Pernah ada lelaki yang mengatakan saya seorang yang boros karena terlalu sering membeli buku. Padahal seingat saya rasanya saya tidak pernah kehabisan uang untuk hal lain hanya karena membeli buku. Semenjak bekerja dua setengah tahun yang lalu saya tidak pernah lagi saya meminta uang kepada orangtua saya untuk membeli baju, membeli buku, membeli sepatu, jalan-jalan, atau sekadar ongkos pulang pergi dari rumah ke kantor. Dengan gaji yang saya dapat, sejauh ini masih bisa saya sisihkan sebagian untuk ditabung setiap bulannya. Saya masih tidak mengerti sampai sekarang dimana letak borosnya. Apa saya pernah meminta-minta hanya karena kehabisan uang yang disebabkan membeli buku? Rasanya tidak.
Saya masih ingat sekali, lelaki itu pernah bertanya dan saya tertawa ngakak mendengarnya, waktu itu bapak saya baru selesai membuat sebuah lemari buku, khusus untuk diletakan di dalam kamar saya saat itu saya sedang merapihkan buku-buku untuk disusun kembali, "Itu yang fotokopian buku juga? Ga ada yang mau dibuang apa? Kan udah pernah dibaca, menuh-menuhin aja, masa baru punya lemari langsung penuh lagi. Terus nanti beli buku lagi, sama aja bohong dong ga ada tempatnya lagi." Fotokopian itu adalah buku-buku cerita anak berbahasa belanda yang saya copy waktu kuliah dulu. Walaupun sudah pernah dibaca, rasanya haram bagi saya untuk membuang buku. Kalaupun harus disingkirkan artinya akan saya berikan kepada orang lain yang jelas akan merawat buku itu, setidaknya membacanya, bukan dibuang, masuk ke tong sampah lalu tidak tahu bagaimana nanti nasib buku-buku itu.
Lelaki itu pernah marah dan tidak mau saya ajak pergi ke toko buku. Pernah memang dia akhirnya menemani saya ke toko buku tapi setelah sampai di sana dia yang memburu-buru saya untuk segera keluar. Sarannya, kalau datang ke toko buku, langsung saja pilih buku yang mau dibeli kemudian bayar. Selesai. Tidak perlu berjam-jam muter-muter di sana melihat-lihat buku yang tidak dibeli pun akhirnya. Saya jadi bertanya, apa jangan-jangan ada orang yang phobia dengan toko buku, ya?!
Ada pun lelaki itu cemburu dan kesal jika saya menghabiskan waktu di rumah untuk membaca buku. Walaupun saya duduk di sampingnya saat membaca. Katanya saya tidak perhatian kepadanya, saat dia ada di sisi saya kenapa saya lebih senang melekatkan mata pada kata-kata di dalam buku. Lelaki yang kerapnya melarang saya tidur larut karena membaca buku atau menulis, kadang-kadang. Sehingga saya sering pura-pura sudah tidur, tidak membalas sms-nya, padahal saya asik membaca atau menulis. I am writer and reader in solitude.
Beberapa minggu lalu saya putus dengan lelaki ini. Saat saya bekerja ternyata dia datang ke rumah menemui ibu bapak saya, membicarakan hubungan kami. Beberapa hari kemudian ibu saya mengajak saya bicara tentang itu saya ada katakan beberapa hal mengenai alasan saya memutuskan hubungan kami. Saya tanyakan kepada ibu saya apa yang dia sampaikan di hari itu. Lepas dari hubungan kami, satu hal yang paling menarik perhatian saya dari semua ucapan yang ibu saya katakan adalah lelaki ini secara halus atau tanpa ia sadari mungkin meminta ibu menasehati saya agar jangan terlalu boros, menghambur-hamburkan uang untuk membeli buku. "Liat aja lemari buku di kamarnya udah ga muat, tapi terus-terusan beli buku. Mau ditaro dimana lagi? Jadi pada numpuk kan di atas meja, ga rapih gitu, berdebu jadinya. Lagian beli buku kan sekali dibaca udah selesai. Dibilangin, Ma, jangan boros-boros beli buku melulu." Sebenarnya saat berbicara dengan ibu saya malam itu saya sambil menangis, berderai-derai airmata, tapi ketika ibu cerita begitu, saya otomatis ketawa terbahak-bahak. Sumpah!
