ini." Eke kan juga bayar mehoong cyiin.. hehe!

Kesan pertama saya terhadap Dr. Ekarini sebenernya bikin takut dan deg-degan, soalnya orangnya ngocol, cara ngomongnya santai tapi nyolot juga. Nah lo, gimana tuh?! Yah, gitu deh pokoknya. Tapi ditelisik lebih dalam orangnya sih baik sebenarnya, buktinya dia menjelaskan semua pertanyaan saya dengan sejelas-jelasnya dan mau ngejawab semuanya. Apalagi ditambah semalam saya baru selesai baca buku "Catatan Ayah ASI" dan ada salah satu cerita penulis dimana mereka juga pergi ke RS Carolus dan berdokter dengan Dr. Ekarini. Mantap lah!

Kalau di tulisan saya terdahulu dimana saat melakukan USG pertama kali di RSIA Evasari, ditemukan kista endometriosis di dalam perut saya dan saya sedih setengah mati gara-gara dokternya bukan bikin tenang malah ngoceh panjang lebar soal kista pecah lah, nanti harus operasi ini lah, itu lah, saat kemarin ketemu Dr. Ekarini dan melihat buku riwayat kehamilan saya sebelumnya dia malah santai banget nanggepin soal kista saya itu. Katanya, "Kista endometriosis itu bikin perempuan susah punya anak, lah ini udah punya anak kok, ngapain khawatir. Kista itu biasa, kalau hamil juga mengecil. Gak masalah. Pokoknya selama masih bisa normal, di RS ini pasti diusahakan normal kok." Beeuuh, mantap gak tuh? Rasa khawatir saya soal kista itu mendadak lenyap!

Tapiii... saat saya melakukan USG dengan Dr. Ekarini diketahui bahwa ari-ari di dalam rahim saya ternyata berada di bawah letaknya. Hmmm.. sempet gimana gitu rasanya. Kok hilang khawatir tentang kista, malah muncul yang satu ini. Tapi lagi-lagi si dokter ini langsung menenangkan. Beliau bilang, "Nunggung aja sering-sering ya. Ini masih 16 minggu kok, masih lama. Masih bisa naik ari-arinya. Pokoknya sering nungging aja kaya gitu posisinya (sambil nunjukin gambar ibu hamil yang lagi nungging yang ditempel di dinding sebelah tempat tidur). Nanti usia 30an minggu kita bisa liat lagi, kalau memang masih di bawah, ya nanti dipikirkan tindakan berikutnya. Tapi sekarang sih pokoknya sering nungging aja, masih bisa naik kok."

Meski tetap khawatir, tapi cuma sedikiiitt. Dan at least gak bikin saya becucuran airmata saat pulang ke rumah kaya waktu habis pulang dari RSIA Evasari itu. Sama seperti saat tahu tentang kista itu, begitu sampai rumah yang saya lakukan adalah browsing di google. Ari-Ari dengan posisi di bawah biasa dikenal dengan istilah Plasenta Previa. Plasenta Previa pun ada 3 jenis; Plasenta Previa Totalis (menutupi semua jalan lahir), Plasenta Previa Parsial (menutupi sebagian jalan lahir) dan Plasenta Previa Marginal (tumbuh mendekati permukaan jalan lahir). Kebanyakan ibu hamil dengan kasus plasenta previa memang terpaksa melakukan operasi sesar untuk mengeluarkan bayinya karena resiko pendarahan sangat besar, tapi ada juga yang masih bisa melakukan proses melahirkan normal, jika jalan lahir masih terbuka beberapa centimeter.

Dari hasil ngobrol dengan mama dan teman-teman, mereka semua positif memberi dukungan bahwa letak ari-arinya masih bisa berubah. Mama saya malah cerita dulu waktu beliau mengandung saya, ari-arinya juga sempat di bawah kemudian posisinya berubah ke atas lagi, dan bisa melahirkan secara normal dan ini lahiran anak kembar pula. Teman saya, Friska, bilang suruh sering ngobrol dengan bayinya. Hal ini juga yang dikatakan suami saya. Jadi setiap saya nungging, saya atau suami mengajak ngobrol si adek bayi supaya membantu dari dalam perut untuk merapihkan letak ari-arinya, supaya nanti dia bisa keluar dengan lancar.

