Thursday, May 6, 2010

Kadang


Kadang, aku masih merindui percakapan-percakapan kita dulu. Kau dan aku. Saat Juli itu masih kuntum. Kita yang selalu menyapa-nyapa dalam tiap masa. Masih kah kau ingat hari-hari itu dulu? Saat itu kemarau. Sakit hatiku masih samar-samar terasa, perlahan gugur, seperti daun-daun rontok di halaman rumah yang kita suka.

Saat itu kita belum apa-apa. Tapi selalu ada nyaman setiap pada percakapan kita di hari-hari menjelang petang. Kau kan tahu, kala itu, mungkin masih banyak tugas yang harus kuselesaikan, masih ada tenaga yang harus disimpan untuk esok pagi, ketika subuh belum membuka mata. Dan kau... seperti biasa ku tanya "sedang apa?"

Percakapan kita tidak selalu panjang lebar, namun memang aku sering menghabiskan waktu berjam-jam, menungguimu, kapan menyapa. Ada kalanya kita bercerita, ini dan itu, engkau dan aku, tanpa ada arah pasti, senang saja kita berdua mengkhayal-hayali kisah yang kita karang sendiri.

Ini sudah hampir 4 tahun sejak Juli itu. Sudah banyak yang berubah tentu antara kau dan aku. Aku mengingat percakapan kita terakhir di telepon itu, beberapa bulan lalu. Sudah cukup lama juga memang, tapi mimpi kita masih sama. Cerita khayalan kita pun begitu, tak ada yang berubah. Suara dan tawa mu masih sama seperti 4 tahun lalu, ketika petama kali kita saling mendengar nada dari seberang lautan.

Kini, hari-hari kita berbeda. Aku dengannya dan kau pun dengannya. Hmmpphh... Perempuan itu. Ia yang bersama mu sekarang berbeda. Bukan wanita yang dulu selalu kucemburui, yang membuat mataku nanar pertama kali melihat kau dengannya. Sekarang aku pun sudah beberapa kali berganti dengan dia dia yang lainnya. Sudah berbeda.

Kita sekarang punya cerita masing-masing yang sudah hampir tak pernah dibagi. Baru saja aku memikirkan mu yang dulu, kau malah sapa aku di tempat maya kita biasa bertemu. Tapi hanya sedikit kata, kau kemudian menghilang. Kita sudah hampir-hampir kehabisan waktu untuk saling bercerita, bukan?

Kadang-kadang saja aku memikirkan mu. Dulu kau pernah bilang, untuk menghilangkan resahku. Kau bilang jika mungkin suatu hari nanti kita sudah hampir-hampir tak pernah bertegur sapa lagi, tak lagi berbagi kata-kata, bukan berarti kau melupakan aku. Walau kata-kata itu tak nampak lagi, tapi jauh dalam pikiranmu, aku selalu ada. Kita sahabat sejati, bukan, katamu?!


Pada masa ini...
Kadang-kadang saja aku memikirkan mu.

No comments:

Post a Comment