Hilang sudah ayunan di taman hati yang bagimu aku. Menggenang luka tak kunjung kering, sementara aku kemarau sejak lama. Kehilangan kata, ketika cinta dan luka rasanya sama saja*
Kau panglima pantang menyerah. Dukamu mengepung, terluka, berdarah. Katamu tetap takkan berhenti ku bertarung. Sementara aku ringkuk menutup pintu tak kunjung berkabung namun.
Usailah kita bertarung. Doaku mengantar kau kembali ke kotamu. Pulang. Menghujan deras duka pada keretamu yang laju membawa kenangan semasa dulu. Pun aku sama sakit. Menjauhimu. Melupamu. Namun ku masih ksatria. Tangguh oleh melankoli seperti ini.
Seperti nasib tak kuasa menolak mati, aku bubuhkan tanda besar di ingatanmu. Tak perlu kembali.
Jakarta, 25 February 2011
* Status Facebook Novi Diah
No comments:
Post a Comment