Sunday, May 16, 2010

Lilin yang Tidak Pernah Ditiup

Kurang lebih dua minggu yang lalu, tepatnya awal bulan ini, 1 Mei 2010, mungkin menjadi hari ulang tahun yang paling tidak membahagiakan buat saya. Hari itu ketika bangun tidur, rasa yang muncul tidak seperti rasa yang biasanya muncul di hari ulang tahun saya di tahun-tahun sebelumnya. Pagi itu, kesedihan dan kesuraman sudah terasa, walaupun matahari pagi itu begitu cerah. Saya pikir, ini seharusnya jadi hari yang bahagia.

Di pagi saat saya membuka mata, saya tahu bahwa hari ini akan berbeda. Semua anggota keluarga hari itu ada dan berkumpul dirumah, bahkan pacar saya yang baru semalam mengantar saya pulang kerja ke rumah jam setengah satu pagi, jam 8 pagi ini sudah muncul lagi di depan pagar. Ada kue ulang tahun yang ia bawa lengkap dengan lilinnya. Saya tahu itu pesanan Mama, tapi ia yang mengambilkan pagi ini. Tapi bukan itu. Jika pagi itu saya membuka mata dan menyadari bahwa usia saya berkurang setahun lagi, saya masih bisa bersyukur kepada Tuhan, tapi ada kesedihan juga muncul beserta rasa syukur itu.

Adik kembar saya sakit hari itu. Sebetulnya ia sudah rasa sakit dari dua hari kemarinnya. Ia bilang pinggang bawahnya terasa pegal dan perut kirinya nyeri sekali. Teman di kantornya yang kebetulan juga seorang dokter bilang, kemungkina adik saya terkena infeksi ginjal. Kemarin sebetulnya ia sudah pergi ke rumah sakit dengan orang tua saya, dokter menyarankan untuk segera di USG hari itu juga untuk melihat penyakitnya lebih jauh, namun karena waktu tunggu yang cukup lama, dia sudah terlanjur tidak kuat menahan rasa sakit itu, mau pingsan katanya. Jadi, saat itu terpaksa pulang lagi ke rumah dan memutuskan bahwa keesokan harinya baru akan kembali untuk melakukan USG.

Keesokan harinya? Itu berarti kan tepat di hari ulang tahun kami. Ya! Di hari itu, ketika saya bangun pagi dan membuka mata, saya tahu hari ini pasti akan berbeda. Pagi itu ketika saya turun dari tempat tidur, yang saya dengar adalah rintihannya, ia menahan sakitnya. Saya masih ingat raut wajahnya saat itu, walaupun dengan mata yang masih terpejam, saya tahu ia tidak tidur nyenyak semalam.

Pagi itu, saat semua anggota keluarga sudah mengucapkan selamat ulang tahun kepada saya, adik kembar saya bahkan belum bangun dari tempat tidurnya. Matahari sudah hampir tinggi, tapi ia masih tergeletak di atas tempat tidur dan sesekali merintih kesakitan. Kado untuknya yang diberikan pacar saya bahkan belum sempat diliat, saya langsung letakkan saja diatas meja di kamar kami.

Rencananya, seperti hari-hari ulang tahun kami terdahulu, biasanya akan ada acara tiup lilin, karena kue pun sudah dibeli. Walaupun tidak pernah diiringi dengan nyanyian, tapi begitu saja saya bahagia. Tapi pagi ini, ritual itu hilang. Hari ulang tahun kami tahun ini diisi dengan berada di Rumah Sakit seharian penuh. Semua orang ikut mengantar adik kembar saya ke Rumah Sakit, kecuali papa.

Terlalu sulit bagi saya menceritakan apa saja yang saya lakukan di Rumah Sakit seharian itu, yang pasti selama di sana perasaan sedih dan takut selalu muncul di pikiran saya. Mungkin kalian tidak percaya, saya pun tidak pernah mengerti kenapa, tapi setiap ada anggota keluarga yang sakit dan sampai harus dibawa ke rumah sakit (mungkin karena keluarga kami tidak pernah ada yang mengalami sakit parah sehingga harus sampai dirawat di Rumah Sakit, kalau ada yang sampai dibawa ke Rumah Sakit pasti itu penyakit parah), rasa semacam ini selalu muncul dan kemudian menjadi nyata. Ketakutan-ketakutan itu.

Saya merasa seperti memiliki insting untuk mengetahui lebih jauh apa yang kiranya akan terjadi, menebak-nebak apa penyakitnya. Rasa seperti ini sudah lama sekali tidak pernah saya rasa sejak 5 tahun lalu. Ketika itu saya bisa menduga dari hanya melihat hasil USG nya, bahwa nenek saya terkena kanker di pankreasnya. Sekadar informasi, saya bukan dokter atau anak IPA dulunya di masa sekolah, yang mengerti kurang lebih tentang hal-hal seperti itu. Rasa itu muncul lagi kini saat di Rumah Sakit, sore itu.

Saya menunggu sampai hasil USG-nya keluar, hari itu sudah hampir maghrib. Seharusnya, malam ini kami berencana makan diluar untuk merayakan ulang tahun kami. Tapi, saya bahkan sudah hampir-hampir tidak memikirkannya lagi hari itu. Ketika suster keluar dari ruangan dan memberikan sebuah map berisi gambar hasil USG dan selembar kertas berisi keterangan tentang gambar tersebut, saya langsung membacanya sampai titik terakhir. Begitu banyak istilah kedokteran yang tertulis di dalam kertas itu dan saya yakin tentu tidak mengerti, tapi satu hal yang saya yakin saat itu, bahwa ketakutan saya tadi pasti menjadi nyata.

