Friday, July 16, 2010

Hujan, selalu cerita tentang kamu


Pagi ini mendung. Gerimis mengiring perjalanan pagi ini ke kantor. Aku membaca pesanmu, ia. Aku ragu apa yang aku rasa. Tapi mengapa ada sedih melintas dalam hati ini. Hujan gerimis semakin deras, di ujung jalan aku masih bisa melihat kabut, padahal ini sudah setengah tujuh lewat.

Hujan lagi, suasana begini yang selalu mendatangkan inspirasi padaku. Aku sulit menjelaskannya, jika kalian pun yang membaca tulisan ini mampu mengerti, aku salut. Hujan selalu membawa dan mengingatkanku pada kata-kata, sastra, imajinasi dan sakit hati. Semua tulisan dan puisiku tidak pernah tentang rasa ceria atau bahagia yang melimpah. Hujan selalu tentang ia, tentang kamu, sakit hati dan cintaku pada kata-kata.

Seorang kawan pernah menyadarinya. Ia, aku kira, sudah sering membaca tulisan dan puisiku. Sehingga ia mampu bilang "ga pernah jauh-jauh tulisan lo dari hujan, gerimis, dan mendung. Kenapa selalu tentang kesedihan?"

Ya, aku hanya bisa menulis di saat suasana yang sedih-mellow. Saaat bahagia datang aku bisa menjamin tak mampu satu puisi pun tercipta. Aku ketika suatu masa berfikir, apakah aku harus terus hidup dengan kesedihan dan sakit hati bertahun-tahun atau mungkin jika keinginan menulisku tidak pernah (aku tidak ingin) berhenti, maka harus bersedih-sedih hati sampai mati. Oh Tuhan, tidak! Tapi inilah aku.

Inspirasi yang datang padaku untuk membuatku mampu merangkai ratusan kata atau mencipta puisi hanya bisa datang dengan cara itu. Aku menyadari sejak tiga tahun lalu. Dengan hujan, sedih dan sakit hati dan ketika aku membaca buku, hanaya dengan itu inspirasi datang melimpah ruah. Bisa dalam sekejap aku merasa harus menulis tentang ini, tentang itu dan tentang ini dan itu lagi.

Hujan, mendung, ia ,semuanya bisa tercampur baur jadi satu dalam ruang pikiranku dan mendadak rasanya ribuan kata ingin terlahir dalam goresan. Suasana begini yang selalu aku cari untuk menulis. Aku tidak bisa menahan lebih lama lagi. Pagi ini, begitu mendapat tempat duduk di busway, aku langsung menuliskan isi pikiranku pada notes di telepon genggam. Nanti jika sudah di depan komputer dan ada waktu luang baru aku publish-kan di dalam blog.

Yang kerap kali membuat aku kesal adalah tidak adanya waktu luang untuk melakukan itu, untuk memasukan semua tulisan-tulisanku ke dalam blog. Sehingga sering semua tulisan itu tertunda untuk di publish. Itu belum seberapa dibanding beberapa tahun lalu, ketika hampir dua tahun blog-ku mati suri.

Tapi hujan, selalu membawaku pada cerita dan kisah yang sama. Hujan dengan komposisinya yang berulang dan hujan selalu tentang kamu.

2 comments:

  1. Aku sangat mencintai senja sejak dulu...
    tapi entah mengapa kini aku juga mencintai hujan dan gerimis...

    Tulisannya indah

    ReplyDelete
  2. Terima kasih, Perempuan Langit.:)
    Hujan terlalu indah buatku, lahir dari rahim langit juga kan. Maka cintailah..

    salam kenal dan terima kasih telah mampir.

    ReplyDelete