Ini dia satu lagi kawan baik saya yang menikah hari Sabtu (7/5) lalu. Kisah perjalanan cinta mereka lucu. Ayu dan Akbar pacaran sejak kuliah. Mereka dekat sejak Akbar masih kuliah di Surabaya. Saya selalu pengen ketawa ngakak kalau ingat mereka pacaran dulu. Mereka ini pasangan yang jadi korban iklan provider-provider telepon murah. Mengingat pacaran dengan jarak yang cukup jauh, jadi adanya promosi telepon murah sangat mendukung hubungan cinta mereka. hehehe!
Saya ingat suatu malam, dimana saya dan Ayu menginap di rumah Dista sepulang dari menonton Kinan saat menjadi finalis Abang None beberapa tahun lalu. Saat itu sudah tengah malam, saat saya dan Dista sudah bersiap untuk tidur Ayu ternyata masih asik telepon-teleponan dengan Akbar meski matanya sudah separuh tertutup dan ngomongnya lebih persis orang ngelindur. Telepon itu tidak berhenti sampai saya ketiduran. Esok paginya saat saya tanya sampai jam berapa dia telepon Akbar semalam, dengan enteng dia bilang sampai subuh.
Dulu saat Akbar masih di Surabaya saya juga ingat ketika Ayu bercerita bahwa Akbar paling susah dihubungi saat sedang menghadapi ujian di kampus. Pernah hampir seminggu Ayu cuma kerepotan menghubungi Akbar tapi tidak ada jawaban sama sekali. Sampai nangis-nangis cuma karena mengira Akbar mungkin marah. kepada dia Ternyata setiap ada ujian di kampus, Akbar selalu memasukan handphone-nya ke dalam lemari belajarnya, dikunci dan baru dibuka setelah ujian selesai.
Menurut saya dan Shanti, pasangan yang satu ini kalau pacaran suka enak sendiri, kaya alay deh, tapi gak peduli meski diledekin abis-abisan. Kalau mereka sudah telepon-teleponan, rasanya mau ada gempa bumi atau tsunami sekali pun kuping mereka akan tetap nempel ke handphone masing-masing. Karena pasangan ini sama-sama suka dengan Maliq and D' essentials, kalau sudah tidak ada topik pembicaraan di telepon, pasti salah satu dari mereka akan meminta yang lainnya untuk menyanyikan lagu-lagu Maliq. Saya rasa satu album juga dinyanyikan sampai habis. Ampuuuuunnnn deeeh....
Sejak menjelang pernikahan (sejak punya pacar sih tepatnya, hehe!) saya suka beranggapan sendiri Ayu itu seperti raib ditelan bumi, gak pernah kedengaran kabar beritanya. Setiap ada acara kumpul-kumpul dengan teman kuliah dia hampir gak pernah datang. Kalau bukan saya yang proaktif menanyakan kabar dia, pasti ga akan pernah ngabarin duluan.
Kemarin ini, beberapa hari menjelang hari pernikahannya saya sampai bingung ada beberapa orang teman yang mengirimkan saya sms dan bertanya tentang pernikahannya. Jadi gak sih? Di mana? Jam berapa? Lah, kenapa pada nanyain ke saya ya. Saya memang dekat dengan Ayu tapi yang mau nikah ini siapa sih sebenarnya?! Saya saja dan beberapa teman lain yang dikirimi seragam untuk acara pernikahannya tidak pernah dapat kabar yang intens. Sekali lagi saya bilang, saya yang lebih pro aktif bertanya.
Pagi hari tepat di hari H. Jam masih pukul setengah enam pagi, ada sms masuk dari Martha. "Mei, nikahannya ayu tuh kapan ya? dimana? jam berapa?" Saya langsung melek, rasanya jadi gak bisa tidur lagi, padahal semalam saya baru tidur jam satu pagi. Gimana sih nih bocah, pikir saya. Kan acaranya nanti malam. Saya jadi keingat, bahwa rasanya selain berita lewat grup di Blackberry Messenger saya tidak mendapat pengumuman lain mengenai pernikahannya Ayu. Tidak melalui milis tidak juga ada di Facebook. Apa jangan-jangan anak-anak yang tidak punya Blackberry tidak dapat kabar sama sekali.