Saya membaca ulang kertas itu sampai hampir empat kali, dan kemudian membuka internet dari handphone, dan mulai mencari arti istilah-istilah kedokteran yang saya tidak mengerti dari mesin pencari Google untuk meyakinkan lagi perasaan saya. Setelah cukup puas, saya hanya berdiam dan tidak mau memulai pembicaraan apa-apa. Saya melihat mama sempat berdiskusi dengan suster di depan lab tempat pengambilan darah tadi. Dari raut mukanya saya tahu, dia pun merasa tidak baik.

Di perjalanan pulang, di mobil, tiba-tiba adik kembar saya menangis. Saya takut. Takut ia tahu atau menyadari akan sakit yang di deritanya. Saya lihat mama coba untuk menenangkan dia, tapi dia terus menangis sambil berkata bahwa ia kesal karena papa tidak ada, tidak ikut menemaninya ke Rumah Sakit. Saya tahu pasti papa kemana saat itu, saya hanya sms papa dan minta ia POKOKNYA harus segera datang ke Pizza Hut di kawasan Ujung Menteng, karena kami akan segera kesana. Sehabis saya letakkan handphone kembali ke dalam tas, saya pun tak kuasa menahan tangis.

Saya tahu ini teguran Tuhan. Saya mendadak merasa begitu berdosa. Selama ini Tuhan masih begitu baik kepada saya dan orang-orang yang saya sayangi, walau pun sering-sering saya terlalu sombong dan lupa untuk bersujud menyebut namanya. Mendadak saya menyadari bahwa inilah kuasa Tuhan yang sebenarnya. Di hari ulang tahun kami, semua orang ada, mama, papa, dan adik-adik saya, juga pacar saya. Di hari ulang tahun, kami masih bisa berkumpul. Di hari ulang tahun kami, walaupun papa datang telat, tapi kami masih bisa makan malam bersama walaupun bukan di tempat yang direncanakan sebelumnya. Di hari ulang tahun kami, masih ada kue ulang tahun dan lilin yang dibeli, walaupun sampai hari ini lilin ke 23 itu tidak pernah ditiup.









***


PS: Saya tidak akan menceritakan selengkapnya bagaimana sampai akhirnya dokter mengatakan kepada orang tua saya tentang penyakit adik saya, dan bahwa memang ketakutan saya itu terbukti. Berita yang tadinya kami sembunyikan dari adik kembar saya pun telah ia ketahui dan saya tahu dengan besar hati ia bersedia di Operasi.

Tuhan pun masih mendengar doa saya dan mengabulkannya. Di hari saya mengetahui penyakit adik kembar saya, saya meminta tolong kepada Tuhan untuk hilangkan dulu sakitnya sementara sampai tanggal 12 Mei 2010 tiba. Adik kembar saya sudah sejak dua bulan lalu merencanakan liburan dengan teman-temannya. Ini bukan liburan biasa, setidaknya buat dia, saya tahu itu. Tanggal 12 Mei itu ia akan ke luar negeri dengan uang tabungannya sendiri, saya tahu itu mimpinya. Saya tau bagaimana excited-nya dia membicarakan hal ini dan berharap ini jadi kenyataan. Sempat terucap dari mulut adik kembar saya, mengatakan bahwa ia ikhlas tidak jadi pergi jika memang sakitnya tidak mengizinkan. Mungkin ia ikhlas, tapi saya tidak, tidak ikhlas melihatnya kecewa. Jadi, hari itu dan hari-hari seterusnya saya berbicara kepada Tuhan, mengatakan bahwa mungkin saya egois tapi saya sungguh-sungguh memohon tolong kabulkan dulu mimpinya, biarkan dulu ia rasa bahagia.

Akhirnya, tanggal 5 Mei 2010 lalu dia sudah bisa kembali bekerja dan sakit itu sudah tidak dirasa. Form cutinya pun sudah disetujui atasannya. Tanggal 12 Mei lalu akhirnya ia berangkat juga menjelajah Asia dengan 10 orang temannya, dua diantaranya adalah dokter, jadi saya sedikit lega. Malam ini dia akan sampai lagi di rumah.

Saya hanya berharap sekarang, jika ia nanti memutuskan tanggal operasinya, Tuhan masih mau membantunya, menyelamatkan dia, dan menyehatkannya kembali. Tidak ada alasan sekarang untuk tidak bersyukur kepada Tuhan, bahwa dalam kondisi terburuk sekalipun Tuhan masih tunjukan kuasanya.

Saya mengingat lirik lagu ini ketika subuh itu;

Allah Engkau Dekat Penuh Kasih Sayang
Takkan Pernah Engkau
Biarkan Hamba Mu Menangis
Karna Kemurahan Mu
Karna Kasih Sayang Mu

Hanya Bila Diri Mu
Ingin Nyatakan Cinta
Pada Jiwa Jiwa Yang Rela
Dia Kekasih Mu
Kau Yang Selalu Terjaga
Yang Memberi Segala

Allah Rohman Allah Rohim
Allahu Ya Ghofar Ya Nur Qolbi
Allah Rohman Allah Rohim
Allahu Ya Ghofar Ya Nur Qolbi

Di Setiap Nafas Di Segala Waktu
Semua Bersujud Memuji Memuja Asthma Mu
Kau Yang Selalu Terjaga
Yang Memberi Segala

Setiap Makhluk Bergantung Padamu
dan Bersujud Semesta Untuk Mu
Setiap Wajah Mendamba Cinta-Mu Cahaya-Mu

1 comment:

  1. deuh meii.. deze post maakt me bijna huilen :'( heel mooi geschreven en je schreef het met jouw hart.. Wens jouw zusje altijd gezond en jij ook!

    ReplyDelete