Kukira tadinya hatiku ialah kamar yang mati lampu. Kamar es sekaligus ruang kedap suara yang melenyapkan segala bunyi. Aku bahkan pernah ingin menjadi tuli ketika langit mendadak gelap. Burung-burung yang biasa hinggap di jendela tidak lagi bernyanyi lagu tentang cinta.
Namun di sela hujan yang turun ternyata masih kudengar bunyi kaki-kaki yang menari, perlahan ada yang berbisik di antara angin dingin dan gemerisik daun. Hei, tidakkah kau dengar, rekah bunga yang mekar? Apalagi yang kau nantikan dari rahim kemarau yang setia melahirkan hujan?
Aku mencintaimu, ucapmu hari itu.
dan masih kuingat sorot mata dan senyummu.
Aku bahkan tidak mampu meyakinkan diri apakah ini serupa musim panas, dengan hangat matahari yang menyelimuti, atau semi dengan bunga yang warna-warni.
Aku bahkan tidak mampu meyakinkan diri apakah ini serupa musim panas, dengan hangat matahari yang menyelimuti, atau semi dengan bunga yang warna-warni.
Ada suara yang berkumandang kemudian, mengalun di hatiku. Menggema dalam kepala.
Memantulkan namamu berulang-ulang.
Aku mencintaimu. Mencintaimu.
Ingatkah, sudah berapa kali juga kuucapkan itu?
Memantulkan namamu berulang-ulang.
Aku mencintaimu. Mencintaimu.
Ingatkah, sudah berapa kali juga kuucapkan itu?
pic from here |
keren mei! aku suka :)
ReplyDeleteaaah.. meida gw demen banget deh puisi2 elo. tapi ingat mas kawinnya jgn cuma puisi doang nanti :D
ReplyDeleteDaboe: Terima kasih, dabu, pacarnya aman. hehe...
ReplyDeleteIboy: Hahaha, siap, siap! segera saya laporkan kepada yang bersangkutan untuk menyerahkan mas kawin. :P
cuma satu kata "keren."....!!!
ReplyDeletesatu kata juga Roe "Thanks!"
ReplyDelete