Ada saja yang tetap sepi meski jalan pulang yang kulalui tak pernah berubah, memantulkan kenangan setiap senja yang mengantarkan kita pulang kerumah. Kenangan yang ternyata bagi kita dalam nyatanya tak panjang umur.
Deras lebih deras airmata dalam perjalanan yang kini tanpamu. Namun kadang masih saja tangismu cerdik meletakkan aku di sudut. Terpojok dengan resah bersalah. Yang temaramnya seolah menutup dosa-dosa. Aku tak perlu marah.
Nanti sakit yang kukirimkan menghadirkan tawa dalam masa depan yang bagimu suram macam kamar tak berjendela. Tapi kita berhak tertawa. Pun dirimu. Bersabar saja dengan segala rasa yang tercipta. Detik-detik yang berlalu mengikis perlahan dukamu. Menguatkanmu.
Hilang dirimu sepi bagiku. Tapi kuat hatiku makin menjadi saat esok pagi terbangun dan sadar satu hari telah terlewati lagi. Dan kita hanya tinggal memori.
Dari semua itu ada yang masih indah, mungkin.
No comments:
Post a Comment