di sana kau yang bercinta
kemudian perlahan buta
yang terbang pada di sayap rama-rama
dan semua warna yang kau anggap surga dunia
menjelma neraka
lalu, kau bertanya
ini dosa siapa
ia yang mendadak hilang
terbius lupa arti setia
ingatlah
iblis juga yang memisahkan
Adam dan Hawa
aku tahu kau ingin menangis
berjalan sendiri pada lorong itu
pada suatu pagi hari
dalam rintik rintik hujan gerimis
dan tak ingin ada orang bertanya kenapa
air mata itu memuai dalam udara
menjelma debu menyesakkan dada
kau belum mati di sana
jika tahu arti cinta yang sebenarnya
laksana terbangnya burung
hanya bisa dijelaskandengan bahasa batu
yang tak berkosa kata
lebih luas dari fajar
lebih dalam dari langit
lebih pasti dari makna
dan sepenuhnya abadi
tanpa diucapkan sama sekal*
dan yang usai sebelum abadi
pasti sangat dirindukan
namun biarkan
kenangan yang akan mengukir
mengabadikan waktu
meski semu
akan terlalu banyak kata
jika harus terucap
lalu nanti menjadi dosa
karena menangis
kehilangan setia
mengadu pada kata-kata
yang kau tahu hampa
lalu nanti kau sadari
sengit matahari
bukan yang menerbitkan debu kemarau
walau terik sampai ke bulu bulu mata
ia yang ciptakan bayangan
dari ufuk hingga petang
untuk menemanimu
aku yang di sini
sendiri
memejam mata
lalu berdoa
semoga yang diharap abadi
menjelma reality
amin.
* Pusi SDD
No comments:
Post a Comment