Lelaki itu jelas tidak tahu siapa orangtua saya kalau begitu. Mereka adalah orang yang lebih rela membelikan anaknya buku daripada membelikan mainan. Dulu bapak saya membayarkan uang berlangganan majalah Bobo sampai saya duduk di kelas 1 SMP dan ibu setiap bulan selalu membawa saya serta adik-adik ke Gramedia dan membiarkan kami berkeliaran di sana, lalu kembali dengan membawa buku setumpuk. Mereka tidak pernah mengeluh karena membelikan kami begitu banyak buku. Sekarang saya dan Ena yang membayarkan uang berlangganan majalah National Geographic untuk kami di rumah. Lalu sekarang ada yang mencoba menasehati orangtua saya agar saya tidak membeli buku terlalu banyak, saya kira itu sebuah kebodohan akut.
Tulisan saya ini seperti membicarakan orang lain, ya? Memang. Dan maaf kalau terkesan begitu. Tapi saya cuma ingin menulis apa yang ingin saya tulis. Maaf kalau ada yang tersinggung. Tulisan ini saya buat setelah pagi ini membaca sebuah catatan di Facebook saudara kembar saya. Judulnya "Date A Girl Who Reads." Silahkan menyimak....
Date a girl who reads. Date a girl who spends her money on books instead of clothes. She has problems with closet space because she has too many books. Date a girl who has a list of books she wants to read, who has had a library card since she was twelve.
Find a girl who reads. You’ll know that she does because she will always have an unread book in her bag.She’s the one lovingly looking over the shelves in the bookstore, the one who quietly cries out when she finds the book she wants. You see the weird chick sniffing the pages of an old book in a second hand book shop? That’s the reader. They can never resist smelling the pages, especially when they are yellow.
She’s the girl reading while waiting in that coffee shop down the street. If you take a peek at her mug, the non-dairy creamer is floating on top because she’s kind of engrossed already. Lost in a world of the author’s making. Sit down. She might give you a glare, as most girls who read do not like to be interrupted. Ask her if she likes the book.
Buy her another cup of coffee.
Let her know what you really think of Murakami. See if she got through the first chapter of Fellowship. Understand that if she says she understood James Joyce’s Ulysses she’s just saying that to sound intelligent. Ask her if she loves Alice or she would like to be Alice.
It’s easy to date a girl who reads. Give her books for her birthday, for Christmas and for anniversaries. Give her the gift of words, in poetry, in song. Give her Neruda, Pound, Sexton, Cummings. Let her know that you understand that words are love. Understand that she knows the difference between books and reality but by god, she’s going to try to make her life a little like her favorite book. It will never be your fault if she does.
She has to give it a shot somehow.
Lie to her. If she understands syntax, she will understand your need to lie. Behind words are other things: motivation, value, nuance, dialogue. It will not be the end of the world.
Fail her. Because a girl who reads knows that failure always leads up to the climax. Because girls who understand that all things will come to end. That you can always write a sequel. That you can begin again and again and still be the hero. That life is meant to have a villain or two.
Why be frightened of everything that you are not? Girls who read understand that people, like characters, develop. Except in the Twilightseries.
If you find a girl who reads, keep her close. When you find her up at 2 AM clutching a book to her chest and weeping, make her a cup of tea and hold her. You may lose her for a couple of hours but she will always come back to you. She’ll talk as if the characters in the book are real, because for a while, they always are.
You will propose on a hot air balloon. Or during a rock concert. Or very casually next time she’s sick. Over Skype.
You will smile so hard you will wonder why your heart hasn’t burst and bled out all over your chest yet. You will write the story of your lives, have kids with strange names and even stranger tastes. She will introduce your children to the Cat in the Hat and Aslan, maybe in the same day. You will walk the winters of your old age together and she will recite Keats under her breath while you shake the snow off your boots.
