Thursday, September 29, 2011

Get My Money's Worth

My confession: Hari selasa lalu saya bolos kerja dengan alasan sakit. Hehehe! Bolosnya gak direncanakan sebelumnya. Begitu Gema ngajak bolos kerja saya langsung mau aja. Seharian leyeh-leyeh, jalan-jalan ke tempat kerjanya Adis di Jagakarsa terus sorenya ke Gramedia Matraman. Bolos is fun-tastic!

Di Gramedia sore itu sedang ada diskon buku. Di lantai dua gedung tersebut ada bagian khusus yang ditulisi Diskon Up to 70%. Harga buku di bagian diskon tersebut mulai dari Rp 5.000 - Rp 50.000. Tadinya waktu liat-liat saya kira gak ada buku bagus yang dapat diskon, kecuali East Wind West Wind-nya Pearl S. Buck, tapi saya sudah punya. Buku itu dijual cuma Rp 7.500. Buseeet, deh, murah aja!

Setelah muter-muter, ternyata banyak juga buku yang menarik perhatian saya. Harganya murah-murah pula. Akhirnya saya membeli delapan buah buku dengan total harga hanya Rp 102.500.

Ini dia buku-buku yang saya beli:

1. Buku cerpennya Agus Noor, Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia
2. Kumpulan cerpen dari 3 bukunya Seno Gumira, Trilogi Insiden
3. Esio Trot, buku anak karya Roald Dahl. Seneng banget dapet buku ini, karena saya memang koleksi buku-bukunya Roald Dahl, dan harganya cuma Rp 5.000
4. Lelakon-nya Lan Fang. Saya sudah punya bukunya, waktu beli pun karena dapat diskonan di Gramedia juga. Cuma Rp 10.000. Saya beliin ini untuk Neni, office girl di kantor yang kepengen bukunya juga waktu liat saya baca buku ini.
5. Dewi Kawi, kumpulan cerpen Arswendo Atmowiloto.
6. Kumpulan cerita pendek lagi, kali ini milik M. Fadjroel Rachman, Dongeng Untuk Poppy.
7. Ini buku Gema yang mau, judulnya Thank You for Smoking oleh Christopher Buckley.
8. Tidak Ada Kelinci di Bulan, kumpulan cerpennya Steffany Irawan


Lumayan kan dapat banyak buku dengan harga yang murah meriah. Mau baca gak perlu mahal. ^_^



PS: Bolos kerja ternyata bikin nagih lho. Hari Rabunya saya bolos lagi, alesannya, ya, masih sakit lah. Hihihi




Monday, September 26, 2011

Taken!


Counting The Days...



pic from here

Thursday, September 22, 2011

Meneer Perlente

Oleh: Lou Cui Ceng - Indramayu


Kepada sekalian pembaca Dames, Heeren, oudste en jongste,
Disini kita disuguhken sairan getitled "Meneer Perlente".

Yang sehari-harinya berpakean precies als een Keizer,
Dengan kelakuan sombong als heeft een huis van ijzer.

Dia selalu hidup senang zonder hard te werken,
Maskipun dia punya utang kan niet di-reken.

Saban sore gaat hij met zijn fiets gerijden,
Tida perduli badan mesum nog niet gebaden.

Asal saja bisa lekas liat Indlansche vrou loopen,
Omdat kalu bisa hij wil vlug te koopen.

Tapi, astaga, baru saja meer dan een jaar,
Marika punya utang semua kan niet membajar.

Sampe alle menschen zeggen, dia kliwat terlalu,
Omdat dia utang perlunya om te wandelen melulu.

Itu meneer sudah tentu word erg cilaka,
Omdat alle reintenieren tentu menyadi murka.


Jang terhormat tuan pembaca tuwa dan muda,
Saja harep sekalian jangan sampe berluda;
Kerna saja tidak masuk sekola Blanda,
Jika ini sairan salah harep dibikin suda.



diterbitkan dalam majalah Panorama, 6 Juli, 1927

Kuliah Umum Dengan Sapardi Djoko Damono

Terakhir kali saya bertemu beliau bulan Oktober tahun lalu, di kampus UI. Sudah hampir setahun artinya. Semalam saya datang ke Komunitas Salihara di Pasar Minggu untuk bertemu beliau lagi. Masih dalam rangka International Literary Biennale Utan Kayu-Salihara 2011, seri kuliah umum yang diadakan dari pertengahan bulan September sampai dengan awal Oktober nanti  menjadi pengawal dalam program ini. Tema yang dibahas dalam kuliah umum semalam ialah mengenai "Kesusastraan Sebelum Perang Kemerdekaan."


