Kadang dalam sebuah perjalanan panjang kita ingin bersiap. Ketika itu mungkin kau ingin membawa  semuanya sebagai bekal. Mengingat perjalanan yang akan kau lalui entah seberapa  jauhnya. Kau ingin membungkus segala kenangan dengan kain lebar yang biru,  melipatnya rapih, rapat lalu kau kunci dalam koper. Yang tersisa mungkin masih bisa  kau selipkan di saku atau kantung celanamu.
Berdiri di peron menanti kereta, yang derunya selalu mengingatkan pada masa lalu. Terkadang menjemput  sekaligus menjauhimu. Dengan desau angin sore yang kau bisa baca gelisahnya. Dan  semburat jingganya senja. Semua orang menanti sama sepertimu. Mungkin sebagian  mereka menerka bagaimana rasa perjalanan nanti.
 Tidakkah kau lihat aku  selalu duduk di sudut stasiun? Menanti kereta yang datang membawa kenangan. Memandang lalu  lalang petualang-petualang hidup itu. Kadang juga aku menantikan kedatangan  seseorang. Aku masih saja mencari kereta yang tepat datang menjemputku.
Namun kadang dalam  perjalanan mesti ada rasanya yang perlu ditinggalkan, agar bebanmu tak terlalu berat menunggang bahu.  Lantas kuputuskan melepas beberapa kenangan untuk ditinggalkan. Melepasnya  seperti kupu-kupu. Mereka akan terbang untuk hinggap mencari rumahnya sendiri.  Mungkin tersangkut di pepohonan, atau pada bunga ilalang yang bentuknya seperti sikat botol  itu. Atau suatu hari nanti, di suatu pagi, saat kau buka pintu ia bertamu di  terasmu.

 
No comments:
Post a Comment