Date a girl who reads because you deserve it. You deserve a girl who can give you the most colorful life imaginable. If you can only give her monotony, and stale hours and half-baked proposals, then you’re better off alone. If you want the world and the worlds beyond it, date a girl who reads.
Or better yet, date a girl who writes.
-taken from The Monica Birds-
Saya masih ingat sekali, lelaki itu pernah bertanya dan saya tertawa ngakak mendengarnya, waktu itu bapak saya baru selesai membuat sebuah lemari buku, khusus untuk diletakan di dalam kamar saya saat itu saya sedang merapihkan buku-buku untuk disusun kembali, "Itu yang fotokopian buku juga? Ga ada yang mau dibuang apa? Kan udah pernah dibaca, menuh-menuhin aja, masa baru punya lemari langsung penuh lagi. Terus nanti beli buku lagi, sama aja bohong dong ga ada tempatnya lagi." Fotokopian itu adalah buku-buku cerita anak berbahasa belanda yang saya copy waktu kuliah dulu. Walaupun sudah pernah dibaca, rasanya haram bagi saya untuk membuang buku. Kalaupun harus disingkirkan artinya akan saya berikan kepada orang lain yang jelas akan merawat buku itu, setidaknya membacanya, bukan dibuang, masuk ke tong sampah lalu tidak tahu bagaimana nanti nasib buku-buku itu.
Lelaki itu pernah marah dan tidak mau saya ajak pergi ke toko buku. Pernah memang dia akhirnya menemani saya ke toko buku tapi setelah sampai di sana dia yang memburu-buru saya untuk segera keluar. Sarannya, kalau datang ke toko buku, langsung saja pilih buku yang mau dibeli kemudian bayar. Selesai. Tidak perlu berjam-jam muter-muter di sana melihat-lihat buku yang tidak dibeli pun akhirnya. Saya jadi bertanya, apa jangan-jangan ada orang yang phobia dengan toko buku, ya?!
Ada pun lelaki itu cemburu dan kesal jika saya menghabiskan waktu di rumah untuk membaca buku. Walaupun saya duduk di sampingnya saat membaca. Katanya saya tidak perhatian kepadanya, saat dia ada di sisi saya kenapa saya lebih senang melekatkan mata pada kata-kata di dalam buku. Lelaki yang kerapnya melarang saya tidur larut karena membaca buku atau menulis, kadang-kadang. Sehingga saya sering pura-pura sudah tidur, tidak membalas sms-nya, padahal saya asik membaca atau menulis. I am writer and reader in solitude.
Beberapa minggu lalu saya putus dengan lelaki ini. Saat saya bekerja ternyata dia datang ke rumah menemui ibu bapak saya, membicarakan hubungan kami. Beberapa hari kemudian ibu saya mengajak saya bicara tentang itu saya ada katakan beberapa hal mengenai alasan saya memutuskan hubungan kami. Saya tanyakan kepada ibu saya apa yang dia sampaikan di hari itu. Lepas dari hubungan kami, satu hal yang paling menarik perhatian saya dari semua ucapan yang ibu saya katakan adalah lelaki ini secara halus atau tanpa ia sadari mungkin meminta ibu menasehati saya agar jangan terlalu boros, menghambur-hamburkan uang untuk membeli buku. "Liat aja lemari buku di kamarnya udah ga muat, tapi terus-terusan beli buku. Mau ditaro dimana lagi? Jadi pada numpuk kan di atas meja, ga rapih gitu, berdebu jadinya. Lagian beli buku kan sekali dibaca udah selesai. Dibilangin, Ma, jangan boros-boros beli buku melulu." Sebenarnya saat berbicara dengan ibu saya malam itu saya sambil menangis, berderai-derai airmata, tapi ketika ibu cerita begitu, saya otomatis ketawa terbahak-bahak. Sumpah!
