Friday, October 8, 2010

Cerita Perempuan Pada Suatu Sore


Ingin kuceritakan padamu, tentang seorang perempuan yang duduk sendiri pada suatu sore dan ia tahu diluar hujan tak habisnya menangis. Ia juga ingin menangis. Bukankah hatinya resah. Tatapannya sendu, memandang keluar jendela. Seperti ada yang ditunggu.

Ia masih saja menyukai hujan. Cinta yang tak berkesudahan. Meskipun datangnya sering membuat daun-daun gelisah atau langit menjadi muram. Dan beberapa orang bilang, hujan hanya tangis jatuh yang kemudian menghilang ke muara.

Hatinya tak tentu arah. Tak beralur. Ia sedang bimbang dengan pikirannya sendiri, juga perasaannya. Hujan yang turun sore itu membuatnya merinding. Hari ini, mungkin, ia sedang tidak terlalu menyukai hujan yang turun, yang bersetubuh dengan langit jingga senja. Khayalnya melayang pada sosok lelaki itu. Ada kabar yang ingin disampaikan. Gelisah yang ingin dibagi. Tapi, apa kisahnya masih menjadi tuan pada lelaki itu? Tidakkah sang lelaki sedikit berubah sekarang?

Bukankah tanya selalu hadir pada tiap penantian? Seperti hujan yang selalu berulang, mengetuk mengalun, tetap datang meski dengan pujian atau makian. Ah, kisah yang tak berarah. Biarlah. Perempuan yang sedang tidak terlalu menyukai hujan senja ini hanya ingin bercerita tentang gelisahnya.

Nanti jika hujan datang lagi saat senja, pada suatu hari, mungkin ia sedang bergembira dan tertawa sambil duduk memandang keluar jendela. Dan lelaki itu duduk dihadapannya, menghirup aroma kopi sambil membaca tawanya.

1 comment: