Thursday, March 22, 2012

Puisi

puisi bagiku adalah tentang harapan
tentang bunga-bunga yang merunduk kala hujan
tentang daun yang jatuh meski sendirian
tentang teduhnya matahari kala siang
tentang suara tawa sahabat meski terdengar lamat-lamat

puisi bagiku adalah setiap pagi yang terlambat di stasiun

puisi juga hidup yang terus menerus mencoba menyala
mencari makna meski kadang-kadang tak mampu
pun
meraba

puisi bagiku seperti Tuhan
yang datang malam-malam,
dan aku ketiduran


--------------------------------------------

Puisi di atas adalah milik Mbak Gita Romadhona yang ditulis dalam akun Facebook-nya kemarin sore dalam rangka memperingati Hari Puisi Sedunia.

Hari Puisi diperingati setiap tanggal 21 Maret sejak tahun 1999 atas ide dari UNESCO. Tanggal tersebut hanya selang sehari dari hari ulang tahun penyair besar Indonesia favorit saya, Sapardi Djoko Damono, yang genap berusia 72 tahun dua hari lalu.

Bagi saya sendiri puisi adalah hidup. Tentang suka dan duka. Tentang perjalanan panjang. Juga rahasia. Puisi adalah kesenangan, cinta yang berbunga-bunga. Puisi juga mimpi yang datang malam-malam, atau kicau burung di pagi hari.


Selamat hari puisi, Penyair!
Selamat ulang tahun, Pak Sapardi.


pic from here


Tuesday, March 20, 2012

[Book Review] : Selamanya Cinta


“A guy and a girl can be just friends, but at one point or another, they will fall for each other...
Maybe temporarily, maybe at the wrong time, maybe too late, or maybe forever” 
 -Dave Matthews Band

------------------------------------------------------

Satu lagi novel terbaru dari penerbit bukune, Selamanya Cinta, karya Kireina Enno. Sebagai pembaca setia blognya Mbak Enno selama dua tahun lebih, saya penasaran sama novel pertamanya. Beberapa bagian yang ada di dalam novel tersebut sudah pernah dituliskan di dalam blognya sebagai "Kisah Abe", tapi mengetahui keseluruhan cerita sebagai sebuah novel, rasanya akan memiliki sensasi yang berbeda. 

Selamanya Cinta berkisah tentang dua orang sahabat, Reina dan Abe yang saling jatuh cinta sejak di bangku SMA. Namun pengakuan yang tidak kunjung muncul dari kedua belah pihak membuat cinta yang hadir di hati tidak pernah terungkap selama bertahun-tahun. Penyangkalan kerap muncul meski cemburu sebetulnya melanda. Anggapan bahwa berpacaran dengan sahabat dekat sama saja dengan inses bahkan muncul dari Reina. 

Cinta yang selama ini hanya tersimpan di relung hati akhirnya harus bertemu dengan perpisahan. Namun jarak yang memisahkan raga tidak lantas melunturkan cinta Reina dan Abe. Perjumpaan kembali kemudian menjelma kehilangan yang panjang, tak lama setelah Abe akhirnya mengungkapkan perasaannya kepada Reina.

***

Menyelami kisah Reina dan Abe dalam novel ini, seperti memanggil kembali ingatan tentang cerita masa SMA. Masa orientasi siswa, kakak kelas yang menyebalkan, senior ganteng yang pintar main basket, gank murid populer, persaingan dan persahabatan.

Novel dengan kisah semacam ini ramai kita dapat temui dipasaran. Namun kelebihan novel ini menurut saya pribadi adalah pada ending-nya. Tidak banyak novel percintaan remaja SMA yang bisa memberikan kejutan pada pembaca. Jika pembaca kebetulan adalah pembaca setia blog Kireina Enno, saya kira tidak akan sulit menebak bahwa penulis tidak mungkin memberikan ending yang biasa-biasa saja. Satu hal menarik lagi, setiap kita memasuki bab baru dalam hal ini, quotes bagus dan indah selalu disajikan sebagai pembuka.

