Wednesday, August 31, 2011

I Pray And I Learn To Forgive

Setelah bertubi luka dikirimkan, aku belajar merasakan sakit. Mengerti bahwa segala pedih itu akan menguatkanku. Bahwa jalan tidak selalu mulus dan mudah untuk dilewati. 

Aku merasakan kepedihan yang mendalam, sakit hati dan kecewa luar biasa. Namun seiring itu aku belajar tidak menyalahkan siapa-siapa. Aku berdoa agar Tuhan memberikan ketabahan yang tak kalah luar biasa dan melapangkan hatiku agar menjadi ikhlas. Meminta kekuatan yang tak kalah besar jika cobaan macam apa pun datang.

Akan terus kutinggikan doa-doa, belajar ikhlas dan memaafkan segala yang pernah mengirimkan rasa sakit itu. Pada akhirnya aku mungkin bukan menjadi pemenang, tapi aku pejuang tangguh yang pantang menyerah.


Selamat Idul Fitri semuanya. :)


pic from here

Yang Hilang

Sejak nenek saya meninggal sekitar enam tahun lalu, lebaran keluarga besar ibu saya rasanya hambar dan tidak bermakna lagi. Saya rasanya makin sensitif dan luar biasa kesepian saat lebaran datang.

Banyak hal yang hilang setelah meninggalnya nenek saya. Terutama, kebersamaan. Dulu menjelang lebaran semua keluarga pasti berkumpul di rumah nenek saya di Tanah Kusir. Sejak saya lahir rasanya selalu begitu. Itu hal satu-satunya yang saya tahu. Meski harus tidur umpel-umpelan di depan ruang tivi tapi bahagianya tiada tanding.

Bikin kue kering setiap menjelang lebaran, pergi ke pasar Mayestik untuk belanja keperluan masak, beli bunga Gladiol dan Sedap Malam di dekat pemakaman Tanah Kusir dan main kembang api di malam takbiran, semuanya tidak pernah terjadi lagi. Tidak pernah satu hal di atas, sekali pun, dilakukan lagi.

Saya rindu mendengar nenek saya bertakbir, ngobrol dengan keluarga di teras depan malam-malam sambil bercanda-canda, kemudian berangkat ke mesjid ramai-ramai esok paginya.

Keluarga papa saya tidak merayakan lebaran. Karena itu perayaan lebaran cuma bisa saya nikmati di keluarga dari pihak ibu. Tante saya sekarang lebih sering lebaran di Padang mengikuti suaminya. Om saya, adik terkecil ibu, malah seringnya lebaran di keluarga istrinya. Itu sih saya gak heran, dari dulu emang begitu. Maklum, suami-suami takut istri. Cuma keluarga kecil om saya, yang sekarang menempati rumah nenek di Tanah Kusir, yang tidak pernah absen datang ke rumah di hari pertama lebaran.

Lebaran sejak enam tahun terakhir rasanya datar, sepi, tidak menyenangkan. Kue di rumah selalu hasil beli dari toko, ketupat enam tahun terakhir ini selalu dimasak di kompor gas, bukan dengan kayu bakar seperti yang selalu dilakukan di rumah nenek dulu, tidak pernah lagi ada wangi Sedap Malam di rumah ini saat lebaran datang. Saya tidak tahu akan digantikan dengan cara seperti apa kesepian yang saya rasakan setiap lebaran datang. Saya cuma rindu kebersamaan dulu, di malam ketika takbir berkumandang di mana-mana.



Bekasi, 30 Agustus, 2011


pic from here

Tuesday, August 30, 2011

Mengingatmu

Semalaman aku mengingatmu sebagai kekasihku yang sedang kehilangan ingatan.
Yang menelan matanya dan menjahit mulutnya.
Menikam jantung sendiri dan memakannya pelan-pelan.

Aku mengingat diriku sebagai kekasihmu yang sedang sakit jiwa.
Menelan pecahan kaca, menguliti luka, lalu tertawa sendiri.
Berlari-lari telanjang dalam kepala, sambil menangis riang.

Aku sebagai kekasihmu mengingatmu sedang menggali makam, pelan-pelan. Di tengah malam.



Bekasi, 29 Agustus, 2011


pic from here

Ular Tangga

Dan ditakdirkan bagimu menjadi pelempar dadu, dalam sebuah permainan yang sudah lama dimulai. Ada giliran yang harus ditunggu untuk bijibiji dadu sampai di tanganmu. Dan kau pelanpelan menanjaki. Berharap angka tinggi tiap kali giliran singgah padamu.

