Di dalam kamar ada kepiluan yang aku jaga secara rahasia. Pilu --mengalir ke ujung mata-- yang disembunyikan dari sosok lelaki berwajah menawan itu. Juga dari tembok-tembok bisu yang selalu menyaksikan aku memakan jantungku sendiri dan memukul-mukulkan kepala ke jendela. Menyaksikan aku perlahan menjadi gila.
Di dalam kamar ada ingatan yang mengental tentang perjumpaan awal yang dikhianati. Berkelebat di mata tingkah laku menjijikan dua anak tuhan, seperti tak pernah puas menikmati dosa. Kisah dari enam purnama yang menjelma duka tak berkehabisan.
Di dalam kamar, aku menangis lirih dan tak membiarkan, bahkan, seekor semut yang berlari di dinding mendengar isakku. Tak juga lemari, jam dinding dan tempat tidur.
Aku mengira, mungkin, tembok, lampu dan juga pintu telah mengendapkan tangisku serta ingatan itu. Menyimpannya menjadi panah beracun yang seketika ditusukan ke dada, ketika di kamar ini aku sendiri.
Di dalam kamar, saat sendiri, kerap kali aku ingin pulang ke tanah tempat tulang-tulang rebah.
Jakarta, 25 Desember, 2011
10:50
pic from here |
Di dalam kamar, adalah tempat saya merasa aman. :)
ReplyDeletedengan kesendirian kita akan bisa berexspresi dgn kesalahan qt kemudian akan berujung dengan air mata..
ReplyDeletewaduh...dari pada sedih, mending nonton ovj yuk ! :-D
ReplyDelete