Saya tahu ini hari H-nya dan Ayu pasti sudah sibuk dari pagi untuk persiapan ini itu, tapi saya pikir daripada tidak saya tanya sama sekali, malah nanti kacau kayanya. Jadi pagi itu setelah saya bangun lagi jam 10 pagi, saya kirim BBM ke Ayu.
"Yu, udah repot ya?"
"Iya. Deg-degan nih!"
"Eh, mau tanya deh. Selain di grup, lo kirim kabar lagi gak sih tentang nikahan lo ke anak-anak. Gw heran deh kok malah pada nanyain nikahan lo ke gw ya? Lo adem-adem aja sih gak kedengeran kabarnya, kawin gak sih sebenernya?!"
"Kabarin kok."
"Di mana? Facebook?"
"Iya."
"Wall ke wall? atau lewat invitation? kalau lewat invitation gw juga gak dapet lho, yu."
"Gw nyuruh adek gw. Gak dapet ya?"
"Rio lupa kali tuh. Gak ada soalnya."
"Duh, terus gimana dong ya enaknya?"
"Sms aja deh."
Karena itu masih pagi, dan acara resepsi dimulai jam tujuh malam, saya rasa meski pun mepet tapi gak ada salahnya untuk mengirim sms ke semua anak-anak. Jadi saya bilang ke Ayu, sms saja mereka. Bagus kalau mereka sudah tahu dari yang lain, tapi juga sekadar sebagai pengingat saja sms itu, siapa tahu masih ada yang belum dapat kabarnya. Ujung-ujungnya Ayu minta saya untuk mengirimkan sms kepada semua teman-teman kuliah. Setelah sms dikirim lumayan banyak yang jadi "protes" ke saya. (Kok saya lagi ya?). Adis langsung kirim BBM, katanya sms saya seperti serangan fajar. Si Koko Ricky juga bilang kenapa mepet banget acaranya. (Hadeeehh, acaranya kagak mepet kali, pemberitahuannya yang mepet karena kesalahan teknis. Dikira si Ayu baru mutusin semalem mau kawin apa?!)
Ya, dari segala lika-liku dan kisah kisruh teman saya yang satu ini, akhirnya mereka jadi nikah juga intinya malam itu. Hehe! Meski akhirnya teman-teman yang datang tidak seramai saat pesta pernikahan Dista yang hanya berjarak satu minggu, acaranya tetap meriah. Buat Ayu dan Akbar, selamat berbahagia!!!
Saya ingat suatu malam, dimana saya dan Ayu menginap di rumah Dista sepulang dari menonton Kinan saat menjadi finalis Abang None beberapa tahun lalu. Saat itu sudah tengah malam, saat saya dan Dista sudah bersiap untuk tidur Ayu ternyata masih asik telepon-teleponan dengan Akbar meski matanya sudah separuh tertutup dan ngomongnya lebih persis orang ngelindur. Telepon itu tidak berhenti sampai saya ketiduran. Esok paginya saat saya tanya sampai jam berapa dia telepon Akbar semalam, dengan enteng dia bilang sampai subuh.
Dulu saat Akbar masih di Surabaya saya juga ingat ketika Ayu bercerita bahwa Akbar paling susah dihubungi saat sedang menghadapi ujian di kampus. Pernah hampir seminggu Ayu cuma kerepotan menghubungi Akbar tapi tidak ada jawaban sama sekali. Sampai nangis-nangis cuma karena mengira Akbar mungkin marah. kepada dia Ternyata setiap ada ujian di kampus, Akbar selalu memasukan handphone-nya ke dalam lemari belajarnya, dikunci dan baru dibuka setelah ujian selesai.
Menurut saya dan Shanti, pasangan yang satu ini kalau pacaran suka enak sendiri, kaya alay deh, tapi gak peduli meski diledekin abis-abisan. Kalau mereka sudah telepon-teleponan, rasanya mau ada gempa bumi atau tsunami sekali pun kuping mereka akan tetap nempel ke handphone masing-masing. Karena pasangan ini sama-sama suka dengan Maliq and D' essentials, kalau sudah tidak ada topik pembicaraan di telepon, pasti salah satu dari mereka akan meminta yang lainnya untuk menyanyikan lagu-lagu Maliq. Saya rasa satu album juga dinyanyikan sampai habis. Ampuuuuunnnn deeeh....