Lelaki itu jelas tidak tahu siapa orangtua saya kalau begitu. Mereka adalah orang yang lebih rela membelikan anaknya buku daripada membelikan mainan. Dulu bapak saya membayarkan uang berlangganan majalah Bobo sampai saya duduk di kelas 1 SMP dan ibu setiap bulan selalu membawa saya serta adik-adik ke Gramedia dan membiarkan kami berkeliaran di sana, lalu kembali dengan membawa buku setumpuk. Mereka tidak pernah mengeluh karena membelikan kami begitu banyak buku. Sekarang saya dan Ena yang membayarkan uang berlangganan majalah National Geographic untuk kami di rumah. Lalu sekarang ada yang mencoba menasehati orangtua saya agar saya tidak membeli buku terlalu banyak, saya kira itu sebuah kebodohan akut.
Tulisan saya ini seperti membicarakan orang lain, ya? Memang. Dan maaf kalau terkesan begitu. Tapi saya cuma ingin menulis apa yang ingin saya tulis. Maaf kalau ada yang tersinggung. Tulisan ini saya buat setelah pagi ini membaca sebuah catatan di Facebook saudara kembar saya. Judulnya "Date A Girl Who Reads." Silahkan menyimak....
Date a girl who reads. Date a girl who spends her money on books instead of clothes. She has problems with closet space because she has too many books. Date a girl who has a list of books she wants to read, who has had a library card since she was twelve.
Find a girl who reads. You’ll know that she does because she will always have an unread book in her bag.She’s the one lovingly looking over the shelves in the bookstore, the one who quietly cries out when she finds the book she wants. You see the weird chick sniffing the pages of an old book in a second hand book shop? That’s the reader. They can never resist smelling the pages, especially when they are yellow.
She’s the girl reading while waiting in that coffee shop down the street. If you take a peek at her mug, the non-dairy creamer is floating on top because she’s kind of engrossed already. Lost in a world of the author’s making. Sit down. She might give you a glare, as most girls who read do not like to be interrupted. Ask her if she likes the book.
Buy her another cup of coffee.
Let her know what you really think of Murakami. See if she got through the first chapter of Fellowship. Understand that if she says she understood James Joyce’s Ulysses she’s just saying that to sound intelligent. Ask her if she loves Alice or she would like to be Alice.
It’s easy to date a girl who reads. Give her books for her birthday, for Christmas and for anniversaries. Give her the gift of words, in poetry, in song. Give her Neruda, Pound, Sexton, Cummings. Let her know that you understand that words are love. Understand that she knows the difference between books and reality but by god, she’s going to try to make her life a little like her favorite book. It will never be your fault if she does.
She has to give it a shot somehow.
Lie to her. If she understands syntax, she will understand your need to lie. Behind words are other things: motivation, value, nuance, dialogue. It will not be the end of the world.
Fail her. Because a girl who reads knows that failure always leads up to the climax. Because girls who understand that all things will come to end. That you can always write a sequel. That you can begin again and again and still be the hero. That life is meant to have a villain or two.
Why be frightened of everything that you are not? Girls who read understand that people, like characters, develop. Except in the Twilightseries.
If you find a girl who reads, keep her close. When you find her up at 2 AM clutching a book to her chest and weeping, make her a cup of tea and hold her. You may lose her for a couple of hours but she will always come back to you. She’ll talk as if the characters in the book are real, because for a while, they always are.
You will propose on a hot air balloon. Or during a rock concert. Or very casually next time she’s sick. Over Skype.
You will smile so hard you will wonder why your heart hasn’t burst and bled out all over your chest yet. You will write the story of your lives, have kids with strange names and even stranger tastes. She will introduce your children to the Cat in the Hat and Aslan, maybe in the same day. You will walk the winters of your old age together and she will recite Keats under her breath while you shake the snow off your boots.
Date a girl who reads because you deserve it. You deserve a girl who can give you the most colorful life imaginable. If you can only give her monotony, and stale hours and half-baked proposals, then you’re better off alone. If you want the world and the worlds beyond it, date a girl who reads.
Or better yet, date a girl who writes.
-taken from The Monica Birds-
No comments:
Post a Comment