Monday, May 9, 2011

Mei Yang Ditunggu

"Dalam kalender di kamarku, Mei, hanya ada bulanmu." Sungguhkah yang kau tunggu hanya Mei? Sadarkah purnama hampir luruh? Dan bagimu seolah tak ada yang ditunggu. Semua pagi dengan aroma yang sama dan setiap senja hanya memori.

Apa karena pada kalender di dalam kamarmu itu hanya terpampang satu bulan yang sama, -Mei-, hingga kau mungkin tak lagi peka mana pagi yang berbeda. Ketika malam ganti usia. Ketika subuh lahir kembali, mengetuk pintu dari rahim langit yang ungu. Hinggap padamu segala kebas, menjelma.

Aku bersiap diri. Menanti di ujung pagi. Ketika pipiku rona mentari. Selendang pelangi bahuku. Bernafas embun bibir yang kau kecup dulu rekah bunga melati. Tapi kau tak jua hinggap dan jemput pagi.

Sia-sia Mei kan lalu. Kau tak kunjung tiba pada ingatan yang pernah kita mesrai dulu. Penantian lantas senyap. Hilang dalam hujan yang turun meluruhkan segala jingga.

Tutuplah segala pintu. Sudahlah, kau sudah lupa.



Bekasi, 7 Mei 2011
06:10



No comments:

Post a Comment