Wednesday, May 25, 2011

Jogja's Story: Sugeng Tindak

Hari ini hari ketiga saya di Jogja, siang ini sudah harus kembali ke Jakarta. Waktu yang tersisa untuk jalan-jalan tidak banyak, jadi pagi ini tujuan saya dan Mbak Nova hanya ke Candi Prambanan. Seperti kemarin, pagi ini jam setengah tujuh pagi Suci sudah sampai di penginapan. Kami pergi sarapan bubur ayam dulu di dekat perempatan Kantor Pos besar itu. Tiga porsi bubur ayam plus dengan teh manis cuma Rp 15.000, harga segitu rasanya tidak mungkin di dapat kalau makan di Jakarta.

Selesai sarapan kami berjalan kaki sampai halte Trans Jogja di depan Taman Pintar, dekat benteng Vredeburg. Perjalanan kurang lebih satu jam menuju Terminal Prambanan. Karena hari Senin pengunjung di Candi tidak terlalu ramai. Sebelumnya saya belum pernah mengunjungi Candi Prambanan sama sekali. Saya sering melihatnya dari luar pagar saja jika sedang berkunjung ke Jogja atau menuju Solo dari arah Jogja.



Sejak gempa bumi yang mengguncang Jogja di tahun 2006 lalu, ternyata pemugaran di Candi Prambanan masih berlangsung sampai sekarang. Jujur saya kaget sekali. Ternyata mengembalikan batu-batu yang jatuh atau retak karena gempa bumi itu membutuhkan waktu yang begitu lama. Masih banyak terdapat tukang bangunan di area candi, tiang-tiang pancang juga masih terpasang di banyak tempat, beberapa candi bahkan tidak bisa dimasuki karena masih dalam perbaikan. Kurang lebih satu jam setengah kami bertiga berada di sana, setelah puas berkeliling kami langsung kembali menuju penginapan. 

Barang-barang bawaan saya dan Mbak Nova sudah dipacking sejak semalam jadi begitu sampai kami bersih-bersih sebentar dan langsung check out dari penginapan. Saya memesan taxi untuk ke bandara. Suci tadinya akan mengantar kami hingga ke sana dan akan langsung balik ke Borobudur, namun di tengah jalan ia minta turun di dekat tempat kosnya dan tidak jadi mengantar hingga bandara. 

Perjalanan di hari ketiga kami begitu singkat. Namun Jogja dengan segala keramah-tamahan penduduk dan kentalnya budaya yang terasa, membuat saya selalu rindu untuk datang kembali.



Walau kini kau t’lah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi
(Jogjakarta - KLA Project) 




The Untold Story

- Saat di Candi Prambanan ada seorang tour guide yang sedang membawa sepasang turis kakek dan nenek, saya kira awalnya mereka berbahasa Belanda, tapi ternyata turis tersebut orang Swiss dan berbahasa Jerman. Karena sering kali berpapasan, saat di salah satu candi akhirnya saya jadi ngobrol dengan tour guide-nya, dia ternyata juga bisa berbahasa Belanda dan pernah mendapat semcam summer course khusus tentang budaya selama dua bulan di Rotterdam. Ketika tahu saya bekas mahasiswa Sastra Belanda lantas saja dia merubah bahasanya dalam percakapan kami. Namun yang membuat saya takjub adalah, kok saya rasanya masih lancar mengerti dan berbicara dalam bahasa kumpeni itu ya, hahahaha! :P

No comments:

Post a Comment