Ada kecemasan yang datang tiap kali biji dadu dilemparkan. Tanganmu mungkin gemetar. Memejam mata seraya merapalkan doadoa.

Beberapa kali kau melonjak kegirangan. Ketika kembar enam wajah dadumu. Tergesa menapaki tangga. Seperti tak ingin kehilangan kesempatan melempar dadu dua kali. Semua mungkin juga akan bertingkah serupa.

Tapi dadu harus selalu diputarkan. Ada penantian lagi yang mesti ditunggu. Sambil itu kau terus mengucapkan mantra, melayangkan banyak harapan. Hingga giiran datang lagi kepadamu.

Gemetar lagi kau lemparkan dadu. Angka kecil kali ini. Turunan terjal dihadapanmu. Ada langkah yang harus kau tapaki dari awal lagi. Sebab mungkin ada hal-hal yang terlewat, pelajaran yang belum sempat kau petik, dan waktu yang akan membuatmu lebih mengerti arti perjalanan ini.

Ini hanya permainan, sayang. Giliran akan datang lagi padamu. Membawamu ke tempat yang lebih tinggi. Nanti, ketika tiba padamu saatnya lagi, mungkin kau bisikkan, "angka-Mu saja."

Takdirku ditanganmu, Tuhanku.



Bekasi, 29 Agustus, 2011

Inspired by: "Angka-Mu saja." - Penjual Kenangan


pic from here

Sunday, August 28, 2011

Algojo

Tuhan,
jadikan aku algojo
yang memenggal kepalaku sendiri.
atau ksatria berdada besi
agar ingatan yang menjadi rayap
tak mampu lagi menggerogoti hati.

bukankah sudah sering kau temui aku
memanggul batu?
terseok-seok di tikungan
gemetar seperti pohon tumbang.

lahirkan aku kembali
menjadi besi jembatan
yang tak gentar menghadap badai,
menjadi algojo
yang tak tutup mata saat eksekusi.



Bekasi, 27 Agustus, 2011


pic from here



Rahasia Bunga

dan sampailah bunga
pada malam pekat
yang aman melahirkan rahasia
menangislah ia
ketika semua hening
menjadi telinga baginya
kau jumpai lembab wajahnya di suatu pagi
embun di wajah bunga-bunga



Bekasi, 27 Agustus, 2011


pic from here

Thursday, August 25, 2011

Ingatan

ada waktu yang menuntun jarak, di masa lalu
menjadikan hasrat tak kasat mata tinggal sejengkal
tanpa kita sadari dunia berubah menjadi musim semi.
kuraup percaya dari matamu
membasuh di sekujur tubuh
dan kuterbangkan inginmu sebebasnya
tanpa memasang jerat prasangka.
siapa lalu akan mengira
jika di tengah jalan kau lupa
kemana cinta yang kutitipkan di saku bajumu
harus kau bawa pulang.
ada yang mencabik-cabik dadaku
tiap malam, mencekik dengan ribuan pertanyaan
lantas mimpi-mimpi memampangkan
kita pada takdir di jalanan berlubang.
sayap ini rasanya semakin rapuh, kau tahu?
namun doa itu meninggi lagi
serangkum harapan masih kutinggalkan
semoga tidak pudar.
namun juga entah, berapa hela napas panjang lagi
harus kusampaikan agar kau lihat
kadang aku hampir menyerah
bukan kalah, tapi terlalu lelah.
suatu ketika, kita akan tahu.


Jakarta, 25 Agustus, 2011


pic from here

Sandera

Aku membenci ingatan-ingatan yang datang tanpa undangan.
Ingatan yang seketika membuat aku kehilangan kaki.
Dan mulut menjadi pintu yang kehilangan kunci.
Jiwaku tersandera di separuh malam.


Jakarta, 25 Agustus, 2011


pic from here

Monday, August 22, 2011

Sawasdee Kaa

Buat saya pribadi (hampir) semua acara jalan-jalan itu enak. Jalan-jalan gak harus mahal, jalan-jalan gak harus keluar negeri. Tapi kalau bisa jalan-jalan keluar negeri, gratis pula, itu namanya enak banget! Hehehe.... Seperti kata Trinity-Naked Traveler mau jalan-jalan itu banyak caranya. Salah satu cara bisa jalan-jalan enak adalah yang dibiayai perusahaan.