Acara semalam dimulai tepat jam tujuh. Tiba disana sekitar 15 menit sebelum kuliah umum tersebut dimulai, suasana sudah ramai. Pak Sapardi masih terlihat nge-teh di Kopitiam Oey. Sebelumnya saya sempat khawatir akan datang telat, karena jalanan yang macet dan nungguin  Gema yang lamaaaaa...! Hehe. Masalahnya di email konfirmasi pendaftaran disebutkan jika sepuluh menit sebelum acara dimulai tidak hadir, maka akan di replace dengan pengunjung yang datang on the spot.

Acara berlangsung hingga hampir jam setengah sebelas malam. Semua kursi terisi penuh. Menurut saya kuliah semalam cukup mengasyikan, tidak membuat ngantuk meskipun mendengarkan beliau bicara-berjam-jam, Pak Sapardi sesekali memberi guyonan yang disambut gelak tawa para peserta kuliah umum tersebut, sesi tanya jawab juga berlangsung ramai.

Saya sengaja tidak mau menuliskan resume di sini tentang isi kuliah tersebut. Ketika acara semalam dimulai saya gak bisa mendengarkan dengan fokus karena digangguin orang-orang kantor yang masih sibuk krang kring krang kring dan pang ping pang ping handphone saya. Ditambah baterai handphone yang sudah sakaratul maut saya gak bisa foto-foto si kakek romantis itu deh. Sebelum handphone saya bener-bener mati, saya cuma ambil satu foto Pak Sapardi buat temen saya Cia.


ini fotonya


Oh iya, buat yang mau baca makalah kuliah tentang "Kesusastraan Sebelum Perang Kemerdekaan" semalam yang ditulis Pak Sapardi bisa download di sini.

Eh, eh, satu lagi.... just info, kata Pak Sapardi semalam dia sudah gak bisa ngomong lama-lama lagi karena mengidap sesuatu. Sekarang dia sudah OMPONG! Hehehe...


Monday, September 19, 2011

Seperti Debu

seperti debu di ujung sepatu
atau yang sekadar hinggap di helai-helai rambutmu
kau lihat sekilas
lantas kau kibas
berlalu, tak berbekas

aku itu bagimu


pic from here


Bekasi, 18 September, 2011

Ruang Bawah Tanah

kau seperti selalu ragu membuka pintu
menyembunyikan banyak hal dalam ruang bawah tanah yang gelap
diam dan rahasia untukmu sendiri
padahal sering kali kusampaikan
meski kadang rasa takut hinggap tapi aku ingin belajar
membuka gembokmu yang karatan

mungkin aku temui nanti cerita-cerita
lembab berjamur
kisah usang yang terbungkus tebal debu masa lalu
denganmu, kita melangkah berpengangan
bukan?

mungkin aku tergelincir pada anak tangga yang licin
atau sesak napasku dalam ruang itu
tapi kau bersamaku, kan?
lantas apalagi yang aku takuti

atau mungkin kau.
apalagi yang kau takuti?





Bekasi, 18 September, 2011

Bagaimana Aku Membaca Gemuruh Dan Debur Ombakmu?

kenapa kerap kali kau membiarkan aku menanam curiga di kepala
menumbuhkan rimbun prasangka dalam dada
dan tak henti membenamkanku dalam banjir airmata,
namun segera bagimu aku menjelma penyihir
yang merapal kutukan-kutukan tak berkesudahan

aku merasa seperti tanpa jeda
kau goreskan duri-duri,
menghujam belati
tanpa pernah betul-betul membunuhku

terseok-seok aku mensejajarimu
terengah-engah tanpa bisa mencapaimu
terkubur dalam kecewa dan serupa
pengkhianatan yang berulang-ulang

bagaimana aku mampu membaca gemuruh dan debur ombak
di dalam dadamu itu?
sementara aku debu
dan dalam diammu aku begitu buta dan mati rasa


pic from here


Bekasi, 18 September, 2011

Wednesday, September 14, 2011

Gema

Kukira tadinya hatiku ialah kamar yang mati lampu. Kamar es sekaligus ruang kedap suara yang melenyapkan segala bunyi. Aku bahkan pernah ingin menjadi tuli ketika langit mendadak gelap. Burung-burung yang biasa hinggap di jendela tidak lagi bernyanyi lagu tentang cinta.

