Selalu, yang terkenang darimu
Adalah cahaya pagi
Ketika pijar pertama dan embun
Berkilau karenanya
Bahkan di sudut waktu yang muram
Oleh lembab udara yang kesal
Yang terkenang darimu adalah
Cahaya pagi
25 July 2016
ketika awan mendung, aku akan berlari keluar, bertelanjang kaki dan menari bersama rinai hujan. Dalam basah akan kutemukan inspirasi, maka pada kata-kata ini kukristalkan dingin kisahnya
Friday, August 12, 2016
Menenun Ingatan
apa yang tersisa sepeninggal kita adalah rasa yang menjadi usang
dan dinding waktu yang beku. waktu kita sampai di sini.
lalu kau dan aku sama-sama merapihkan buku, menyusun serak-serak lembar kenangan
yang padanya kita titipkan semacam harapan.
hingga sampai suatu waktu, kelak kita diserang rindu dan kita akan mulai memintal dari lembar usang berdebu itu, menenum ingatan, tentang rasa yang t'lah dilupakan
dan kelak pula saat itu kita kembali saling menyalahkan
siapa yang lebih dahulu meninggalkan.
Jakarta, 26 Juni 2014
dan dinding waktu yang beku. waktu kita sampai di sini.
lalu kau dan aku sama-sama merapihkan buku, menyusun serak-serak lembar kenangan
yang padanya kita titipkan semacam harapan.
hingga sampai suatu waktu, kelak kita diserang rindu dan kita akan mulai memintal dari lembar usang berdebu itu, menenum ingatan, tentang rasa yang t'lah dilupakan
dan kelak pula saat itu kita kembali saling menyalahkan
siapa yang lebih dahulu meninggalkan.
Jakarta, 26 Juni 2014
Tersiksa Sepi
apakah sepi yang membuatmu
menyerukan sunyi berulang-ulang
dan dadamu kosong; nyeri
yang kekal serupa mata belati
malam begitu lindap dan hujan turun di beranda
di dalam kamar kau tersiksa rasa yang ganjil
yang membuatmu kerap bertanya-tanya
apa benar karma itu ada?
Jakarta, 11 July 2014
menyerukan sunyi berulang-ulang
dan dadamu kosong; nyeri
yang kekal serupa mata belati
malam begitu lindap dan hujan turun di beranda
di dalam kamar kau tersiksa rasa yang ganjil
yang membuatmu kerap bertanya-tanya
apa benar karma itu ada?
Jakarta, 11 July 2014
Simpang Jalan
aku sampai pada suatu titik
berhenti
menggemakan namamu dalam kepala
mendebarkanmu dalam dada
kau simpang jalan itu
arahmu takkan kulalui lagi
hujan terlalu deras
untuk terus berlari
atau mengambil jalan pulang
Jakarta, 15 Juli 2014
berhenti
menggemakan namamu dalam kepala
mendebarkanmu dalam dada
kau simpang jalan itu
arahmu takkan kulalui lagi
hujan terlalu deras
untuk terus berlari
atau mengambil jalan pulang
Jakarta, 15 Juli 2014
Dalam Ingatan
sebab dalam ingatanku
kau tak pernah memilihku
maka jangan salahkan jika aku pergi
lalu kemudian kau merasa kehilangan
dan menyesal
Salemba, 13 Desember 2015
22:56
kau tak pernah memilihku
maka jangan salahkan jika aku pergi
lalu kemudian kau merasa kehilangan
dan menyesal
Salemba, 13 Desember 2015
22:56
Untuk: Capung Hijau
aku adalah daun kering yang jatuh
layu, sebelum tiba di tangamu
menjelma bunga rekah mewangi
aku adalah daun kering yang melayang
di pusaran angin yang
gemetar -
jatuh dan dilupakan
kau adalah aroma wangi pagi
di muka jendela
ingin kuhirup erat
lagi dan lagi
di tanganmu aku
adalah bayi yang ringkuk dan ingin
mendekap di dadamu
sepanjang hari
Salemba, 1 Mei 2016
layu, sebelum tiba di tangamu
menjelma bunga rekah mewangi
aku adalah daun kering yang melayang
di pusaran angin yang
gemetar -
jatuh dan dilupakan
kau adalah aroma wangi pagi
di muka jendela
ingin kuhirup erat
lagi dan lagi
di tanganmu aku
adalah bayi yang ringkuk dan ingin
mendekap di dadamu
sepanjang hari
Salemba, 1 Mei 2016
Pulang Ke Kotamu
aku gentayangan
dengan perasaan gamang berkepanjangan
apa yang ingin aku kenang sebetulnya?
sebab di jalanan ini kita tak pernah
melangkah menggores cerita
pulang ke kotamu
hanya kebodohan-kebodohan
yang menghantui diri
lagi dan lagi
apa yang aku cari?