Kehamilan di usia hampir memasuki 20 minggu saya makin excited menunggu kelahiran si adek bayi. Saya berusaha memperoleh informasi sebanyak mungkin tentang proses melahirkan dan pemberian ASI. Saya mengikuti milis "ASI for Baby" atas saran Dhiesta. Saya juga mengikuti banyak sekali akun twitter yang sangat bermanfaat untuk ibu hamil. Tweet mereka sangat membantu buat saya sebagai ibu baru, seperti @ID_AyahASI, @TanyaDokterSpOG, @dr_dip, @bidankita, @aimi_asi, @HypnobirthingID, @infohamil, @dr_oei, dll.  Minggu lalu saya menghabiskan waktu hampir 3 jam di Gramedia untuk cari buku tentang kehamilan dan sebenarnya banyak banget buku yang mau dibeli, tapi nyicil kali yeee, kalau gak bisa bangkrut nanti, hehehe...

Yang saya gak sabar adalah saat nanti beli baju-baju bayi dan peralatannya. Ini sih rencananya bulan depan. Saya gak mau belanja terlalu cepat, tapi juga gak mau nunggu udah 8 atau 9 bulan, yang ada saya keburu capek dan pegel kalau jalan lama-lama. Tapi namanya juga emak-emak yaa, gak tahan godaan apalagi kalau buat belanja. Bulan lalu saat mengujungi Maternity, Baby and Kids Expo di JCC, Senayan, buseeet deh ini nahan-nahan hati banget buat gak beli macem-macem dulu. Tapi tetep aja pulang dengan satu buah stroller dan selimut bayi. Suami saya malah ngebet beli kolam renang dan ban leher untuk bayi. Meina, kembaran saya, sudah membelikan sebuah box bayi yang merk dan modelnya persis sama banget seperti box bayi yang saya mau saat lihat di pameran di JCC waktu itu. Yeeeayy!

Ini baru saja hampir 20 minggu, masih ada separuh jalan lagi. Masih cukup lama tapi seruuu. I can't wait for this.


*lumayan terkenal.

pic from here










2 comments:

  1. Saya sangat tidak rekomendasi RS Carolus atau Dr Ekarini. Biayanya mahal, tempatnya jelek, dan yang kerja disana galak, kurang professional dan tak peduli pasien. Saya melahirkan di 2014, tapi saya sampai sekarang masih trauma dan tak mau punya anak lagi.

    Waktu hamil pre-natal sama Dr Ekarini. Cukup baik, tapi harus tunggu lama2. Tunggu 7 atau 8 jam untuk ketemu doktor 5 minut aja.

    Tapi waktu melahirkan, disaster total. Saya di induksi. Pernah tunggu doktor 7 jam tadi dan waktu induksi sudah malam. Ruangnya gelap dan seram. Doktor sudah pulang dan tidak ada yang bantu saya. Saya 14 jam sakit minta ampun dan muntah2 terus. Bidan tidak peduli apa2. Mereka tertawa aja. Sampai pagi bidan siksa aku, bicara yang galak dan ada bidan pukul saya.

    Doktor Ekarini pernah janji saya di kasih anti-sakit waktu melahirkan, tapi tidak jadi di kasih.

    Siang saya di suruh caesar, tapi sesudah saya tanda tangan untuk casar masih tunggu lama2 dan masih sakit bangat. Bidan cuek aja dan saya di tinggalin di korridor.

    Sesudah caesar saya sakit lagi. Saya minta perawat kasih obat anti-sakit, tapi tidak ada yang bantu.

    Apa lagi, bayiku harus di rawat di Goretty karna sakit. Dia kurang oxygen karna telat caesar. Biayanya mahal dan perawat disana galak sama ibu dan bayi.





    ReplyDelete