Namun di sela hujan yang turun ternyata masih kudengar bunyi kaki-kaki yang menari, perlahan ada yang berbisik di antara angin dingin dan gemerisik daun. Hei, tidakkah kau dengar, rekah bunga yang mekar? Apalagi yang kau nantikan dari rahim kemarau yang setia melahirkan hujan?

Aku mencintaimu, ucapmu hari itu.
dan masih kuingat sorot mata dan senyummu.

Aku bahkan tidak mampu meyakinkan diri apakah ini serupa musim panas, dengan hangat matahari yang menyelimuti, atau semi dengan bunga yang warna-warni.

Ada suara yang berkumandang kemudian, mengalun di hatiku. Menggema dalam kepala.
Memantulkan namamu berulang-ulang.

Aku mencintaimu. Mencintaimu.
Ingatkah, sudah berapa kali juga kuucapkan itu?


pic from here






Monday, September 12, 2011

Bukan Pinang Dibelah Dua

Tulisan ini saya buat karena teringat komentar Glo, seorang follower saya di blog ini. "Sering-sering tulis tentang kembarannya ya," kurang lebih begitu bunyinya. Hmm, kembaran saya ya? Baiklah. Saya memang tidak sering menulis tentang kembaran saya, abisnya suka bingung apaan yang mau diceritain tentang dia. Hehehe....

Saya terlahir kembar, tidak identik, meski banyak yang bilang mirip. Nama kembaran saya Meina, saya memanggilnya Ena. Sejak SD (kami sama-sama tidak masuk TK) saya selalu satu sekolahan dengan dia, kecuali ketika SMA. Bahkan selama SD enam tahun saya sekelas dengan dia. Dia bisa dibilang lebih pintar. Rankingnya sejak SD selalu diatas saya. Kalau dia ranking satu, saya ranking dua, kalau dia ranking tiga, saya ranking empat. Selalu satu nomor dibawah dia. Huh! Saat kuliah pun saya tidak menyangka bisa satu kampus dengan dia. Kami sama-sama lulus SPMB, kuliah sastra di Universitas Indonesia (UI). Bedanya dia kuliah di jurusan Sastra Inggris, saya di jurusan Sastra Belanda. Sekarang saat sudah kerja kantor kami pun sama-sama di daerah Rasuna Said, cuma beda dua halte busway aja jaraknya.

Kesenangan kami kurang lebih sama. Sama-sama senang baca, bedanya sejak kuliah dia lebih senang baca buku dalam bahasa inggris, saya mah tetep baca yang bahasa indonesia aja deh, kecuali kepepet. Saya senang nulis puisi, dia cuma senang baca puisi (itu juga dalam hati kayanya). Tapi kami sama-sama fans berat Sapardi Djoko Damono. Kami senang dengan teater dan tertarik dengan segala hal yang berbau seni budaya.  Dulu kami sama-sama kepingin jadi ilmuwan dan arkeolog. Cita-cita yang agak aneh ya?

Sudah dua tahun terakhir rasanya Ena sedang gila travelling. Jomblo buat dia gak masalah asal tetep bisa jalan-jalan. Kalau punya pacar yang cuma bikin dia gak bisa kemana-mana, punya pacar yang malah ngelarang ini itu, saya jamin dia mendingan jomblo seumur hidup. Sementara saya sih maunya jalan-jalan sama pacar donk, lebih seru, tau! Hehehe. Karena teman-teman dekat di kantornya pun banyak yang gila travelling, maka makin terpengaruhlah dia. Ditambah lagi sering baca Naked Traveller-nya Trinity dan Lonely Planet. Kerjaannya sekarang kerja yang giat biar karir makin maju, karir maju otomatis gaji tambah gede, gaji gede bisa buat jalan-jalan deh. *gubrak*

Ena itu tipikal perempuan bebas, yang gak mau diribetin oleh hal-hal yang buat dia gak penting. Pemegang teguh nilai-nilai feminisme. Pencinta berat Inggris dan segala hal yang berbau Inggris. Lagi senang-senangnya dengan hal berbau Korea. Isi tas kerjanya pasti ada dvd korea, buat ditonton pas jam istirahat kantor. Pacar? Itu kayanya nomor 10 yang ada di pikiran dia. Nikah? Beeuuh, apalagi itu. Nomor sekian ratus kali. Dari luar kelihatannya seperti orang yang menikmati hidup aja.