Boss besar saya si Jarjit itu sedang berubah jadi Santa Claus yang baik hati, sehingga outing perusahaan tahun ini diadakan di Pattaya-Bangkok, Thailand, selama empat hari. Semua biaya perjalanan, penginapan, dan makan dibiayai. Kecuali untuk belanja. Ya iyalah! Seharusnya dan biasanya acara outing kantor selalu diselingi training, jadi gak pure jalan-jalan doang. Tapi lagi-lagi karena si Jarjit itu mungkin lagi kesambet tuyul entah dari mana, outing kali ini murni semurni emas 24 karat, cuma jalan-jalan aja. Meski sampe bosen rasanya dengar dia berkali-kali harus bilang ke semua karyawan, "don't say to clients it's holiday, I told them it's training program, alright?!" 

Buat saya yang senang jalan-jalan, ternyata meski gratisan ada hal-hal yang gak enak juga yang saya temui di perjalanan kali ini. Ini pertama kalinya saya pergi (pure) jalan-jalan dengan orang-orang kantor, yang gak semuanya anak muda, yang gak semuanya enak-enak, yang gak semuanya se-passion dengan saya.

 So, here is the sucks-yummy things list of it...


Enaknya...

1. Pastinya karena gratis. Dan tepat dua hari sebelum pergi THR dibagikan. Hehe...


* Karena saya dan seorang teman lagi, Mbak Riana namanya,  yang mengatur sejak awal untuk trip ini, kami jadi kenal dekat dengan Tour Leader dari agen perjalanannya di Indonesia, Mbak Dewi. Keuntungan berhubungan baik dengan sang Tour leader adalah:


2. Kamar saya, Maria dan Mbak Riana saat menginap di Bangkok di upgrade ke kamar di lantai suite. Kamar yang di upgrade cuma ada dua. Kamar si Jarjit dan kamar kami bertiga. Coba, kapan lagi jalan-jalan dan tidur di kamar yang setipe sama Boss besar?! Hehe.... Yang paling oke menurut saya adalah kamar mandinya yang transparan 100%. Jadi yang berada di dalam kamar mandi bisa dilihat dari luar. Ini sih cocoknya buat yang honeymoon. Ditambah shower-nya yang mantep banget deras curahan airnya, berasa mandi hujan di jalan. Jadi inget shower di kamar mandi kosan yang airnya cuma ngalir seiprit. Hiks.


3. Yang namanya jalan-jalan berombongan, kadang gak bisa pergi ke tempat yang sesuai keinginan kita. Tapi hal itu bisa terjadi kalau ada kongkalingkong sama Tour Leader. Saya dan Maria yang dari awal sudah ngebet mau ke Platinum, akhirnya ditawarkan Mbak Dewi untuk menyelipkan tempat tersebut dalam itinerary pada hari terakhir kami di Bangkok, yang memang hari itu jadwalnya cuma shopping. Padahal kami gak maksa lho, cuma terlalu sering bilang pengen ke Platinum doang. Sekali-kali mempraktekkan nepotisme gak apa lah. Hihihi.... 


4. Karena kebetulan sang Tour Leader juga doyan belanja, kami bertiga kemana-mana selalu bersama dengan Mbak Dewi. Karena dia sudah sering ke Bangkok, pastinya lebih tahu tempat-tempat yang oke buat shopping. Seperti saat kami di Chatuchak, weekend market yang gede banget dan rame abis. Buat yang baru pertama kali pergi ke sana, kalau gak lihat peta di pintu masuknya, pasti akan muter-muter ngabisin waktu cuma buat nyari area yang jualan baju. Sementara pergi dengan rombongan, waktu untuk belanja saja dibatasi, pada jam sekian sudah harus kembali ke meeting point. Karena kami pergi bareng dengan Mbak Dewi, dia langsung tahu dimana letaknya area yang kami cari. Tahu di mana letaknya jika mendadak cari toilet dan money changer terdekat. Dan tau jajanan apa saja yang enak dan murah. Mantap!!!


5. Lagi-lagi nepotisme nih. Request tempat duduk sebaris saat di dalam pesawat. Hehehe....




Tapi sekali lagi saya bilang, meski gratis, jalan-jalan bareng puluhan orang begini tetep ada juga yang bikin kesel. Gak enaknya...


1. Karena pergi saat bulan puasa, banyak orang yang ngeluh capek, panas, ngantuk, sehingga lebih sering ngedumel saat di suruh turun di sebuah tempat tujuan, karena mereka lebih memilih stay di bus aja daripada panas-panasan di luar. Sementara kalau gak dipaksa-paksa turun, nanti saya dan Mbak Riana yang dipelototin si Jarjit, karena bocah-bocah itu pada males-malesan. Ini paling bikin bete buat saya. Karena, tidak ada yang memaksa mereka untuk ikut sejak awal. Si Jarjit pun sudah bilang ini akan diadakan saat bulan puasa. Dulu mereka tidak ada yang komentar keberatan sejak awal ditawarkan. Sekarang begitu sudah pergi cuma pengen ngadem dan molor, ngapain jauh-jauh ke Thailand segala kalau gitu. Huh!


