di dadaku, di dalam kepalaku.
Langit di luar jendela tampak kelam dan suram
seperti wajahmu ketika kita bertengkar malam-malam.
Ketika cerita-cerita lama ditelanjangi, rahasia lapuk menguncang-guncang dada, kemudian berpeluh.
Luruh menjelma hujan.
Luruh menjelma hujan.
Aku di muka jendela menatap kaki-kaki hujan di jalanan.
Adakah ia menari atau ternyata berlari
menjauhi kenyataan?
“Hei, tunggu, aku ikut!”
Teriak seorang perempuan di balik kaca.
Jakarta, 15 Agustus, 2011
pic from here |
Bagus gan puisi tentang hujannya Puisi Saat Hujan Turun
ReplyDelete