Bersalah rasanya. Entah sudah berapa lama tak ada satu buku pun yang pernah saya baca lagi kira-kira enam bulan belakangan ini. Kesal sendiri rasanya membayangkan ini, betul, benar-benar kesal! Aktivitas kerja sehari-hari sepertinya yang bikin otak ini gak mampu untuk melahap ratusan kata-kata lagi. Setiap libur yang kepikiran cuma istirahat dan tidur. Alasan gak mutu! Memang. Sebab itu saya sedih dan merasa bersalah. Semoga Tuhan mengampuni saya. :P
Melihat buku-buku yang dibeli ditumpuk begitu saja sampai menggunung di atas meja di dalam kamar, semuanya berdebu, sebagian bahkan masih ada di dalam kantung plastiknya seperti waktu baru dibawa pulang dari toko buku, masih lengkap dengan label harga dan berjejer begitu saja di bawah meja dekat tumpukan kardus-kardus sepatu; BELUM DIBACA SAMA SEKALI.!
***
Saya dan saudara kembar saya, Ena, senang membaca sejak kami kecil sekali rasanya. Mama selalu bilang, dulu waktu usia empat tahun kami sudah bisa lancar membaca tanpa dieja. Kami berdua gak pernah sekolah TK, umur lima tahun udah kelas 1 SD, tes masuknya disuruh baca koran Pos Kota sama kepala sekolahnya, saya masih ingat sekali, karena lancar gak pake ngeja akhirnya kami diterima walaupun umur masih belum cukup katanya. *bangga :D*
Waktu masih kecil dulu, saya masih ingat kami punya rak buku yang penuh sama buku cerita anak-anak yang tipis-tipis, karya-karyanya Hans Christian Andersen, Brothers Grimm, dll. Sampe sekarang walaupun udah sebesar begini kesukaan kami sama dongeng anak-anak gak pernah hilang. Ena, bahkan menulis skripsi nya dulu dengan mengambil tema dari dongeng anak, walaupun yang dibahas mengenai gender. Buku-buku tipis itu dilimpahkan sama sepupu waktu kami SMP, itu disuruh papa, padahal kalau saya pribadi gak pernah rela ngasihnya.
Tau kenapa? Itu buku paling cuma bertahan dua minggu untuk gak dicoret-coretin pensil, akhirnya jadi kertas pembungkus daun-daunan kalau tuh bocah-bocah lagi main masak-masakan. Murka sekali saya rasanya!!! Untung saudara, kalau gak sudah saya jambak-jambak rambutnya karena berani-beraninya merobek-robek harta karun saya yang terpaksa dihibahkan. Bayangin, itu buku kami berdua koleksi berdasakan nomor serinya, berusaha dilengkapi pelan-pelan setiap kami ke toko buku, lebih dari lima tahun buku itu ga pernah ada yang robek, kelipet, atau lecek sekali pun, dan bisa-bisanya cuma jadi sampah dan sekarang jejaknya entah dimana.
Teman-teman waktu di SD dulu juga suka main kerumah untuk pinjem buku, dan kami biasanya langsung cerewet bilang gak boleh lebih dari sehari, gak boleh dilipet, gak boleh rusak, gak boleh basah, gak boleh hilang dan gak boleh-gak boleh yang lainnya. Papa soalnya selalu ngajarin kalau punya buku harus dirawat baik-baik. Jadi buat saya dan Ena, kami punya slogan buat teman-teman kami yang mau pinjam buku;
"LEBIH BAIK PERSAHABATAN YANG RUSAK DARIPADA BUKU GW YANG RUSAK!" Hahahahahhhahaha....
***
Ena, terutama, selalu kalap kalau liat toko buku dengan banner atau spanduk bertuliskan DISKON, Semua buku pengen diborong, terus biasanya kalau udah sampai rumah dengan tentengan-tentengan plastik berisi buku yang biasanya lebih dari tiga setiap beli, saya cuma bisa bilang: "Na, mau ditaro dimana lagi?"
Soalnya rak buku di dalam kamar terlalu kecil dan udah penuh, jadi semua buku-buku baru belum punya tempat yang pantas, belum sempat disampulin plastik juga. Sudah terlalu sering saya dan Ena memikirkan dan berkhayal-khayal punya rak buku yang besar, satu dinding penuh kaya di kamarnya Cia, tapi kamar kami berdua tidak cukup luas.
Kurang lebih seminggu yang lalu, Papa bilang mau bikinin rak buku yang besar untuk di kamar kami berdua, mau gak mau kursi yang ada di kamar harus di keluarin, tapi gak masalah, yang penting punya rak buku baru yang besar. Kemarin pagi-pagi sekali Papa pergi ke toko kayu, begitu sampai dirumah gak lama dibelakangnya ada mobil box yang anter beberapa buah papan. Papa mau bikin sendiri rak bukunya, bukan beli, biar pas ukurannya dengan ruang yang ada di kamar. Eh, jangan salah. Papa saya orangnya kreatif, apa-apa gak selalu harus beli, dia bisa bikin sendiri, Papa kan terampil. Sebelumnya dia sudah uji coba dulu dengan bikin rak buat tempat koleksi DVD-nya di kamar, hasilnya nilai 95 dari saya.
Jadi kemarin dirumah seharian papa sibuk sama papan, gergaji dan paku-paku. Saya sudah gak sabar pengen cepat lihat rak buku yang baru jadi. Minggu depan kan saya menghabiskan cuti selama seminggu, jadi saya sudah punya rencana untuk menyusun buku-buku yang tertumpuk di meja dan masih tergeletak di dalam plastik di lantai.
Saya juga harus berjanji bahwa setelah rak buku barunya jadi nanti, semua buku-buku yang belum dibaca harus diselesaikan sampai tuntas. Jadi buku nya bukan sekadar jadi pajangan saja.
Lagian sudah cukup lama saya gak mengarang-ngarang cerita, gak ketemu inspirasi yang biasa saya temui saat atau setelah saya membaca buku. Saat saya membaca buku, saya sering terlarut sendiri dengan cerita dan latarnya, dan biasanya gak mau berhenti sebelum halaman terakhir dibaca. Setelah itu asik menghayal-hayal cerita sendiri deh.
Jadi, saya harus baca buku lagi. Supaya otak saya bekerja, supaya imajinasi saya lancar berputar, dan inspirasi datang lagi.
No comments:
Post a Comment