Sejak menjelang pernikahan (sejak punya pacar sih tepatnya, hehe!) saya suka beranggapan sendiri Ayu itu seperti raib ditelan bumi, gak pernah kedengaran kabar beritanya. Setiap ada acara kumpul-kumpul dengan teman kuliah dia hampir gak pernah datang. Kalau bukan saya yang proaktif menanyakan kabar dia, pasti ga akan pernah ngabarin duluan.
Kemarin ini, beberapa hari menjelang hari pernikahannya saya sampai bingung ada beberapa orang teman yang mengirimkan saya sms dan bertanya tentang pernikahannya. Jadi gak sih? Di mana? Jam berapa? Lah, kenapa pada nanyain ke saya ya. Saya memang dekat dengan Ayu tapi yang mau nikah ini siapa sih sebenarnya?! Saya saja dan beberapa teman lain yang dikirimi seragam untuk acara pernikahannya tidak pernah dapat kabar yang intens. Sekali lagi saya bilang, saya yang lebih pro aktif bertanya.
Pagi hari tepat di hari H. Jam masih pukul setengah enam pagi, ada sms masuk dari Martha. "Mei, nikahannya ayu tuh kapan ya? dimana? jam berapa?" Saya langsung melek, rasanya jadi gak bisa tidur lagi, padahal semalam saya baru tidur jam satu pagi. Gimana sih nih bocah, pikir saya. Kan acaranya nanti malam. Saya jadi keingat, bahwa rasanya selain berita lewat grup di Blackberry Messenger saya tidak mendapat pengumuman lain mengenai pernikahannya Ayu. Tidak melalui milis tidak juga ada di Facebook. Apa jangan-jangan anak-anak yang tidak punya Blackberry tidak dapat kabar sama sekali.
Saya tahu ini hari H-nya dan Ayu pasti sudah sibuk dari pagi untuk persiapan ini itu, tapi saya pikir daripada tidak saya tanya sama sekali, malah nanti kacau kayanya. Jadi pagi itu setelah saya bangun lagi jam 10 pagi, saya kirim BBM ke Ayu.
"Yu, udah repot ya?"
"Iya. Deg-degan nih!"
"Eh, mau tanya deh. Selain di grup, lo kirim kabar lagi gak sih tentang nikahan lo ke anak-anak. Gw heran deh kok malah pada nanyain nikahan lo ke gw ya? Lo adem-adem aja sih gak kedengeran kabarnya, kawin gak sih sebenernya?!"
"Kabarin kok."
"Di mana? Facebook?"
"Iya."
"Wall ke wall? atau lewat invitation? kalau lewat invitation gw juga gak dapet lho, yu."
"Gw nyuruh adek gw. Gak dapet ya?"
"Rio lupa kali tuh. Gak ada soalnya."
"Duh, terus gimana dong ya enaknya?"
"Sms aja deh."
Karena itu masih pagi, dan acara resepsi dimulai jam tujuh malam, saya rasa meski pun mepet tapi gak ada salahnya untuk mengirim sms ke semua anak-anak. Jadi saya bilang ke Ayu, sms saja mereka. Bagus kalau mereka sudah tahu dari yang lain, tapi juga sekadar sebagai pengingat saja sms itu, siapa tahu masih ada yang belum dapat kabarnya. Ujung-ujungnya Ayu minta saya untuk mengirimkan sms kepada semua teman-teman kuliah. Setelah sms dikirim lumayan banyak yang jadi "protes" ke saya. (Kok saya lagi ya?). Adis langsung kirim BBM, katanya sms saya seperti serangan fajar. Si Koko Ricky juga bilang kenapa mepet banget acaranya. (Hadeeehh, acaranya kagak mepet kali, pemberitahuannya yang mepet karena kesalahan teknis. Dikira si Ayu baru mutusin semalem mau kawin apa?!)
Ya, dari segala lika-liku dan kisah kisruh teman saya yang satu ini, akhirnya mereka jadi nikah juga intinya malam itu. Hehe! Meski akhirnya teman-teman yang datang tidak seramai saat pesta pernikahan Dista yang hanya berjarak satu minggu, acaranya tetap meriah. Buat Ayu dan Akbar, selamat berbahagia!!!
oh gitu toh ceritanya...Gw juga sangat terkaget-kaget dengan beritanya..hahaha
ReplyDelete