Wednesday, July 27, 2011

Damn, Indonesia!!!

Ini yang kadang-kadang membuat saya kesal menjadi warga negara Indonesia. Kalau ada sesuatu yang gak becus, gak profesional, yang apa-apa perlu disogok duit dulu, pasti orang sering bilang: "Yah, namanya juga orang Indonesia." Iya, namanya juga orang Indonesia. Memang kebanyakan yang gak becusnya!!!

Kekesalan saya siang ini datang dari orang-orang Indonesia (inget tuh, orang Indonesia) yang bekerja di Kedutaan Besar Inggris di Jakarta. Masih tentang Matt, pacar teman saya, Anda, yang sedang koma di sebuah rumah sakit di Bali. Pagi ini kabar terbaru yang saya dapat adalah Matt direncanakan akan dievakuasi ke Perth, Australia, untuk mendapatkan penanganan medis yang lebih baik. Masalahnya adalah Matt tidak bisa segera dipindahkan kesana karena passport-nya masih berada di Kedutaan Besar China di Jakarta. Matt memang seharusnya pindah ke China bulan ini. Dia diterima sebagai guru di sebuah sekolah di sana. Mungkin banyak dokumen-dokumen dia yang masih berada di Kedutaan Besar China dikarenakan pengurusan kepindahannya, salah satunya adalah passport-nya.

Saya iseng sebetulnya, iseng yang saya kira mungkin bisa membantu nanti (meskipun saya yakin hal ini pasti sudah keluarga Matt dan Anda lakukan juga). Saya berusaha mengontak Kedutaan Besar Inggris dan menceritakan perihal ini. Saya ingin tahu bagaimana nanti informasi yang saya dapat, apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu, warga negara mereka kan sedang butuh bantuan dan keadaanya mendesak. 

Saya mencari nomor telepon Kedutaan Inggris di internet dan menemukan website resminya. Di sana dicantumkan nomor telepon konsulat yang bisa dihubungi, namun di bagian bawah tercantum nomor telepon untuk hal-hal mendesak dan darurat. Jadi saya putar nomor tersebut. Belum ada dua kali deringan, teleponnya langsung diangkat. Dalam hati saya sempat mengucap syukur. Tapi kekesalan saya mulai muncul saat saya baru setengah bercerita, mencoba menjelaskan keadaan Matt, perempuan di seberang itu langsung memotong omongan saya dan meminta saya langsung menelpon ke bagian konsulat. Dan klik, telepon ditutup.

Sial, dalam hati saya. Katanya itu line khusus untuk keadaan medesak dan darurat. Bagaimana itu orang mau tahu masalahnya darurat kalau belum selesai sudah dioper dan ditutup teleponnya. Saya gak mau kesal lama-lama, jadi saya langsung putar nomor telepon konsulatnya. Hampir delapan kali saya memutar nomor tersebut tapi tidak ada jawaban. Lalu saya ngeh, di website itu ditulis jam operasional adalah jam 08.00-12.00 dan 14.00-16.30. Saya lihat jam di komputer saya baru menunjukan jam 13.27. Masih setengah jam lebih lagi saya harus menunggu kalau begitu. Saya mencoba menelpon lagi ke nomor emergency tersebut, tiga kali, dan tak ada jawaban.

Ketika jam tepat menunjukan pukul dua, saya langsung memutar nomor konsulat lagi. Langsung diangkat. Kurang lebih sama. Saya baru separuh cerita, perempuan yang bernama Nilna tersebut bilang, "Langsung saja telepon konsulat yang di Bali. Mereka tadi sudah cerita. Telepon ke sana saja, mereka lebih punya banyak info."

Sumpah, nyebelin! Oke. Saya sempat berfikir saat perempuan itu bilang "mereka tadi sudah cerita," mungkin berita tentang Matt itu sudah sampai juga di Kedutaan Besar Inggris di Jakarta. Anda memang sempat bilang di grup tadi pagi bahwa dia perlu untuk menelpon ke Kedutaan, tapi saya sendiri tidak tahu apakah yang ditelepon oleh anda itu Kedutaan Inggris atau Kedutaan China. Tapi coba deh bayangkan, seandainya ada orang lain yang bernasib serupa dengan Matt atau katakanlah cerita saya yang ternyata berbeda dengan yang perempuan itu anggap, apa nasibnya?!

Orang-orang itu mungkin merasa tidak berkepentingan, gak mau repot, merasa bukan urusan mereka, merasa hal ini bukan bagian dari pekerjaan yang mereka harus lakukan, sehingga bersikap seperti itu. Tapi seharusnya, setidaknya, mereka mendengar dahulu. Tidak memotong begitu saja, mengoper telepon dan mematikan teleponnya.

Saya tidak lagi mencoba menelpon konsulat yang ada di Bali. Rasa kesal saya tadi siang sudah di ubun-ubun. Saya yakin pasti pihak keluarga Matt atau Anda juga sudah melakukan hal yang sama seperti yang saya lakukan. Saya bisa membayangkan bagaimana kesalnya mereka, orang-orang yang secara langsung dekat dengan Matt, jika diperlakukan seperti saya tadi.

Seperti teman saya, Oneng, bilang tadi siang di BBM, "gw bingung, Mei, tapi ga tau mesti ngapain." Sama, saya juga!


pic from here

2 comments:

  1. aku sering nerima perlakuan spt ini waktu msh ngejar berita di lapangan.

    memang harus super sabar.

    seorang teman dari Eropa yg pernah hrs terpaksa menyogok dlm suatu kejadian yg menimpa dirinya bhkn pernah terang2an menghina bangsa kita di depanku, sampai aku membentak dia krn mrs tersinggung.

    meskipun dlm hati sih membenarkan.

    memang dilematis :)

    ReplyDelete
  2. iya, Mbak Enno...
    Butuh kesabaran tingkat dewa ngadepin orang-orang begitu.

    ReplyDelete