Dia membuat topeng dengan ribuan kata. Merangkai kata-kata, lincah jemarinya, gemulai lenggak lenggok pena di atas kertas kosong. Dia bebas membuat apa saja dengan imajinasinya. Diksi-diksi yang indah dan sempurna. Harus sempurna! Sebab nanti akan banyak orang yang melihatnya. Membacanya. Jika ada saja ukiran yang kurang halus dari kata-kata yang kurang pas, coreng lah pasti mukanya.
Dia membuat topeng dari tingkah laku. Yang sopan, yang anggun, yang mempesona. Dan baik, tentu saja. Harus baik! Boleh lah sedikit nakal, baginya. Hmmm, bukan, bukan nakal. Unik. Berbeda. Iya, begitu rasanya (mungkin). Sebab berbeda itu akan menjadikannya istimewa. Orang-orang akan melihatnya dengan "wow."
Dia membuat topeng dari lagu-lagu dan puisi. Membuat hati dan telinga larut dengan melodinya. Merdu, syahdu, menyenangkan. Harus menyenangkan! Sebab yang menyenangkan selalu dianggap membuat bahagia orang. Orang-orang menganggapnya begitu. Dia juga harus membangun citra.
Dia membuat topeng dari gurat wajah keluarga bahagia. Kemapanan. Suami yang cinta kasih. Anak-anak lucu yang penuh cerita dan bakat luar biasa. Ia pun menjelma ibu yang baik hati. Setia.
Dia membuat topeng-topeng dengan ukiran istimewa, yang indah, yang menyenangkan, yang penuh gurat kebahagiaan.
Dia membuat topeng-topeng untuk dipakai di wajahnya sendiri. Mayang berselendang. Topeng yang sempurna.
Lacur!
Jakarta, Juli 2011
pic from here |
No comments:
Post a Comment