2. Pergi dengan segerombolan orang, tepatnya 35 orang, memang lebih sulit menyatukan kepala dibandingkan pergi dengan sekelompok kawan dekat yang memiliki passion yang sama terhadap jalan-jalan. Saya kalau jalan-jalan, mau panas mau hujan, pasti dihajar. Bangun pagi pulang pagi juga, hayuuks aja. Kaki pegel-pegel dan badan cenat-cenut karena jalan seharian buat belanja atau muter-muter, gak masalah. Tapi pergi sama gerombolan ini, yang hampir separuhnya emak-emak paruh baya, mana mungkin bisa begitu. Paling nyebelin buat saya kalau orang jalan-jalan banyakan ngeluhnya. Duh, gak menikmati hidup banget deh!


3. Dikometari soal belanjaan sama emak-emak yang sepanjang perjalanan cuma pengen duduk adem dan makan doang. Yaelah, bikin males abeeesss.... Ada tiga orang yang paling saya hindari selama perjalanan ini, kalau bisa jauh-jauh deh. Bahkan saya dan beberapa orang teman bikin kode rahasia yang kami ucapkan kalau ketiga orang ini mendekat. Pait... pait... pait... pait... pait... pait... pait.... (kaya orang ngusir lebah). Tiga orang ini adalah emak-emak yang kerjaannya cuma ngikutin yang anak-anak muda belanja, mereka sendiri gak belanja, tapi mulutnya gak berenti-berenti nyerocos. Terus dikit-dikit bilang, "gak usah beli itu, di Jakarta juga ada," "gak usah beli, mahal, ngapain ngabis-ngabisin duit," "udah dapet berapa puluh tuh belanjaannya?!" *tatapan muka sambil nyindir* Rasanya pengen saya kemplang mulutnya pake panci. Saya malahan sampe betul-betul lari dari mereka saat saya dan Maria sedang berada di MBK buat beli tas. Mendadak mereka muncul di belakang kami sambil komentar ini itu, saya cuma pura-pura gak dengar, lalu langsung narik tangan Maria sambil bilang, "Eh, kabur aja yuk, cepetan lari."  Dan berhasil lah kami kabur keluar dari toko itu lewat pintu di sisi lainnya. Saat balik ke meeting point salah satu dari mereka cuma nyinyir bilang, "Meida sama Maria kalau belanja gesit banget."  Bodo amat, emang gue pikirin! 

4. Masalah waktu yang dibatasi. Biasanya ikut tur dari agen wisata mereka sudah membuatkan jadwal perjalanannya. Demi mengejar target untuk terpenuhi semua tempat tujuan wisatanya, ya mau gak mau semua peserta diburu-buru deh. Di tempat A cuma 2 jam, di tempat B satu jam aja, jam segini harus sudah balik ke meeting point, jangan telat, dan blablabla. Yang paling bermasalah ya jelas aja saat shopping time.




Dan hal "aneh" (buat saya ini aneh banget) yang saya temukan saat pergi dengan segerombolan orang ini, ternyata ada lho orang yang saat jalan-jalan memang gak mau bawa kamera dan gak suka foto. Bahkan males-malesan bergabung saat foto bareng-bareng satu kantor sekali pun. Dan ngedumel sendiri kalau liat orang lain asik foto-foto. Alesannya: Ih, gue sih ogah narsis. Heh??!!!

Ini mah sumpah aneh bener. Kalau kucluk-kucluk lo foto-foto muka lo sendiri yang nyengar-nyegir gak jelas dengan latar belakang seenak jidat, baru itu namanya narsis. Tapi kalau jalan-jalan, yang difoto bukan cuma muka lo sendirian, ada tempat-tempat keren, kegiatan orang-orang lokal yang menarik, hal-hal yang gak bisa ditemukan di Jakarta, juga bisa jadi objek foto. Buat saya, selain uang, kamera adalah benda penting nomer dua yang wajib dibawa saat jalan-jalan.




Well,  sekian curhat saya yang abis jalan-jalan. :D
 

pic from here


Kelopak Bunga

pada malam riang
lampu kota menari-nari.
aku teringat bunga-bunga
di sebuah taman yang indah.
sebatang pohon dengan
helai-helai rimbun menjaga mekarnya.

lalu ingatan-ingatan datang
dalam pagi yang hening,
angin dingin berhembus
mengugurkan kelopak bunga.
burung gereja di dahan pohon itu
menyanyi lagu lirih.



