Friday, July 1, 2011

Pada Bulir Yang Jatuh

:untuk kalian


Pernah, dikirimkan padaku sebuah rasa yang menerbitkan musim semi. Dikirimkan seperti misteri. Ajaib seperti serbuk-serbuk peri. Berkilauan dan menyenangkan. Seperti juga kumparan di dalam hati, menggulung setiap detiknya, makin besar makin erat, mengikat aku pada cinta yang tidak pernah dimengerti datangnya.
 
Tapi seperti kita tahu, dalam perjalanan ada kalanya cuaca tak bersahabat. Mengirimkan mendung yang tak habis-habis membuat jalan abu-abu. Amuk angin yang merontokkan helai-helai daun hati. Nyanyian burung berubah menjadi pekik memekakkan telinga. Hatiku. Siangku menjelma sahara yang tandus dan malam dengan hantu-hantu gentayangan. 

Kau tahu, dalam kisah ada saja arah yang tidak pernah bisa diduga kemana akan membawa kita. Kerap aku sesat dalam kabut yang lindap dan kehilangan kompas. Sebab rasa yang datang begitu samar hampir-hampir tak ada cahaya terang. Dan aku tidak ingin terus buta dalam arah yang tak pernah pasti, jadi kuputuskan mengambil jalan memutar. Kurelakan begitu banyak rasa. Menjemput kesakitan-kesakitan. Pedih yang kusimpan sendiri dan tak ingin aku peduli lagi.

Meninggalkan jalan yang dari awal kita jajaki bersama, menikmati memandang bunga-bunga yang mekar di bukit-bukit hati, lalu tiba-tiba aku harus sendiri, memang rasanya menyakitkan. Sendiri dan sepi. Tapi jalan memutar yang panjang itu akhirnya membawa tujuan, pada cahaya terang. Yang jelas bersinar dan menghangatkan. Mengantar pada tujuan yang kutunggu-tunggu.

Jadi, jika telah kusampai pada tujuan, pasti kuceritakan tentang perjalanan-perjalanan yang telah kulalui. Dengan kejujuran luar biasa, agar kalian mengerti. Bahwa segala yang telah kurelakan dibelakang, mengantarkanku pada bahagia yang kuharap juga singgah untuk kalian. Jadi jangan sembunyikan cerita, yang mungkin aku lewati selama perjalanan itu. Sebab aku pasti baik-baik saja.



Jakarta, 30 Juni, 2011

No comments:

Post a Comment