Thursday, May 6, 2010

Cerita Aku dan Ia


Kita sering bercerita kan? Aku tepatnya yang sering meminta-minta di dengarkan. Ceritaku, kisahku, dan tentang yang lain-lainnya.
Kita berbagi rasa kan? Rasaku lebih seringnya. Rasa kepada dia, dan dia dia yang lainnya.

Malam-malam terakhir ini terasa begitu berbeda. Kosong dan hampa. Aku begitu sepi lagi, seperti malam-malam terdahulu, saat dia, lelaki yang di seberang lautan itu masih kucinta.

Kali ini aku dilema. Antara hidup dan juga cinta. Aku butuh dirimu, yang biasa jadi tempat berbagi cerita. Walau pun kita tak berjumpa, tak benar-benar menatap mata, tapi pada percakapan-percakapan kita di dunia maya seperti purba dulu, akau sangat yakin engkau mampu tenangkan hatiku.

Ia, yang kini kucinta perlahan pergi. Aku akan sendiri lagi. Tak akan ada yang siap sedia memberikan pundak untuk bersandar, tak akan ada lagi tangan yang menggenggam kala nanti aku resah. Dulu janji nya tak kan ia tinggalkan ku sendiri. Tapi demi masa depan, katanya, ia tak peduli rasaku lagi.
Aku harus bagaimana? Harus kah aku ikut mengejarnya? Lalu, jika nanti kami memang tak dapat bersama, aku tidak ingin menyesali jejak-jejak yang kutinggali.

Ini harusnya jadi cerita yang panjang. Aku dan dia. Kenapa aku jadi sering-sering merasa tak yakin belakangan ini.
Salah kah cerita ini, mungkin?!

No comments:

Post a Comment