Thursday, August 29, 2013

Lahirnya Langit - Part 2


Saat BBM dari Adis yang menanyakan saya sekarang sudah berada di mana masuk, tepat saat saya keluar dari taxi. Saya bilang sudah sampai rumah sakit.

Satpam di depan sempat menawarkan apa saya mau pakai kursi roda, tapi saya tolak. Saya pilih untuk jalan kaki saja sampai ke kamar bersalin. Karena beberapa minggu sebelumnya saya sudah daftar kamar di sini, jadi saat itu kami langsung menuju kamar bersalin tanpa basa basi dulu untuk proses administrasi.

Suster Ningrum, suster yang sama saat saya datang mendaftar kamar saat itu, langsung membuka pintu saat bel pertama saya tekan. Saya bilang ketuban saya sudah pecah. Dia langsung membawa saya ke kamar bersalin, meminta saya ganti pakaian. Katanya pihak RS Carolus sudah menelpon Dr. Ekarini untuk datang.

Saya masih bisa bolak-balik sendiri ke kamar mandi untuk ganti pakaian dan siap untuk diperiksa dalam. Saat saya masih di dalam kamar mandi, mama sudah sampai. Saya sempat menelpon mama sebelum pergi ke rumah sakit tadi. Kebetulan mama masih di kantor dan langsung menuju ke RS Carolus.

Setelah saya selesai tukar pakaian, saya langsung diminta berbaring di atas tempat tidur untuk diperiksa dalam oleh suster. Saya ingat ketika itu hampir setengah 11 malam. Susternya bilang baru pembukaan 3. "Masih kira-kira tujuh jam lagi ya, Pak. Masih lama kok. Sejam kira-kira satu bukaan," kata susternya.

Saya langsung melihat jam di dinding. Berarti sekitar pukul 4 atau 5 subuh baru keluar dong bayinya, dalam hati saya. Tapi entah bagaimana saat itu juga saya yakin tidak akan menunggu selama itu untuk melihat bayi saya. Rasa mulas datang semakin kuat dan kencang. Saya sempat kesal karena saat saya berbaring sambil merasakan mulas, ternyata masih juga saya ditanya ini itu soal data-data pribadi dan printilan lain-lainnya. Saya pikir kan kemarin waktu mendaftar saya sudah tulis semua informasi tentang saya, suami, dll. Kenapa juga ini suster masih tanya-tanya lagi?!

Kalau bukan karena merasai mulas di perut, pasti saya sudah ngomel ke itu suster. Hehehe...! Saat rasa mulas datang bersamaan dengan pertanyaan-pertanyaan dari suster itu, saya jawab hanya dengan bergumam atau dengan suara sebisanya. Ya, coba bayangin aja deh, orang lagi ngerasain mulas pake ditanyain "Punya penyakit gula, Bu? Jantung? Ginjal? Asma? Anemia?" Hadeeeuuuhh... Belom pernah keselek truk semen ya, Sus?!? :D

Saat pertanyaan-pertanyaan itu selesai diajukan, baru saya ditinggal berdua dengan suami di dalam ruang bersalin. Suster sempat membawakan bola pilates, katanya enjot-enjotan aja dulu biar cepat bukaannya, tapi saya antara ngantuk, mulas, dan pengen rebahan aja rasanya, jadi bola itu cuma diem dipojokan, tak tersentuh sama sekali. Saya rebahan saja di kasur sambil memejamkan mata. Susternya sempat bilang waktu mau keluar, "Ibu, jangan tidur ya, nanti ga nambah-nambah bukaannya." Saya cuma mengiyakan. Tapi saya percaya tidur ga berpengaruh sama soal pembukaan (langsung ingat cerita Ibu Lanny-nya Hypnobirthing Indonesia, tentang seorang ibu yang berhasil melahirkan sambil tidur saat sedang direlaksasi).

Saya sih memang sempat mikir, "Kalau gue cuma tiduran aja nanti lama lagi pembukaan lengkapnya." Tapi apa daya, mata aye udah setengah watt pula. Setiap mulas datang saya pejam mata sambil baca surat Al-Ikhlas dan kata 'tenang' seolah diputar secara otomatis di dalam otak saya. "Tenang, tenang, tenang," kata itu bergema terus menerus di kepala tanpa saya sengaja. Alhamdulillah, meski rasa mulas datang hampir tiap tiga menit sekali saya masih ingat betul semua teknik pernapasan yang diajarkan saat Hypnobirthing maupun di kelas senam hamil. Dan itu saja yang saya praktekkan!

Sejam kemudian suster yang tadi datang lagi. Katanya darah dan lendir saya sudah banyak sekali, jadi dia akan melakukan pemeriksaan dalam lagi. And you know what she said? "Wah, udah pembukaan sembilan, Bu. Cepat banget ini. Mulasnya bagus berarti ibunya. Anak pertama biasanya lama. Ini cepat banget tapinya, cuma sejam dari pembukaan tiga, sekarang udah pembukaan sembilan." Uhuuuuyy!!! See? See? See? I knew it. It won't take so long long long time to see my baby. *girang*

Sang suster lalu keluar dan memberitahu suster lainnya untuk segera mempersiapkan peralatan tempur. Rasa mulas disertai dorongan untuk mengejan mulai datang. Dan segerombolan suster mulai hilir mudik keluar masuk kamar bersalin. Saya langsung merem! Iya, merem! Kenapa? Karena saya parnoan orangnya kalau ngeliat itu peralatan perang. Jadi daripada nyali saya mendadak ciut, makanya saya merem. Cuma suara-suara roda didorong, klentang klentingan besi dan suara-suara orang bicara saja yang saya dengar. Seorang suster berkata bahwa Dr. Ekarini sudah datang dan dia bilang kepada saya, kalau ada rasa ingin buang air besar, ngeden aja, tapi jangan dipaksa.

Saya yang tadi diem aja merasai mulas itu, sekarang mulai bersuara, karena mulas disertai dorongan untuk mengejan makin kuat terasa. Mulut saya otomatis mengeluarkan lenguhan. Selalu, ketika saya bersuara, suster-suster di sana menginstruksikan untuk mengambil napas dan buang napas perlahan.

Saat Dr. Ekarini masuk, saya lihat jam sudah menunjukan sekitar setengah satu pagi. Seorang suster mulai menginstruksikan kepada saya untuk mengangkat kaki dan mengejan sekuatnya saat tiap kali merasakan dorongan itu datang. Alhamdulillah lagi, saya ingat semua teknik mengejan yang diajarkan Suster Theresia di kelas senam hamil. Saya mengejan kurang dari 10 kali. Dan pukul 01.05 lahirlah anakku yang pertama.

Selamat datang, Muhammad Jenar Samudra Langit.



Salemba,
Mei 2013.

how cute he is.. :*

No comments:

Post a Comment