Friday, October 14, 2011

Meski Hujan Turun Mendera

rasa sakit mungkin hanyalah keadaan ketika kita terlalu banyak mencampurkan ramuan harapan dalam mangkuk yang terlalu kecil.
(Penjual Kenangan - (just) confession)


seperti kita yang mencintai hujan. selalu merindukan rintiknya di ujung genting. daun-daun basah yang selalu kita titipkan rindu. gelitik peri-peri yang menari di kaki hujan. tapi seperti kita juga kadang rasakan dalam perjalanan, hujan yang turun terlalu deras mendera. membuat kita kepayahan serta kuyup untuk sampai ke tujuan. langkah menjadi berat, kehilangan percaya pada cahaya.

lalu kutemukan kau bukan lagi kompas. tak mengenal arah utara. dan aku kehilangan peta, sesat dalam jenggala. duka menjadi terlalu rimbun dalam dada. kisah cinta yang bercerita antara kita hanyalah kesepian dan airmata. aku menghitung, berapa jejak yang harus ditempuh agar kita bisa melesat mencium wangi surga. sebab aku tak tahu lagi serpih mana yang harus kupungut dan diletakkan dalam mata untuk dijadikan percaya.

ada cermin yang pecah dalam hatiku. ketika kau mendadak menjadi serigala yang mengaburkan segala mimpi, saat terang rembulan masih menyala di langit yang sekarat. bagaimana aku menakar gelisah. mendengar detik-detik jam yang menjadikan kisah kita perlahan usang. riuh resah dalam mimpi. ada yang mengenang di mataku ketika mengingatmu. menjelma danau hitam itu.

perjalanan-perjalanan menjadi kemarau yang melahirkan tanda tanya, bergelantungan dimana-mana. ribuan kenapa meruang dalam kepala. dan berkelebat kenangan-kenangan di kelam malam. ada sesak yang masih saja hinggap. tapi aku rindu untuk membuka tirai di pagi hari. menyaksikan cahaya yang melesak masuk menciumi pipi kita.

ada hangat yang mengalir ketika kuingat bahwa perjalanan denganmu adalah cerita yang ingin habis kutuliskan hingga jalan terakhir. meski melingkar dan berputar-putar. atau ketika kita lupa untuk singgah sebentar ketika lelah telah hinggap. pun hujan yang turun akan semakin renta, dan aku tak ingin lupa. bahwa diawal ketika kita hendak berangkat, ada doa yang kita ucapkan. maka aku ingin tetap bergandengan dalam perjalanan, meski hujan turun mendera.

karena setelah hujan selalu ada pelangi yang menebarkan warna di sayap kupu-kupu. daun-daun bercahaya, dan aku ingin berpelukan di muka jendela. biar angin berhembus di wajah-wajah kita. dan kau rasakan betapa indah sesungguhnya cinta.



seperti sering kukatakan, hidup itu terkadang meminta kita menjalaninya tanpa tanya, apalagi gugat. menjalani, dan terus berjalan. kelak engkau akan mengerti, kekasih: tuhan tak pernah meletakkan kita pada peta buta.
(Aulia A. Muhammad)

3 comments:

  1. benar2 tenggelam dalam tulisan ini. diksinya mampu membuatku terpana. hehe...

    nice post.

    ReplyDelete
  2. Saya hanya suka saat-saat setelah hujan...

    ReplyDelete
  3. Roe: Thanks!

    Asop: Saya suka hujan. :)

    ReplyDelete