Kekurangan masih muncul sedikit di dalam novel ini. Seperti hilangnya awal kalimat pada hal 21. Kemudian kesalahan penulisan kata, seperti "brownies" ditulis menjadi "browniesh", lalu juga di hal. 91 kata "tuts piano" ditulis menjadi "tust piano". Ketidakkonsistenan pun terasa pada kata panggil antara Abe dan sahabatnya, Teddy, di hal. 258, meski memiliki arti yang sama, kata panggil "lo" kemudian tertulis "lu" pada kalimat berikutnya.

Namun kekurangan yang tidak seberapa dibanding cerita keseluruhannya, masih pantas dikatakan novel ringan yang cocok untuk teman bersantai ini layak untuk dimiliki. Kisah cinta di SMA tidak pernah membosankan untuk disimak rasanya, klasik namun menyenangkan.


pic from here

Jatuh Cinta Sekali Lagi

apa kita perlu jatuh cinta sekali lagi?
untuk jatuh tanpa ragu, seperti rintik hujan.
jatuh tanpa penuh tanda tanya.

perlukah aku jatuh cinta lagi?
pada tubuhmu, belantara rahasia.
pada jalan berlubang, tanpa lampu jalan


Jakarta, 19 Maret 2012


Saturday, March 17, 2012

I Told You, I Married A Poet



Puisi Gema dibukukan lagi. Ini buku antologi puisi yang kesekian kalinya memuat puisinya. Ada dua puisi Gema di dalam buku ini; "Kisah Lebam" dan "Babad Hujan". Buku ini sebetulnya terbit Desember 2011 yang lalu, tapi baru hari ini bukunya tiba dari Semarang. Proud? No doubt. :)

The Early Gift

My mom just come back from New Zealand around two weeks ago. She went for a holiday, met her old friends, Clarke Family. My mom told me that Tante Rhisa gave me something as a gift. It shocked me a bit, it's too early, i thought. But I laughed. Hard. :D

Well, thanks, Tante Rhisa. Let's think it's as a lovely hope from her.


one set of baby clothes. it's so cuteee! ^_^

I am not pregnant yet, but I pray harder for it. Yesterday, I heard that Dhiesta finally pregnant, almost one year they are waiting for a baby. I really want too, God.


Wednesday, March 7, 2012

Tiny Piece

Hi... it's just quick update!

I am sharing tiny piece of my little secret. I'll travelling next month for a week. Overseas. And I have never been there before. I'm excited! :P

I bustle to finding out about the place I'll visit. And found some very exciting blogs, it helps me much. A habit of mine to find out as much information about the places I would visit before I do travel (especially for shopping), although all arranged by travel agents. But, hey, you know, they are not your personal assistant when you get there. They'll bring a big group. So, get the information itself, and it's for your own pleasure. :D

Then pals, ciao...!


pic from here

Tuesday, March 6, 2012

Gara-Gara Promo

Saya sering kalap kalau lihat barang di diskon. Apalagi tas, baju atau sepatu dengan diskon gede-gedean, pasti hasratnya tak tertahankan. *halah* Meski nanti gak jadi beli, seenggaknya saya harus mampir jengukin tuh barang dulu, buat ngecek ada yang layak dibeli gak. Sebagai pengunjung di sebuah tempat belanja, rasanya gak sopan tahu kalau sudah disuguhin diskon, masa ditengok aja enggak. Hehehe....

Selain tas, baju, dan sepatu, yang bikin saya ngiler kalau lihat diskon adalah diskonan tiket pesawat, alias harga promo. Tahu lah, Air Asia memang paling sering obral gede-gedean harga tiket baik lokal  maupun internasional. Triknya pinter bangeeett! Dengan periode beli tiket yang cuma sebentar, kan jadi bikin orang pengen buru-buru beli tuh tiket, daripada nanti gak dapat harga semurah itu (padahal tau bener gak lama dari itu juga ntar ada promo lagi). Apalagi tiap hari Jumat sekarang kabarnya ada harga promo Air Asia dengan periode beli tiket cuma dari jam 09.00-15.00 di hari yang sama.