Bangkok, 20 Agustus, 2011


pic from here

Tuesday, August 16, 2011

Sujud

Sebab kita adalah tubuh-tubuh batu yang kering. Yang rindu dijamah basah hujan. Yang gagap ketika disapu gerimis.


pic from here

Monday, August 15, 2011

Menjelma

Aku menjelma penyihir yang merapal segala kutukan.
Aku menjelma algojo dengan kapak berdarah di tangan.
Aku menjelma iblis dengan hati yang penuh benci.


Aku perempuan dengan seribu tangisan sakit hati.
Seperti pesakitan yang menunggu hukuman mati!


Jakarta, 15 Agustus, 2011


Suatu Malam Ketika Hujan Turun

Kenangan-kenangan berjalan di telingaku,
di dadaku, di dalam kepalaku.
Langit di luar jendela tampak kelam dan suram
seperti wajahmu ketika kita bertengkar malam-malam.
Ketika cerita-cerita lama ditelanjangi, rahasia lapuk menguncang-guncang dada, kemudian berpeluh.
Luruh menjelma hujan.
Aku di muka jendela menatap kaki-kaki hujan di jalanan.
Adakah ia menari atau ternyata berlari
menjauhi kenyataan?
“Hei, tunggu, aku ikut!”
Teriak seorang perempuan di balik kaca.


Jakarta, 15 Agustus, 2011


pic from here

Monday, August 8, 2011

After All This Time

I am really happy for both of you...



Hye Dava, finally you're back into your mother's arms!
I'll meet you soon...

I Won't Write!

Yes! I'm in anger, I am mad. Then, I won't write anything here.
Wanna make me look like a bitch? I won't let you to be a winner.

Just get out of my life!
I'm sick of you.




Friday, August 5, 2011

Hanya Doa

: Gema

Tak pernah ada rasa sebahagia ini sebelum kamu tiba. Seperti sinar mentari yang mengantarkan pelangi setelah hujan-hujan yang deras. Seperti juga lampu jalan, yang menjaga mimpi dari mata-mata yang terpejam. Kamu, selalu ingin kudekap.

Ribuan detik denganmu. Aku hanya melafalkan doa-doa agar kita terus bersama. Menghitung hari yang semakin menua. Kamu pasti tahu hari ini hari apa. Tak ada perayaan, tak ada kado, tak ada kue dengan lilin. Hanya ucapan. Hanya doa. Untuk keselamatanmu dan kebahagiaanmu.


pic from here


----------------------------------------------------

Having you close to my heart as I say a little grace
I'm thankful for this moment cause
I know that you


-Grow A Day Older-


Selamat ulangtahun, sayang.

Love you.

Tuesday, August 2, 2011

Kumaafkan Luka

Dan hari masih akan berganti esok lagi. Angin yang dingin akan menyapa wajah-wajah di muka jendela.  Menyejukkan mimpi-mimpi yang terlupa, atau tertinggal di sudut mata. Aku masih ingin menyambut pagi dengan mata bercahaya, tak ada gentar. Dan kamu ada disampingku. Mengantarkan bahagia bersama sisa tetes hujan semalam.

Tak mudah menghilangkan bekas luka yang pernah perih mengiris. Sementara perjalanan baru dimulai. Namun aku tak akan membiarkan derita ikut serta bersama kita. Menghantui setiap langkah yang kita ambil.

Aku mengingat sebuah perkataan yang dikirimkan, "setia dan tetaplah berbaik hati." Cinta itu seperti kelopak bunga yang menunggu mekar, penuh ketabahan.

Maka kumaafkan luka-luka dan menghapus airmata. Sebab denganmu aku masih ingin berjalan jauh di taman bunga. Menyapa embun dan dikecup kupu-kupu. Menyaksikan senja padam dan daun-daun menguning. Bersamamu....



pic from here



Scripta Manent Verba Volant

yang tertulis akan tetap mengabadi, yang terucap akan berlalu bersama angin.


-M. Dahlan-


pic from here

Monday, August 1, 2011

Karena Kau Menulis

"karena kau menulis, suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari."


-Pramoedya Ananta Toer-


pic from here

Muka Pagi

Di muka pagi
Kadang kutemui kau
Penuh misteri

Gurat masa lalu
Tersisa di sudut mata
Dan bibirmu



Bekasi, 31 Juli, 2011

pic from here