Well, meski kembar tapi banyak juga hal-hal berbeda tentang saya dan Ena. Oiya, jangan coba-coba tanya kami apa rasanya jadi anak kembar, kalau gak mau dikasih tampang jutek. It's extremely a boring question for us!!!


Our Birthday on May

Salah satu cara membedakan kami di dalam foto adalah: Senyum saya (hampir) tidak pernah kelihatan gigi, sementara Ena sebaliknya. :D

Friday, September 9, 2011

Thank You

Hari ini follower di blog saya bertambah satu orang lagi. Pembacanya bertambah. lagi Mungkin gak penting untuk sebagian orang blognya di follow orang lain. Awalnya saya mengaktifkan kembali blog ini kira-kira setahun yang lalu, juga tidak pernah berniatan mencari follower. Ini kan blog, bukan Twitter. Saya cuma ingin kembali aktif menulis saja. 

Pertama kali blog ini aktif kembali bahkan saya tidak punya follower. Bahkan saya menjadi follower bagi blog saya sendiri.  Tapi perlahan kemudian follower-nya datang dari kalangan teman-teman sendiri yang juga punya blog. Saya pernah liat blognya Mbak Enno yang follower-nya mencapai 380-an orang. Blognya memang bagus, ceritanya seru-seru, kreatif dan cara penceritaannya selalu enak dibaca. Gak heran follower-nya banyak. Saya suka ngiri, hehe....

Dulu ketika masih kuliah saya punya tiga blog selain Perempuan Hujan ini. Sekarang memang sudah tidak aktif. Semuanya tidak ada follower-nya bahkan. Mungkin dulu saya malahan gak tau bisa follow-follow-an di blog. Tapi sekarang buat saya pribadi  follower itu berharga. Mungkin memang ada yang menjadi follower sekadar karena teman, belum tentu suka dengan blog atau tulisan kita. Awalnya follower saya pun hanya teman-teman yang memang sudah saling kenal saja. Tapi perlahan orang-orang yang menjadi follower di blog saya adalah orang-orang asing yang tidak pernah saya kenal sebelumnya. Malahan follower bisa jadi teman ngobrol karena sering saling berkomentar lewat tulisan.

Buat saya menulis di blog adalah sekadar hobby. Saya seringnya tidak memikirkan bagaimana nanti tanggapan orang akan tulisan-tulisan saya. Seperti saya sering bilang, ini blog saya, terserah saya mau nulis apa saja. Saya tidak peduli tulisan saya dibilang jelek. Kalau ada yang bilang bagus pun saya amat berterima kasih. Setiap saya selesai menulis, memang kadang ada rasa ragu untuk mem-publish tulisan saya, terutama kalau cuma cerita ngalor ngidul yang gak jelas. Tapi saya selalu ingat ucapan almarhum dosen saya, Pak Asep Sambodja, menulis jelek itu masih jauh lebih bagus daripada tidak berani menulis sama sekali.Setidaknya yang bilang jelek sekali pun, membaca tulisan saya.

Maka dari itu, saya cuma mau bilang terima kasih banyak untuk para follower blog Perempuan Hujan ini. Terima kasih karena sudah mampir. Untuk yang sekadar membaca atau memberi komentar. Yang singgah untuk sekadar lihat-lihat. Semoga tulisan saya bermanfaat bagi yang membaca, memberi inspirasi, menghibur kalian, yah atau paling mentok, kalian ada bahan obrolan karena habis baca tulisan yang jelek dan gak mutu. Hahaha....