Kemarin karena habis chatting sama Suci dan dia nanyain kapan mau ke Jogja lagi, saya jadi langsung buka website-nya Air Asia, dan taraaa.... Promo! Setelah setengah jam ngubek-ngubek nyari tanggal biar dapat harga semurah-murahnya tapi bisa pergi lama, tapi gak perlu minta cuti banyak-banyak, akhirnya dapat juga tanggalnya yang pas. Karena saya (masih) gak punya kartu kredit dan seperti dipermudah jalannya oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, kebetulan sekali orang tempat saya biasa pesan tiket khusus Air Asia (di dia doang nih saya bisa pesan tiket Air Asia dengan dapat harga promo dan dinaikin harganya cuma secuil) sedang online di YM. Saya langsung kontak dia, dan in a blink of an eye, tiket di-issued.


Jakarta-Jogja-Jakarta, 2 orang, 26-30 Juli 2012, IDR 520.000,- nett.

***

Waktu sampai di rumah, saya tiba-tiba teringat, "Eh, puasa kapan, ya?" tanya saya ke suami.

"Lebarannya tahun ini 20 Agustus."

*barumikir*


Okay! It doesn't matter. Liburan saat puasa, santaaaiii ajaaaa....

pic from here


Friday, March 2, 2012

Sick

Saya lagi sedang tidak mood untuk pura-pura bertingkah sopan dan berbicara dengan tutur kata yang halus. Saya lagi ingin marah-marah dan maki-maki seseorang. Lagi PMS? Iya, mungkin. Tapi saya sedang kesal sampai ke ubun-ubun.


Semoga pertemuan sore nanti dengan "Gank Belanda" bisa menghilangkan rasa kesal saya siang ini.

He Took The Challenge

Ini cerita tentang teman kuliah saya, namanya Acit. Terakhir bertemu dia kira-kira sebulan yang lalu, memang sempat terdengar cerita bahwa dia ingin mengundurkan diri dari tempat kerjanya yang sekarang. Waktu ditanya alasannya, dia bilang sebab merasa tak bisa berkembang, tak bisa menggali kemampuannya lebih jauh jika terus-terusan di tempat itu. Satu lagi --terserah disebut naif atau tidak-- dia merasa "makan uang rakyat."

Ya, Acit bekerja sebagai PNS di sebuah lembaga tinggi negara, dan dikantorkan di Cisarua. Acit baru bekerja kurang dari dua tahun. Dan kemarin, tepat mengawali Maret, dia resmi mengundurkan diri. Hah? Resign jadi PNS? Kok? Mungkin kalian yang baca akan bertanya-tanya penuh keheranan. Banyak orang memimpikan bisa kerja jadi PNS, karena mengingat tunjangan pensiun yang nanti akan didapat, dan banyak alasan lainnya, sementara yang satu ini malah mengundurkan diri. Saya yakin sebagian besar yang dekat dengan Acit pasti akan bertanya kenapa? Saya juga menanyakan itu. Sebagian pasti juga menasehati dengan kata-kata harus bersabar dulu, dan bla, bla, bla....

Saya sendiri juga sempat kaget saat Acit cerita mau mundur dari PNS. Karena saya masih ingat dulu ketika dia harus menunggu berbulan-bulan sampai jengkel sendiri untuk segera masuk bekerja. Kemudian ketika sudah bekerja, secara perlahan secara finansial juga turut berubah. Yang awalnya coman* nenteng BB Gemini, sekarang bawaannya Onyx 2 dan iPad. Yang dulunya pas kuliah coman makan di "piring ijo" karena murah meriah plus bisa ngutang dulu, sekarang mainannya Pancious Pancake atau Nanny's Pavillon. Hobby barunya setelah kerja pun jadi nambah yaitu nraktir teman-temannya makan.Saya sih seneng aja kebagian yang satu ini. :D

Sebenernya, yang menjadi ketertarikan saya tentang hal yang dilakukan Acit ini adalah ketika dia bilang merasa "makan uang rakyat." "Kerjaan gue cuma jagain mesin fax, fotokopi tapi bisa dapet uang segitu. Belum lagi kalau keluar kota. Terus, ada juga tuh yang tandatangan bersama tiap akhir tahun, untuk, ya lo tahu lah untuk apa. Faisal pasti juga tahu deh," kurang lebih itu yang diucapkan Acit. Dan, kalimat terakhir itu saya masih ingat sekali diucapkannya ke Tia ketika kami ketemuan di Djakarta Teater terakhir kali. Tia juga bersuamikan PNS yang kerja di Departemen Luar Negeri.

