bagaimana kau lupa bahwa di hatiku masih tertanam belati. yang menyayat-nyayat tiap kali aku tertawa bersamamu. mendekapmu erat dengan begitu miris. apa yang hilang dalam ingatanmu tentangku yang masih sibuk membangun percaya dari puing-puing tersisa.
apa guna aku meminta-Nya menjagamu, menjagaku, menjaga rasa kita, jika sementara aku begitu kencang melafalkan doa-doa, kau bermain api. berapa kali lagi harus ketemukan kau lari dari ingatan tentangku dan kembali pada kenangan masa lalu.
aku sekarat. pisau-pisau tumbuh di dadaku. bagaimana aku meletakkan percaya. kalut dalam kekecewaan yang tak hentinya mendera. tak pernah cukup sementara bagimu aku yang mencintaimu sampai sesak. dengan segala sakit yang kutahan sendiri, luka-luka yang belum sempat kering kau gores lagi.
beritahukan aku bagaimana caranya lagi memintamu memegang erat tanganku dan menunjukan jalan kemana kita akan pulang.
pic from here |
ya ampun, kok sedih banget ya bacanya. :'(
ReplyDeleteHi Ayu, makasih ya sudah mampir. :)
ReplyDeleteSemoga gak sedang sedih-sedihan. hehehe
Saya suka ini. "di hatiku masih tertanam belati". "pisau-pisau tumbuh di dadaku". Meida keren! ^_^ *brb* *menjelajah ke puisi-puisimu yang lain*
ReplyDeleteWhoaaa! Ternyata! Pantesan dari tadi gak bisa-bisa, soale saya comment pakai akun wordpress! Sentimen dia! Hahaha. Ini aku comment pakai akun google baru bisa. Meski agak ribet juga. Enakan comment di blog sesama wordpress. :D
ReplyDeleteEndang: akun worpress gw udh ga prnah dibuka lagi.. hehe.. di sini aja yaa. makasih udah mampir! :)
ReplyDelete