Merinai gerimis di sembab pagi. Jatuh di kelopak matamu. Bulir menari di pipimu. Mengapa airmata rasanya dingin kali ini? Dan halimun yang pekat abu-abu mengantar asa yang putus akan datangnya cahaya.
Retak berderak hatimu dalam tanya yang tak habis-habisnya. Pintu mana lagi yang ia kunci? Merabalah kau dalam remang matanya.
Apa yang kau temukan di luar jendela hanya kabut yang makin gelap dan menyamarkan jalan. Tak ada kunci.
Di hatimu berdenting-denting sepi.
Jakarta, 28 Juni, 2011
06.15
No comments:
Post a Comment