Ngomongin PNS mungkin selalu ada aja celanya. Saya jadi ingat Ena yang paling anti sama PNS, dia selalu bilang mana ada PNS yang gak korupsi, meski cuma seribu perak juga. Hehehe. Memang sih seharusnya tidak bisa menyamaratakan semua PNS begitu, tapi juga tidak bisa disalahin kalau akhirnya orang banyak berpikiran seperti itu karena citra PNS di masyarakat kita ya moyoritas memang cuma kerja ungkang-ungkang kaki sambil makanin duit rakyat.

Saya ingat cerita Ena tentang Christo, mantan pacarnya yang sekarang jadi PNS di Manado. Kata Christo di kantornya orang-orang pada dipaksa tanda tangan untuk bikin acara tahun baruan di sana, budget yang dimasukan ke proposal begitu besar, eh ujung-ujungnya cuma pasang petasan sama kembang api plus dibagiin nasi kotak. Sisa budgetnya? Ya jelas masuk ke kantong masing-masing.

Kembali pada kisah Acit, saya kira keputusannya untuk mundur dari PNS cukup berani, dan saya salut sama Acit. Sebagian orang mungkin cuma ingin bermain di zona aman. Sudah dapat pekerjaan bagus, gaji lumayan, mau apa lagi, kan? Tapi Acit meninggalkan zona aman-nya dan memulai sesuatu yang lebih punya tantangan. Pasti ke depannya bakal banyak yang dihadapinya. Mungkin juga rasa bosan lagi, mungkin juga ketidakpuasan, dan masalah-masalah lain. Tapi saya kira Acit pasti akan menghadapinya. 


Pesan saya untuk Acit: Hadapain yang baru dengan semangat, jangan cepet ngeluh kalau ada masalah, kalau ada cobaan, dan kalau ternyata yang dihadapi sekarang tidak bisa seenak yang dulu, just face it!


*Coman = cuma. Kata itu khas banget Acit yang setiap bilang kata cuma selalu berubah jadi coman. :D


pic from here



Thursday, March 1, 2012

Kupu-Kupu

Senja baru saja lewat ketika aku sampai di rumah. Penat sekali rasanya hari ini. Aku langsung menuju kamar, merebahkan diri di atas ranjang. Suamiku belum pulang.

Jendela kamarku terbuka. "Huh, kebiasaan," dengusku kesal. Pasti ia lagi-lagi lupa menutup jendela sebelum berangkat kerja. Padahal sudah berkali-kali ia kuperingatkan jangan lupa menutup jendela kamar sebelum meninggalkan rumah. Aku bukan takut dengan pencuri. Tapi aku benci kalau ada serangga yang masuk. Capung lah, kumbang, tawon, terutama kupu-kupu.

Taman di rumah sebelah penuh ditanami bunga. Itu yang kukira menjadi penyebab banyaknya serangga yang terbang di dekat sini. Aku tidak masalah dengan bunga-bunganya, tapi aku benci jika serangganya yang mampir ke dalam kamarku.

Aku hampir tertidur sebelum kulihat seekor kupu-kupu hitam menyelinap masuk melalui jendela itu. "Brengsek," ucapku, melihat kupu-kupu itu menari-nari genit di dalam kamarku. Lalu ia hinggap di atas bingkai foto pernikahanku yang terpajang di atas meja di sebelah lemari pakaianku.

Letih yang merasuki tubuh membuatku malas beranjak dari atas kasur. Ingin rasanya kuambil sapu lidi, dan memukul kupu-kupu itu hingga remuk sayapnya. Tapi dari atas kasur aku hanya mengawasinya, mengikuti gerak-geriknya. Menjijikkan.

Aku heran pada kebanyakan orang yang menganggap kupu-kupu itu serangga yang cantik, lucu. Cih! Kupu-kupu itu penipu. Tidakkah kalian pernah sadari, betapa aneh dan jelek muka kupu-kupu itu? Seperti wajah nenek-nenek yang merengut. Betapa liciknya kupu-kupu itu bagiku. Menggunakan sayapnya untuk memikat hati. Menari-nari supaya terlihat indah, menebarkan warna-warna. Padahal ia hanya wujud metamorfosis dari ulat yang menjijikan itu. Yang senang menggeliat-geliat, seperti belatung yang suka hinggap di bangkai. Busuk.