(seakan) ada yang berkata.
"kau pandir
dan terus menerus menggali
kecewa"
16 Mei 2016
Di Kotamu
di kota ini tak ada lagi kenangan
yang kubawa pulang
aku merasa asing, sepi dan sendiri
bau pagi hanyalah tentang sakit hati
kenangan lama hanyalah tentang kecewa
kau selalu muncul sebagai rasa penasaran
dan aku mencintai kemungkinan-kemungkinan
yang diciptakan kepalaku sendiri
Jakarta, 17 Mei 2016
yang kubawa pulang
aku merasa asing, sepi dan sendiri
bau pagi hanyalah tentang sakit hati
kenangan lama hanyalah tentang kecewa
kau selalu muncul sebagai rasa penasaran
dan aku mencintai kemungkinan-kemungkinan
yang diciptakan kepalaku sendiri
Jakarta, 17 Mei 2016
Senja Yang Cemas
barangkali adalah air laut yang pasang surut cinta kita itu. kau menjadi asin gelombang yang terus menyapu jejak kakiku di gigir pantai itu. lukaku perih dan tak kunjung sembuh, tapi seperti yang kelak kau tahu, aku selalu saja mencari dan menghampirimu.
kehilangan adalah hal yang sederhana, katamu, maka berbahagialah. tapi senja selalu menuntunku pada cemas. menculik satu demi satu kelip bintang yang sering kita eja di beranda malam-malam.
telah sekian lama aku lupa bagaimana menyalakan lentera di kepalaku. untuk tetap ingat bahwa matamu lah kunang-kunang penghias gulita. untuk tidak alpa bahwa aku pernah mengasihimu.
tapi senja selalu menuntunku pada cemas. bagaimana nanti aku mengingatmu saat gelap? sementara kenangan semakin surut pada magrib yang basah.
Jakarta, 17 Mei 2016
kehilangan adalah hal yang sederhana, katamu, maka berbahagialah. tapi senja selalu menuntunku pada cemas. menculik satu demi satu kelip bintang yang sering kita eja di beranda malam-malam.
telah sekian lama aku lupa bagaimana menyalakan lentera di kepalaku. untuk tetap ingat bahwa matamu lah kunang-kunang penghias gulita. untuk tidak alpa bahwa aku pernah mengasihimu.
tapi senja selalu menuntunku pada cemas. bagaimana nanti aku mengingatmu saat gelap? sementara kenangan semakin surut pada magrib yang basah.
Jakarta, 17 Mei 2016
Kau Yang Dijemput Hujan
kau yang dijemput hujan, singgah datang ke rumahku
katamu, hujan hanya persoalan dingin dan basah
ada yang berbisik dalam hatiku,
"ada yang ingin menipumu"
bagaimana bisa kau menduga aku tak tahu
bahwa hujan selalu tentang kesedihan
yang turun tanpa boleh berharap
menggapai langit
ketika hujan berhenti
aku tak menemukanmu
dimana-mana
Jakarta, 17 Mei 2016
katamu, hujan hanya persoalan dingin dan basah
ada yang berbisik dalam hatiku,
"ada yang ingin menipumu"
bagaimana bisa kau menduga aku tak tahu
bahwa hujan selalu tentang kesedihan
yang turun tanpa boleh berharap
menggapai langit
ketika hujan berhenti
aku tak menemukanmu
dimana-mana
Jakarta, 17 Mei 2016
Sepeninggalmu Adalah Doa Serta Jalan Terjal Yang Berliku
sepeninggalmu adalah doa,
serta jalan terjal yang berliku
sebetulnya aku benci untuk selalu
mengambil arah menuju stasiun,
menjemput kereta, untuk pergi
dan tak tahu kapan kembali
tapi apa yang tersisa dari kota ini,
selain aku yang tersudut
sebab sejak mula aku thahu
kau takut merindukanku
"ada yang cemburu," bisikmu.
Salemba, 23 April 2016
serta jalan terjal yang berliku
sebetulnya aku benci untuk selalu
mengambil arah menuju stasiun,
menjemput kereta, untuk pergi
dan tak tahu kapan kembali
tapi apa yang tersisa dari kota ini,
selain aku yang tersudut
sebab sejak mula aku thahu
kau takut merindukanku
"ada yang cemburu," bisikmu.
Salemba, 23 April 2016
Subscribe to:
Posts (Atom)