Terima kasih, followers... :)


pic from here



Tuesday, September 6, 2011

Membaca Satu-Satu

Liburan lebaran saya kali ini rasanya cukup panjang, sepuluh hari. Cukup untuk tidur, menenangkan hati, mengistirahatkan pikiran, meski keputusan lebarannya kapan tetap aja galau. Selama sepuluh hari libur saya tetap menulis, tetap berusaha mengisi blog ini, meski postingnya cuma lewat Blackberry (gambar-gambar yang biasa saya sertakan untuk tiap tulisan saja baru saya posting hari ini). Kemalasan saya untuk online di laptop membuat saya gak update tentang cerita-cerita dari teman-teman di blog. Selama libur rasanya hanya dua kali saya online lewat laptop, itu pun cuma untuk cek email, upload foto dan cek Facebook sebentar, selebihnya saya online hanya melalui Blackberry yang di rumah signalnya cuma segaris melulu.

Kemarin sudah mulai masuk kerja lagi. Kerjaan numpuk! Mulai dari jam 8 pagi sampe setengah 5 sore non-stop saya gak bergerak kemana-mana karena kerjaan yang segambreng. Padahal niatnya kemarin itu mau bacain tulisan teman-teman di blog satu-satu. Hari ini entah kenapa kerjaan sedikit banget, dari tadi pagi saya bisa leha-leha, jadilah saya iseng-iseng menulis di sini. Teringat percakapan tweet-nya Adis semalam yang mengajak saya, Oneng, dan Iboy untuk setor tulisan lagi di blog.

Sepagian ini saya sibuk bacain satu-satu tulisan-tulisan terbaru teman-teman di blog saya yang belum sempat dibaca sejak libur lebaran lalu. Ternyata selama liburan ceritanya macam-macam.

Ada Glo yang lagi kangen berat sama almarhum papanya dan di tulisan terbarunya tau-tau pengen punya anak kembar. Ada juga Mbak Enno (ini dia blogger favoritku) yang punya pacar baru, Si Pejalan Dari Negeri Pagi, ya kan, Mbak, begitu sebutannya? dan sekarang alhamdulillah sudah berhijab. Ada Mbak Widya yang tulisannya selalu menyenangkan, si Anggie yang lebaran di Belanda bareng pacarnya, Robin. Dan Iboy yang banyak cerita tentang keluarga dan perjalanan mudiknya selama liburan kemarin. Justru Adis yang semalem rame ngomongin blog malah gak ada update tulisan apa-apa. Huh!


Then, how about my story? Selama liburan kemarin perasaan saya campur-campur. Well, lil bit moody! Pagi bisa happy, malam can be like disaster. Atau sebaliknya, hehehe! But I am still blessed and thankfull for that. Oh God, c'est la vie! Oya, lebaran hari kedua saya di Pelabuhan Ratu, sampai akhir pekan, mengunjungi rumah pacar. Bukan Anggie doang kan yang lebarannya sama keluarga pacar, hehe! FYI, baru kali ini saya ngerasain macetnya mudik. Dari Bogor jam setengah tiga sore dan baru sampai jam setengah sepuluh malam di sana. Lailahaillalah! Kalau bukan ke rumah  calon mertua saya mendingan balik lagi ke Jakarta deh. Hahaha....!




pic from here



Buku-Buku Kuartal Kedua

Sudah masuk bulan September. Ini tentang daftar buku lagi yang saya baca selama empat bulan terakhir di kuartal kedua tahun ini. Jumlahnya agak menciut dari kuartal pertama. But at least I am still reading while I am busy, huehehe.... *ngeles*

So, here they are...


Lelakon by Lan Fang


Sayap-sayap Patah oleh Kahlil Gibran

Syahwat Keabadian -  Kumpulan Puisi Nietzche

Mencari Pura,buku kumpulan puisi karya Mas Triadnyani.

Kumpulan cerita terbaru karya Dewi "Dee" Lestari

Kisah perjalanan kemanusiaan untuk anak-anak oleh Tetsuko Kuroyanagi

Cerita jalan-jalan serunya Trinity. Menghibur banget!

Thursday, September 1, 2011

Sembilan Nyawa

pernah aku dilemparkan hidup-hidup ke dalam jurang menganga,
tapi seperti kucing,
tak akan mudah aku mati begitu saja.

panggil Tuhanmu
dan minta Ia ciptakan neraka bagiku.

ini belum seberapa
jika kau masih ingin coba-coba.



Bekasi, 31 Agustus, 2011


pic from here