Kupu-kupu hitam itu masih melayang-layang di dalam kamar. Berputar-putar. Membuatku pusing. Terus saja menari-nari, mengepak-ngepak sayapnya yang hitam seperti kelelawar.

***

Pelan-pelan terdengar suara lirih seorang wanita bernyanyi. Wanita setengah baya itu bergaun hitam, bernyanyi sambil berputar-putar, mengepakkan tangannya ke atas ke bawah, seolah ingin terbang tinggi. Aku tidak tahu lagu apa yang disenandungkannya, yang jelas suaranya membuat telingaku sakit.

Dia terus berputar-putar di sana, di sebuah panggung. Bernyanyi dengan suara pas-pasan dan meliuk-liukkan badannya dengan kaku. Mirip belatung. Matanya berkedip genit, berusaha memikat para lelaki. 

Setelah selesai menyanyikan sebuah lagu, ia turun dari panggung. Menghampiri seorang lelaki muda yang sedari tadi menunggunya. Dan mereka berlalu, pergi meninggalkan pentas itu.

***

Aku ingin melempar muka sundal itu dengan sendal butut. Meneriakinya sebagai wanita tak tahu malu. Aku ingin menghujaninya dengan bertubi-tubi makian, hingga dia mampus. Biar dia sadar, siapa yang dia coba ganggu. Dasar setan!

Betul-betul pembohong payah. Ketika kulabrak, dia bilang tidak ada hubungan apa-apa dengan suamiku lagi. Lalu, apa maksudnya menelpon suamiku tiap hari, tiap malam, sms berkali-kali, memanggilnya sayang, minta ketemuan? Menjaga silahturahmi dengan mantan selingkuhannya, begitu? Alasannya cuma teman berbagi cerita. Cerita apaan? Masa lalu di atas ranjang?

Anaknya sudah dua, masih saja demen selingkuh. Pintar betul wanita itu cari lelaki yang lebih muda. Jelas saja alasannya, biar lebih puas di atas kasur. Pasti suaminya sudah loyo, sehingga tak menyeimbangi libido tinggi istrinya yang sundal itu. Apalagi katanya suaminya gak perhatian, kaku, gak romantis. Bisa kubayangkan kasihan betul nasibnya. Aku jadi ingin ngakak di depan mukanya.

Kabarnya dia sekarang lagi gencar mengajari anak perempuannya menyanyi dan menari. Hahaha, tahu betul dia bagaimana membekali anaknya yang beranjak remaja itu menjadi sundal sepertinya. Betul memang ungkapan buah tak kan jatuh jauh dari pohonnya. Pasti nanti bocah itu juga pintar memikat lelaki untuk memuaskan tubuhnya, menggoda laki-laki beristri dengan nyanyian dan liukan tubuhnya yang seperti belatung.

Aku kira dia mendapat karma karena perselingkuhannya itu. Karena menggoda suamiku, atau menggoda laki-laki yang lain. Karena mengkhianati suaminya, keluarganya. Anak keduanya, bocah laki-laki yang masih batita itu, menderita TBC dan kesulitan berjalan serta berbicara. Sudah hampir dua tahun usianya, masa masih merangkak saja. Mampus! Rasakan hukumanmu dari Tuhan, sundal kampung! Jelas saja anakmu jadi susah berjalan, wong waktu kau hamil keseringan dikangkangi laki-laki.

***

Aku tersentak bangun ketika mendengar bunyi pintu kamar dibuka.

"Ketiduran ya?" tanyanya sambil mengecup keningku. Aku mengerjap-ngerjapkan mata, menyadarkan diriku yang masih dilanda kantuk. Samar-samar aku masih mendengar suara wanita bernyanyi.

"Sayang, kamu pasti lupa tutup jendela lagi sebelum pergi tadi, ya? Lihat," kataku sambil menunjuk kupu-kupu hitam itu yang sekarang bertengger di dinding.

Ia berdiri, menggambil sapu lidi di sebelah tempat tidur. Praaaakk!!! Kupu-kupu itu lalu jatuh ke lantai. Sayapnya patah, remuk. Dipungutnya, dan dimasukkan ke dalam tempat sampah.

"Sudah mati, sayang. Sudah mati."



Jakarta, Maret 2012