Friday, July 16, 2010

The Words is My World


"Saya selalu ingin menulis. Tidak perlu punya title pekerjaan sebagai penulis. Saya hanya ingin menulis, memikirkan apa yang ingin saya tulis dan aku sungguh-sungguh menulis. Dengan itu saya sudah cukup bangga menyebut diri saya penulis, walaupun orang lain tidak melihatnya."

Memang terdengar begitu bijak rasanya. Awalnya saya berpikir begitu. Dulu. Saat saya selalu ditolak oleh perusahaan-perusahaan media cetak.

Tapi... saya ingin menjadi penulis!!! Punya title pekerjaan sebagai penulis, editor majalah, wartawan, atau pokoknya yang berhubungan dengan jurnalistik dan dunia tulis menulis!!! Ini cita-cita dan saya hanya ingin terwujud. Sekali saja saya ingin merasakan. Alasan konyolnya, saya tidak mau nanti jika mati lalu saya menjadi arwah penasaran yang ingin reinkarnasi terus-menerus hanya untuk menjadi penulis besar atau seorang sastrwan hanya karena cita-cita saya yang tidak terwujud.
Saya tidak muluk-muluk kok, saya hanya ingin bekerja ditempat semacam itu.


Keinginan saya untuk terus menulis dan bekerja di bidang media massa sudah ada sejak dibangku kuliah. Sudah dua kali saya pindah kerja dan dua-duanya sama sekali tidak bersentuhan dengan bidang media, jurnalistik, atau tulis menulis. Dulu awal lulus dari universitas pekerjaan yang saya lamar selalu di bidang itu. Saya mengirimkan lamaran ke majalah, koran, televisi, semua yang saya tahu pasti berhubungan dengan dunia jurnalistik. Tapi mungkin inilah yang disebut belum nasibnya, semua selalu putus ditengah jalan. Saya bahkan sampai putus asa dan menyerah kalau memang itu bukan jalannya, ya sudahlah.

Pekerjaan pertama yang saya dapat justru bergerak di bidang perhotelan dan pekerjaan yang sekarang adalah bidang yang dari dulu sebetulnya tak pernah saya sukai, marketing. Ini mungkin jalannya Tuhan, aku sendiri tidak mengerti kenapa.

Rasa iri selalu muncul saat aku berkumpul dengan teman-teman kuliah dulu yang sekarang bekerja sebagai wartawan di televisi, di media online, di majalah. SAYA MAU!!!! Dulu, ada teman kuliah yang juga ingin sekali bekerja sebagai wartawan, sudah berkali-kali mencoba tidak pernah berhasil tapi sekitar hampir setahun lalu mungkin, dia akhirnya berhasil dapat pekerjaan sebagai wartawan di majalah anak. Memang cuma majalah anak, tapi tetap saja judulnya wartawan. Dan cita-citanya terkabul. Lalu saya?

Kadang ditengah rasa depresi yang melanda ini, saya selalu membesarkan hati sendiri. "Sudahlah mei, mungkin memang bukan takdirnya kamu untuk bekerja pada bidang itu, mungkin memang Tuhan punya rencana lain, mungkin begini dan mungkin begitu. Toh, kamu tetap menulis, walaupun hanya dituliskan di dalam blog pribadi."

Untuk sesaat saya bisa merasa puas saja. Toh, kenyataannya saya tetap produktif untuk menghasilkan tulisan yang untuk dibaca diri saya sendiri, menjadi kepuasaan batin tersendiri, dan selalu senang sekali jika ada yang mau membaca atau mengomentari, dipuji atau dimaki.

Menulis bagi saya adalah kepuasaan. Kata-kata adalah cinta dan hidup saya. Sama seperti musik, yang ingin saya dengar, saya lantunkan, saya pikirkan setiap hari. Menulis itu jiwa, yang terus berdenyut dalam nadi saya, bergema setiap hari dalam telinga-telinga saya.

Salah satu hal kenapa saya ingin sekali bekerja di bidang ini adalah adanya sesuatu yang akan "memaksa" saya untuk tetap menulis, yang memaksa otak saya terus berfikir, menggali kata-kata agar lebih kaya. Walaupun terkadang paksaan menjadi terasa berat, pada akhirnya saya akan merasa puas, karena dari paksaan itu saya tetap berhasil menulis.

Saya merupakan orang yang punya penyakit malas kronis.Kalau malas saya sudah kumat bisa-bisa dua abad saya malas untuk berfikir dan menulis. Rasa ingin tetap ada, namun gerakan tangan untuk mulai memulai kata pertama atau reaksi otak untuk memikirkan kata berikutnya terhambat rasa malas yang sudah akut itu.

Itulah sebabnya. Saya tidak ingin penyakit malas ini terus-terusan kambuh. Sekarang saya sudah lulus kuliah, sudah tidak ada lagi tugas-tugas membuat laporan, membuat cerita, atau apa pun. Kalau begini siapa lagi yang bisa memaksa saya untuk menulis jika bukan diri saya sendiri yang mendorong untuk tetap berproduksi. Dulu, ada dosen yang siap ngomelin atau kalau tidak mau repot tinggal kasih nilai buruk. Kalau saya bisa bekerja dibidang tulis menulis, saya akan menulis, pasti! Dipaksa atau tidak, saya pasti menulis. Saya hanya tidak ingin berhenti menulis. Saya harus terus mencari inspirasi, dari pribadi, kisah masa lalu, yang kini, kisah-kisah teman atau ngarang sendiri. Dan masa-masa seperti ini, masa-masa saat depresi saya kumat lagi. Keinginan saya menjadi seperti orang gila, saya sakau! Dada saya sesak, pikiran saya hanya kepda kata-kata, saya menulis, memikirkan apa saja yang bisa saya tulis, saya kerasukan membaca buku agar menemui inspirasi.

Saya ingin dapat pekerjaan itu! Saya kembali mengumpulkan alamat-alamat redaksi majalah. Saya akan kirimkan lamaran lagi. Bahkan beberapa hari lalu saya berfikir untuk berhenti kerja dari tempat yang sekarang lalu fokus memulai kembali seperti baru lulus kuliah dulu, mengumpulkan semua lowongan di media, kemudian mengirimkannya, menunggu ada panggilan, interview, dan pada akhirnya saya ingin berteriak I GOT IT!!!!!



Tuhan, yang maha mendengar setiap doa, berikanlah aku kesempatan. Sekali saja, aku mohon. Bagaimana pun caranya kau membimbingku ke arah sana, berikanlah jalannya. Kau yang maha tahu, kau tahu apa yang aku inginkan, seberapa bersungguh-sungguhnya aku. Aku tidak bisa berhenti memikirkannya, kau tahu, setiap hari, setiap aku membaca, setiap aku mengingat teman-temanku itu, bahkan saat bangun tidur aku terkadang ingat untuk menulis, di dalam busway sekali pun. Kau tahu Tuhan, aku ingin. Maka, kumoho mudahkan lah, jauhi rintangannya, dan buat hatiku untuk terus berusaha mencoba. Kabulkan lah.

2 comments:

  1. Journalist Development Program Metro TV yg ke 6 lagi buka tuh mei :)

    ReplyDelete
  2. yup, i know, udah ketelatan ga sih baru mau ikutan sekarang, hehehe...

    ReplyDelete