Thursday, December 30, 2010

Ketika Tahun Melipat Kalender

Desember sudah hampir menutup pintu. Dan aku masih seperti ingin menengok ke belakang, memastikan tak ada kenangan yang nanti terlupa. Katamu, bukan Desember saja yang menyimpan cerita, meski ia selalu menjadi bagian penutup dalam jejakmu.

Kita masih akan punya cerita baru. Di depan banyak yang menunggu. Ketika nanti kau akan pelan-pelan memungutinya satu demi satu, memasukannya ke dalam kotak paling indah dalam hatimu. Tahun yang silam selalu membekali kenangan dalam perjalanan panjang kita di awal tahun. Kenangan yang melukiskan keriaan dan airmata.

Perjalanan akan masih penuh misteri. Kita seperti menelusur jalan setapak dalam hutan yang berkabut, tanpa sinar matahari, semua tampak samar. Mungkin saat kabut menghilang kau jumpai langit biru yang diam-diam mengamatimu melalui celah daun-daun hijau yang membisu menatapmu. Hanya hening saja. Atau juga danau yang menyambutmu. Dengan air yang berkilau ditimpa mentari. Hangat yang memelukmu. Bunga-bunga yang bersemi.

Ketika tahun melipat kalender, apa yang tersisa dari kita hanyalah kenangan; yang membekali tiap perjalanan ke depan. Pada penutup selalu ingin kita titipkan salam, pada yang tertinggal dan bagi yang telah pergi. Perjalanan kita masih panjang. Aku hanya butuh berani. Desember akan menanti, setia lagi sebagai penutup dan menyiapkan kenangan. Sampai jumpa tahun depan, katanya.



Jakarta, 29 desember 2010



1 comment: